Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Kamis, 03 Mei 2012

Mengapa Top Guns Amerika Enggan Terbang dengan F-22


Para pilot Amerika Serikat menolak terbang dengan pesawat super-canggih F-22 yang harganya mencapai 143 juta dolar per unit dan sebabnya adalah masalah teknis yang tidak dapat dijelaskan serta ancaman fatal setelah mengendalikan pesawat tersebut.
 
Fars News (2/5) mengutip laporan Russia Today menyebutkan, para pakar militer menemukan masalah besar dalam pesawat super-canggih F-22 ini dan masalah itu menjadi sebab penolakan para pilot Amerika Serikat untuk menerbangkan pesawat super-mahal tersebut.
 
 
F-22 adalah pesawat tempur paling canggih di dunia pesawat, dan salah satu yang paling mahal. Namun karena masalah yang tidak dapat dijelaskan dan berpotensi mematikan yang menyebabkan oksigen mengalir keluar dari kokpit, pilot tersebut menolak ditugaskan untuk itu.

Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat, Mike Hostage, mengkonfirmasikan bahwa sejumlah pilot menolak menerbangkan pesawat tempur siluman F-22 Raptor sampai benar-benar aman. Dia tidak menyebutkan berapa jumlah dari total 200
Top Guns (pilot handal) Amerika Serikat yang menolak terbang dengan F-22. Tapi dia menyebutkan bahwa "jumlahnya kecil."

Ghalib, menerbangkan pesawat paling modern Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) menjadi kompetisi di antara para
Top Guns Amerika.

Tapi F-22 memiliki masalah fatal yaitu berkurangnya oksigen di kokpit, yang dapat menimbulkan
hypoxia.

Hypoxia
terjadi ketika otak kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan pusing, kekaburan dan bahkan pingsan. Akan tetapi dalam menerbangkan jet yang terbang kecepatan di hampir dua kali kecepatan suara, sedetik saja kekeliruan dan gangguan akan berakibat fatal.
 

USAF telah mendokumentasikan satu insiden penerbangan dengan F-22 ketika pilot setengah tak sadarkan diri dan dia membiarkan pesawatnya turun sedemikian rendah hingga sempat badan pesawat menyerempet pucuk pohon-pohon sebelum ia berhasil menyadarkan diri.
 

Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa kasus hypoxia telah dilaporkan selama bertahun-tahun. Para pakar selain tidak menemukan solusi bahkan tidak mengerti apa yang menyebabkan masalah tersebut, apakah dari kekeliruan desain atau respon fisik terhadap kondisi terbang.
 

USAF menonaktifkan jet tempur super canggih itu selama lima bulan pada tahun 2011 untuk melalui pemeriksaan. Pesawat kembali diterbangkan pada bulan September. Sejak itu, tercatat delapan kasus hypoxia.
 

Sebuah panel dari para pejabat tinggi Angkatan Udara Amerika Serikat saat ini sedang mengadakan pertemuan mingguan untuk membahas kemajuan dalam hal ini.

Jenderal Mike sendiri menyatakan akan menerbangkan jet tersebut dan mengujinya.


Sumber :irb

Provokasi Filipina, China Kirim 4 Kapal dan 10 Perahu ke Scarborough Shoal


Kapal dan perahu China mengambil kima raksasa dan karang yang oleh hukum dimiliki Filipina.
MANILA, Jaringnews.com - Militer Filipina menuduh China terus mengirimkan kapalnya ke wilayah Laut China Selatan yang disengketakan. Manila melihat perilaku China ini sebagai bentuk penghinaan dan provokasi untuk perang.

Filipina memergoki empat kapal China dan 10 perahu nelayan telah berlabuh di Scarborough Shoal yang kini masih disengketakan dengan Filipina. Kapal dan perahu China  itu mengambil kima raksasa dan karang yang oleh hukum dimiliki Filipina.

Filipina berpendapat bahwa jumlah kali ini yang terbanyak sejak kedua negara terlibat sengketa sejak hampir sebulan yang lalu.

"Mereka melakukan penghinaan yang buruk dan mengesampingkan upaya diplomasi. Mereka benar-benar ingin menguji apa sebuah negara kecil seperti Filipina dapat melawan negara raksasa," tegas Mayor Ego Loel.

Saat ditanya mengenai kehadiran China di Scarborough Shoal, juru bicara Presiden Benigno Aquino mengatakan Filipina akan menahan diri.

"Kami tidak ingin meningkatkan ketegangan apapun saat ini," kata juru bicara Edwin Lacierda.

"Karena itu, apa yang kita lakukan untuk saat ini adalah hanya untuk mengamati situasi dan akibatnya," imbuhnya.

Sementara itu juru bicara Departemen Luar Negeri Raul Hernandez meminta China untuk menghentikan semua bentuk tindakan yang dapat memperburuk situasi.

"Pembicaraan dari kedua negara telah berada dalam kebuntuan sejak 8 April lalu, setelah kapal nelayan China terbukti menerobos teritori Filipina," imbuhnya.

Waktu itu Filipina mengirim kapal perang terbesar untuk menangkap para nelayan itu, tetapi dua kapal pemerintah China menghalangi upaya ini.

Filipina terpaksa mundur tak lama setelah China tetap menghalangi mereka.

Filipina mengatakan kawasan dalam 200 mil zona ekonom

eksklusif sesuai dengan hukum internasional. Namun Cina mengklaim seluruh Laut Cina Selatan sebagai wilayah sejarah, bahkan sampai pantai Filipina dan negara Asia Tenggara lainnya.

Sumber : Jaringnews 

Russia Pulls Out of Indonesian Rocket System Tender



Smerch multiple launch rocket system (photo : Vitaly V. Kuzmin)


Russia’s arms trading company Rosoboronexport has pulled out of an Indonesian tender for the supply of multiple launch rocket systems, the company told Military Industrial Courier magazine.


The company pulled out because it had offered its Smerch rocket launcher system which “did not meet a range of technical conditions in the tender,” Rosoboronexport official Nikolai Dimidyuk said.


The Indonesian tender was released in February.


“No one wants to waste time, or lead partners into delusion,” he said. “That said, we remain of the opinion that this system fully meets the requirements of the Indonesian forces in the most important criteria, fighting effectiveness,” he said.


Rosoboronexport did not say in which criteria Smerch failed to meet Indonesian requirements.
Russia had offered a 22-ton variant of the Smerch system, but a more widely-sold variant weighs 48 tons.


Indonesia is a traditional Russian and Soviet arms customer and at present has contracts with Russia for delivery of Su-27SKM fighter aircraft, Mi-17 and Mi-35 military helicopters, and BMP-3 and BTR-80 infantry fighting vehicles.


(RIA Novosti)

Rabu, 02 Mei 2012

AS Diam-diam Kerahkan Jet Tempur F-22 ke Uni Emirat Arab

Washington, Amerika Serikat diam-diam telah mengerahkan jet-jet tempur canggih F-22 ke Uni Emirat Arab di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan negara tetangganya yang pro-AS itu.

Hal tersebut disampaikan pejabat-pejabat AS yang minta dirahasiakan identitasnya seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (1/5/2012). Namun mereka tidak bersedia menyebutkan berapa banyak jet tempur F-22 yang telah dan akan dikirimkan ke pangkalan udara Al-Dhafra di Uni Emirat Arab.

Pejabat-pejabat militer AS cenderung enggan membicarakan secara terbuka mengenai detail operasi di pangkalan udara AS tersebut.

Namun juru bicara Angkatan Udara AS, Mayor Mary Danner-Jones membenarkan bahwa sejumlah F-22 Raptor, pesawat tempur paling canggih yang dimiliki AS, telah dikerahkan ke wilayah tersebut. Namun dia tidak menyebutkan soal pangkalan AS di Uni Emirat Arab ataupun soal Iran.

"Angkatan Udara AS telah mengerahkan F-22 ke Asia Barat daya. Pengerahan tersebut memperkuat hubungan militer ke militer, meningkatkan keamanan dan kedaulatan wilayah, memperbaiki operasi udara taktis terpadu dan meningkatkan interoperabilitas pasukan, peralatan dan prosedur," kata Danner-Jones.

Juru bicara Pentagon Kapten John Kirby mengatakan kepada para wartawan, langkah tersebut merupakan pengerahan yang sangat normal sejalan dengan penyesuaian pasukan AS di wilayah tersebut, menyusul penarikan pasukan AS dari Irak.

Ketegangan antara Iran dan Uni Emirat Arab belakangan ini kian memanas terkait perebutan tiga pulau di Teluk. Pemerintah AS telah menyuarakan dukungan kepada pemerintah Uni Emirat Arab atas perseteruan tersebut.


sumber : detik

Jerman Beri Sinyal Setuju Jual Leopard ke Indonesia

Beberapa minggu yang lalu Kabinet Belanda telah menyetujui penjualan 80 Tank Leopard 2 ke Indonesia dengan nilai transaksi sekitar 200 juta Euro, namun untuk merealisasikannya dibutuhkan persetujuan dari parlemen yang masih timbul pro dan kontra (photo : Militaryphotos).
PEMERINTAH dan DPR ber­kukuh membeli tank Leo­pard 2A6. Setelah gagal membeli dari Belanda, pemerintah dan DPR kini beralih ke Jerman.

Anggota Komisi I DPR dari F-PG Yorris Raweyai saat dihubungi, kemarin, menjelaskan anggota dewan sempat mendatangi pabrik produsen tank seberat 60 ton itu saat berkunjung ke Muenchen, Jerman, baru-baru ini.

Rombongan yang mendatangi Jerman dipimpin Wakil Ketua Komisi I DPR Hayono Isman didampingi 12 anggota. Kami ingin mencari kepastian bagaimana teknis tank ini,” ujar Yoris.
Awalnya, pemerintah berencana membeli 100 tank bekas dari Belanda dengan nilai sekitar US$280 juta. Namun, rencana itu terkendala karena ada penolakan dari parlemen Belanda.
Dubes RI di Berlin Eddy Pratomo membenarkan dele­gasi anggota dewan sempat mengunjungi perusahaan produsen tank Leopard, Krauss-Maffei-Wegmann GmbH & Co KG (KMW).

Eddy menjelaskan, dele­gasi sempat berdialog dengan Presiden dan CEO KMW Frank Haun. Pada kesempatan tersebut, Komisi I DPR membicarakan penjajakan pembelian tank Leopard dan perjanjian alih teknologi sebagai bagian dari kontrak pembelian.

Selain itu, sambung Eddy, rombongan sempat bertemu juru bicara luar negeri fraksi CDU/CSU (koalisi partai berkuasa Jerman) Philipp Missfelder serta Ketua Komisi Pertahanan Susanne Kastner.

Anggota dewan juga, lanjut Eddy, sempat bertemu dengan Parliamentary State Secretary Hans-Joachim Otto, untuk meminta penjelasan tentang prosedur pemberian dan izin ekspor alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang menjadi wewenang kementerian tersebut.
Menurut Eddy, pihak Jerman menyatakan tidak melihat ada masalah untuk ekspor alutsista ke Indonesia. Jerman, menurut Eddy, bahkan akan meningkatkan kerja sama ekonomi dan industri strategis kedua negara.

Padahal, Eddy mengakui pihak Jerman menerapkan kebijakan restriktif terhadap ekspor alutsista ke Indonesia. Salah satu isu yang sering menjadi ganjalan adalah isu perlindungan hak asasi manusia.
“Penting bagi Indonesia untuk menjelaskan hal itu kepada Jerman,” ujarnya. (Che/Ant/P-1)

Antisipasi China FIlipina Sampai Merengek Bantuan AS

MANILA-(IDB) : Filipina menyatakan bahwa mereka akan meminta lebih banyak bantuan militer AS untuk menghadapai China yang terus berupaya menguasai wilayah Laut China Selatan. Manila berpendapat bahwa China mengabaikan hukum kelautan "internasionalisasi".

Menteri Luar Negeri Albert del Rosario mengatakan Filipina sedang mencari bantuan ke Amerika Serikat untuk memperkuat sistem pertahanan dan ingin mengambil manfaat maksimal dari perjanjian pertahanan.

"Kami akan ke Amerika Serikat untuk memaksimalkan manfaat pertahanan bersama Amerika ini," tegas Del Rosario.

Rencananya, Del Rosario dan Menteri Pertahanan Voltaire Gazmin akan bertemu Hillary Clinton dan Leon Panetta di Washington pada 30 April mendatang.

Pertemuan di Washington ini digelar setelah sebelumnya Filipina dan China bersitegang di Scarborough Shoal, salah satu pulau di Laut Cina Selatan dimana kapal dari kedua belah pihak saling berhadapan.

"Kami ingin semua negara, termasuk Amerika Serikat, membuat keputusan pada apa yang terjadi di sana dan apa implikasinya untuk negara mereka sendiri," tegas Del Rosario.

Del Rosario tidak mengatakan bantuan khusus apa yang diharapkan Filipina dalam pembicaraan dengan AS. Meski demikian, para pejabat pertahanan Filipina sebelumnya telah membocorkan bahwa Manila akan meminta sebuah kapal penjaga pantai dan jet tempur F-16.

Sumber : Jaringnews

KRI SIM 367, Duta Bangsa Untuk Perdamian Dunia

JAKARTA-(IDB) : TNI AL ikut berkontribusi dalam perdamaian dunia. Bentuk kontribusi ini terlihat dari dikirimkannya kurang lebih 1828 pasukan TNI AL ke Lebanon untuk membantu menjaga kedaulatan negeri tersebut. Mereka tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Maritime Task Force (MTF) TNI Kontingen Garuda XXVIII-C/ United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL)

TNI AL sendiri mengirimkan pasukan melalui 3 tahap dengan menggunakan KRI (Kapal Perang Republik Indonesia), pertama KRI Frans Kaisepo-368, lalu KRI Diponegoro-365. Dan saat ini KRI Sultan Iskandar Muda-367 yang kembali menuju dermaga Kolinlamil (Komando Lintas Laut Militer) di Tanjung Priok.

KRI Sultan Iskandar Muda kemudian menjadi salah satu kapal yang menarik diperbincangkan. Indonesia merupakan negara dari Asia pertama dan satu-satunya yang berpatisipasti dan mengirimkan kapal perang dalam misi perdamaian di Lebanon. Dari kesuluruhan Satgas MTF Unifil, hanya ada dua kapal perang yang membawa helikopter dan salah satunya adalah Indonesia. Lalu, apa lagi keistimewaan kapal ini?

Kapal yang dipimpin oleh Letkol Laut (P) Agus Hariadi (lulusan AAL tahun 1992) merupakan salah satu kapal terbaru yang dimiliki TNI AL, berjenis korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) buatan Schelde Naval Shipbuilding, Vlissingen, Belanda, 2008 silam. KRI Sultan Iskandar Muda-367 ini juga memiliki persyaratan minimal untuk kapal perang yang akan bergabung dalam MTF UNIFIL.

Persyaratan tersebut antara lain: mampu mengoperasikan Heli dan kemudian membawa 1 unit Heli BO-105 NV-414, mampu melaksanakan SAR, mampu melaksanakan RAS (Pengisian BBM di laut), memiliki fasilitas kesehatan kelas I, dan memiliki combat management system secara real time.

Selain itu mampu melaksanakan self protection, memiliki kemampuan mengidentifikasi kawan/lawan, dilengkapi berbagai persenjataan serta mampu memberikan bantuan kepada Angkatan Laut Lebanon.

Kapal ini memiliki berat 1.700 ton, panjang 90,71 m. lebar 13,2 m, kecepatan 28 knots dengan tenaga penggerak Diesel STC MAN. Dilengkapi torpedo 3A244S dengan dua peluncur, meriam, peluru kendali dan persenjataan elektronik.

Sementara itu, tugas pokok para prajurit ini antara lain : melaksanakan Maritime Interdiction Operation (MIO) untuk membantu Angkatan Bersenjata Lebanon atau LAF dalam mencegah pemasukan senjata illegal dan materiil pendukung lainnya ke Lebanon sesuai resolusi PBB nomor 1701 tahun 2006, serta membantu LAF dalam meningkatkan kemampuan pelaksanaan tugas penegakan kedaulatan.

Di jajaran Alutsista TNI AL, KRI Sultan Iskandar Muda-367 masuk dalam jajaran Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkorarmatim).

KRI Sultan Iskandar Muda beserta personelnya bertugas selama 6 bulan di perairan Lebanon mulai November 2011 sampai dengan April 2012 dan akan digantikan dengan KRI Hasanuddin-366 yang rencananya akan diberangkatkan pada pertengahan Mei 2012.

Sumber : Detik

Pindad Segera Kirimkan Panser Malaysia Dan Selesaikan 100 Panser Pesanan TNI AD

BANDUNG-(IDB) : Sebanyak 32 unit panser 6x6 produksi PT Pindad pesanan Malaysia paling lambat diserahkan mulai akhir tahun ini. Penentuan waktu pengiriman itu masih terus dibahas kedua belah pihak.

Hal tersebut dikatakan Dirut PT Pindad, Adik Avianto Soedarsono di Bandung, Senin (30/4).

"Setidaknya pada akhir 2012, akan ada panser yang diserahkan kendati dilakukan secara bertahap. Semua pesanan itu selesai pada Maret 2013," jelasnya.

Menurut dia, negeri jiran tersebut meminta agar kendaraan tempur itu bisa dikirimkan secepatnya. Situasi tersebut cukup merepotkan kemampuan produksi BUMN Strategis itu.

Karena itu, Pindad kemungkinan akan menukar prioritas produksi guna memenuhi pesanan tersebut.

Di saat bersamaan, perusahaan yang berbasis di Bandung tersebut tengah mengerjakan 100 unit pesanan TNI. Permintaan dalam negeri diproyeksikan rampung pada akhir tahun ini.

"Kemungkinan kita pinjam dulu dari produksi untuk AD, sekitar lima unit," jelasnya.

Panser yang diinginkan Malaysia terdiri dari konfigurasi panser pengangkut personil (armoured personnel carrier), medis, dan komando. Harga satuan standardnya mencapai 1 Juta US Dollar yang bisa meningkat tergantung varian panser yang diinginkan.

Kemampuan kendaraan tersebut di antaranya mampu berlari tidak kurang dari 60 km per jam. Hal itu sudah mampu dipenuhi Pindad lewat kehadiran Panser Anoa 6x6 milik pasukan perdamaian TNI di Lebanon.

Sumber : Suara Merdeka

Iran Berhasil Ciptakan Perangkat Pembajak Rudak

TEHRAN-(IDB) : Komandan Pangkalan Pertahanan Udara Khatam al-Anbiya mengatakan, Iran telah mencapai kemampuan untuk mencegat dan membelokkan rudal musuh jauh dari target mereka.
 
"Setiap rudal akan dihancurkan atau dialihkan kembali sebelum mencapai Iran dan akan menghantam target yang kami pilih," kata Brigjend Farzad Esmaeili pada Senin (30/4) seperti dikutip kantor berita Fars.
 
Sistem tersebut akan melaksanakan tugas-tugasnya setiap kali ancaman datang, tambahnya.
 
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat terobosan besar di sektor pertahanan dan mencapai swasembada di bidang peralatan dan sistem militer penting.
 
Mengomentari upaya anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia dan Amerika Serikat untuk menggelar sistem rudal di kawasan, Esmaeili menuturkan, negara-negara regional beralih ke cara-cara seperti tentu setelah mereka menemukan kelemahan di pertahanannya.
 
Pada bulan Maret, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengadakan pembicaraan di Arab Saudi tentang rencana sistem rudal Teluk Persia untuk melawan apa yang digambarkan sebagai potensi ancaman dari Iran.
 
Sementara Iran senantiasa menegaskan bahwa kekuatan militernya bersifat defensif dan membawa pesan perdamaian dan persahabatan kepada negara-negara regional.

Sumber : Irib

Minggu, 29 April 2012

Pakistan Memprotes Serangan Pesawat Tanpa Awak AS


Presiden Pakistan Asif Ali Zardari mengatakan kepada seorang diplomat senior Amerika Serikat bahwa membangun rasa saling percaya antara kedua negara adalah kunci untuk melanjutkan kerjasama bilateral kontra-terorisme.
 
"Pakistan dan AS dapat melakukan kerjasama di berbagai bidang dan salah satunya adalah menciptakan stabilitas dan perdamaian di Afghanistan," kata Zardari dalam pertemuan dengan Marc Grossman, utusan khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan.
 
Grossman berada di Islamabad untuk mengadakan pembicaraan bilateral dan mewakili AS dalam forum trilateral, yang melibatkan Pakistan dan Afghanistan.
 
"Presiden Zardari menegaskan oposisi Islamabad terhadap Washington menyangkut serangan pesawat tanpa awak di kawasan adat negara itu. Pakistan selalu menyatakan bahwa serangan pesawat tanpa awak sangat kontra produktif dalam perang melawan militan, karena akan membangkitkan kemarahan publik akibat jatuhnya korban sipil," kata juru bicara Presiden, Farhatullah Babar.
 
Presiden mengatakan bahwa kedua belah pihak harus membuat kerangka kerjasama untuk menemukan alternatif yang dapat diterima bersama terkait serangan AS, tambahnya.
 
Babar menandaskan bahwa Pakistan berkomitmen untuk membantu pasukan internasional menciptakan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan. Namun, komunitas internasional juga harus berkomitmen soal biaya yang dikeluarkan Islamabad untuk masalah itu.
 
Di pihak lain, Grossman menyampaikan terima kasih kepada Zardari untuk pertemuan tersebut dan mengatakan bahwa AS menghormati keputusan parlemen Pakistan terkait hubungan kedua negara.
 
Dia mengatakan Washington ingin melanjutkan kerjasama dengan Islamabad dan menyatakan harapan bahwa hubungan bilateral akan segera kembali normal.

Sumber : Irib

HRW Kecam Rencana Penjualan Senjata Inggris untuk Indonesia


Pengawas Hak Asasi Manusia (HRW) mengecam keputusan Inggris menjual senjata ke Indonesia untuk pertama kalinya dalam 13 tahun, dan menilainya  tidak tepat mengingat terjadinya "pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia di negara Asia Tenggara.
 
Dalam statemen yang dirilis Jumat (27/4), HRW mengecam kebiajkan Inggris yang mencari peluang ekspor senjata untuk mendongkrak perekonomiannya, sementara pada saat yang sama mengabaikan kemungkinan penggunaan persenjataan tersebut dalam menindas warga Indonesia.
HRW menegaskan, "Pemerintah Indonesia tidak berbuat banyak untuk menghentikan eskalasi kekerasan dan diskriminasi ... terhadap kelompok minoritas agama seperti Ahmadiyah, Kristen, dan Syiah."
 
Perdana Menteri Inggris, David Cameron berserta rombongannya, termasuk perwakilan dari perusahaan senjata seperti BAE Systems, tiba di Jakarta pada 11 April untuk membahas rencana penjualan senjata ke Indonesia dengan tujuan meningkatkan lapangan kerja dan investasi Inggris.
 
Perdana Menteri Inggris berjanji akan memberikan Indonesia dengan "perlengkapan pertahanan terbaik di dunia," karena negara ini dinilai sebagai negara yang "bertanggung jawab".
 
Seraya mengumumkan rencana pelipatgandaan perdagangan kedua negara dalam waktu tiga tahun, Cameron dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyaksikan penandatanganan kesepakatan 2,5 milyar USD antara Maskapai Nasional Garuda Indonesia dan Airbus di Jakarta.
 
Selama dan pasca kekuasaan rezim Soeharto yang berakhir pada 1998, Inggris merupakan pemasok senjata terbesar ke Indonesia. Namun, pemerintah Inggris menghentikan penjualan jet tempurnya ke Indonesia 13 tahun lalu, setelah pemerintah Jakarta dituding menggunakan pesawat buatan Inggris untuk membunuh warganya di Timor Timur pada 1999, dan di Aceh pada tahun 2003.

Sumber : Irib

Hizbullah Punya Pesawat Tanpa Awak, Israel Ketakutan


Rezim Zionis Israel mengkhawatirkan kemungkinan Hizbullah menggunakan pesawat tanpa awak untuk melakukan aktivitas anti-Zionis di Palestina pendudukan.
 
Televisi al-Alam Sabtu (28/4) melaporkan, koran Yediot Aharonot menulis, "Jika terjadi bentrokan militer dengan Israel, Hizbullah akan menggunakan pesawat tanpa awaknya."
 
Koran Zionis tersebut menambahkan, "Jenis pesawat tanpa awak Hizbullah  yang didapat dari Iran  mampu mengangkut puluhan kilogram bahan peledak."
 
Terkait ketakutan Tel Aviv terhadap penggunaan pesawat tanpa awak tersebut, koran berbahasa Ibrani itu menulis, "Kemungkinan Hizbullah akan menggunakan pesawat tanpa awak itu untuk menyerang berbagai target di utara Palestina pendudukan."
 
Sebelumnya, sumber-sumber militer dan intelijen Israel telah mengkonfirmasikan berbagai evaluasi tentang kemampuan militer Hizbullah.
 
Sumber-sumber itu menyebutkan bahwa Hizbullah memiliki sekitar 10 ribu rudal canggih.
 
Namun, sejumlah sumber Zionis yang lain melaporkan bahwa Hizbullah diperkirakan menyimpan 40 ribu rudal canggih di dalam gudang senjatanya.
 
Dalam perang selama 33 hari melawan Israel pada tahun 2006, Hizbullah Lebanon mampu mengalahkan militer rezim Tel Aviv.
 
Gerakan Muqawa Lebanon selalu menegaskan kemampuannya dalam menghadapi Israel. Namun Hizbullah tidak pernah menampakkan semua kemampuan militer dan logistiknya.

Sumber : Irib

Insiden Pulau Yeonpyeong, adakah artinya bagi Indonesia?

Insiden Yeonpyeong, sebuah pelajaran berharga bagi Indonesia)

Bermula kisah saat saya menyaksikan manuver tentara Korea utara dilayar kaca, hati saya terenyuh melihat bombardir besar-besaran tanpa ampun perbatasan terluar di pulau Yeonpyeong milik korea Selatan. Kabarnya Korea Utara tersinggung dengan latihan bersama yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat. Parahnya lagi beberapa saat yang lalu negeri komunis itu juga sempat menenggelamkan kapal angkatan laut korea selatan yang sejujurnya masih “serumpun” dengannya

Provokasi korea utara boleh jadi merupakan sikap yang menunjukan pada rivalnya bahwa mereka tak segan-segan untuk melakukan yang sama kapanpun dan dimanapun. Namun angkat topi bagi Korea Selatan yang masih mampu membalas provokasi bar-bar tersebut dengan cara elegan, membalas salam dengan mengirim pula proyektil MBT kesayangannya, sehingga mau tak mau korea utara menghentikan provokasi yang tak senonoh itu.

Dalam hati saya bertanya, adakah artinya insiden berdarah ini bagi bangsa Indonesia?

Jangan Sepelekan Isu Perbatasan Kaltara-Sabah!  

Tak perlu menunggu 30 hingga 50 tahun sebuah peristiwa dapat dijadikan patokan sejarah. Insiden bombardir pulau Yeonpyeong seharusnya menempatkan bangsa ini bercermin, bahwa untuk memulai sebuah provokasi berdarah Korea utara tak perlu meminta izin pada dunia. Tengok pula saat Jepang tak perlu menyatakan diri berperang saat menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika di Hawai, pun demikian ketika pasukan Jerman melintas lebih dalam ke wilayah Polandia yang menjadi awal petaka perang dunia ke dua. 

(Sukhoi Indonesia, tak sabar rasanya melihat lebih banyak lagi membelah langit Nusantara)

Sejarah diatas seharusnya membuat kita lebih mawas diri dan dewasa saat bersikap dalam lingkungan hidup bertetangga. Kita tak pernah meminta untuk berperang, namun sebuah pepatah lama mengatakan bahwa untuk mendambakan hidup damai kita mau tak mau harus bersiap jika perang terjadi, itu bukan sekedar slogan namun sebuah peringatan yang memang dalam maknanya.

Sebuah kenyataan yang dihadapi dalam kehidupan bertetangga memang tak selalu mulus, apa lagi jika pernah di bayang-bayangi dengan sejarah suram dimasa terdahulu. Khususnya mengenai jiran Indonesia di utara kalimantan tersebut, sejarah konfrontasi bagi negeri serumpun indonesia itu merupakan bagian penting yang membentuk sejarah sebuah bangsa dan turut pula mempengaruhi kebijakan politik, budaya, ekonomi bahkan militernya. Ibarat kata bila Indonesia menempatkan satu tentara, sebisa mungkin mereka mengimbanginya bahkan menempatkan dua sekaligus. Phobia semasa konfrontasi ternyata memang masih membekas dalam ingatan mereka.

Saya orang utara sedikit banyaknya paham bagaimana mana cara pikir jiran serumpun tersebut. Saat isu persiapan pembelian MBT Leopard menggema diberbagai media, -saya yakin akan segera mendapat reaksi dari dari jiran Indonesia di utara itu,- benar saja ATM (Angkatan Tentera Malaysia) sudah mulai menggosok-gosok laras meriam MBT PT-91 yang bersarang di Kamp Gemas. Begitu tengah marak-maraknya Leopard terganjal oleh sikap picik sebagaian elit politik kita –bahkan mengatakan PT-91 tak akan dipindahkan dari sarangnya di semenanjung untuk menghadapi Leopard Singapura dan Patton Thailand-, diam tapi pasti mereka sudah memindahkan sebagian MBT ke daratan kalimantan, sampai akhirnya tiba-tiba nongol dalam berita Tank-tank kelas berat itu sudah ada diperbatasan. 

(Siap bertugas diperbatasan)

Bukan hanya itu dalam waktu yang bersamaan dengan kunjungan Menhan, Pak Purnomo ke Jerman dan Belanda untuk melobi pembelian Leoprad yang terseok-seok oleh sikap politisi kita, Malaysia membeli 18 mobil peluncur roket Astross di sabah, tepat diperbatasan dua negara. Apa artinya daratan sepanjang perbatasan itu dibandingkan dengan laras meriam modern dan peluncur roket mutakhir? masihkah politisi kita tak mampu melihat itu?

Inilah yang saya katakan bahwa para elit politik dan sebagian LSM membuat Indonesia tengah berjudi, dan yang dipertaruhkan tak main-main yaitu harga diri bangsa. Mengapa? karena isu leopard dan juga Sukhoi merupakan simbol harga diri dan kehormatan bangsa ini. isu ini tidak main-main bila gagal karena sikap picik sebagian elit politik kita, bisa-bisa Indonesia masuk dalam jajaran negara NATO (Not Actions Talk Only). Jangan sampai hal itu terjadi karena segelintir orang yang sudah gelap mata di pentas politik negeri ini.

Jangan tunda kedatangan MBT di Perbatasan!

Kita perlu MBT sebagai bagian dari kesetaraan pertahanan. Dengan militer dan ekonomi kuat Indonesia akan disegani. Saya tak perlu panjang lebar mengenai hal tersebut karena kita semua sebenarnya sudah tau betul fungsi MBT sebagai bagian dari pertahanan untuk menciptakan efek deteran bagi bangsa ini.

Saya tak ingin terlalu berandai-andai, hanya yang patut saya ingatkan bahwa apa yang terjadi pada pulau Yeonpyeong mungkin akan terulang diperbatasan kita bila bangsa ini tak segera menyikapinya dengan tepat. Karena itu Jangan lagi ada pihak yang berusaha menunda-nunda kedatangan MBT Leopard, Anti tank, peluncur roket, helikopter Super Cobra dan apapun itu yang menjadi bagian dari modernisasi milier kita diperbatasan. Jangan main-main dengan isu perbatasan sekecil apapun itu pasti akan mengundang aksi dan reaksi.
Sumber: Pengamat

Arab Saudi Tutup Kedubes di Mesir

Metrotvnews.com, Riyadh: Arab Saudi akan menarik duta besar dan menutup kedutaan mereka di Kairo, Mesir. Kerajaan Arab pun bakal menyetop secara permanen kegiatan konsulat di Iskandariyah dan Suez.

Kantor berita resmi, Saudi Press Agency (SPA), melaporkan, Dubes Arab Saudi untuk Mesir sudah dipanggil untuk konsultasi. Langkah ini diambil setelah selama berhari-hari warga Mesir memprotes misi diplomatik Arab Saudi di negara mereka.


"Protes dan upaya untuk menyerbu Kedubes Arab Saudi telah mengancam keamanan staf Arab Saudi dan Mesir. Slogan bermusuhan yang diteriakkan pemerotes telah melanggar kedaulatan misi diplomatik Arab Saudi," rilis SPA.


Pemrotes menyerukan pembebasan Ahmed Gezawi, pengacara dan pegiat di Mesir. Gezawi ditahan awal April di satu Bandar Udara Arab Saudi karena membawa narkotika

Arab Saudi Tarik Pulang Dubes untuk Mesir

Metrotvnews.com, Riyadh: Arab Saudi memutuskan memanggil pulang duta besarnya untuk Kairo. Sejatinya, mereka akan menutup misi-misi diplomatik di Mesir setelah protes di luar kedubes terkait penahanan seorang pengacara Mesir di Saudi.

Kedubes Arab Saudi dan konsulat-konsulat di kota-kota Iskandariyah dan Suez di Mediterania ditutup. Seorang juru bicara resmi, yang dikutip SPA mengatakan tindakan-tindakan itu diputuskan untuk menanggapi demonstrasi-demonstrasi di luar misi-misinya di Mesir. Juga adanya ancaman-ancaman setelah pengumuman penahanan pengacara Mesir di Arab saudi.

Protes-protes itu dituding tidak pada tempatnya. Para pegawai Kedubes Arab Saudi telah diancam. "Slogan-slogan permusuhan diteriakkan dan kekebalan wakil-wakil diplomatik dilanggar, bertentangan dengan seluruh peraturan internasional," kata juru bicara itu.

Ia mengatakan aksi kekerasan telah menyebabkan penangguhan pelayanan diplomatik dan konsulat bagi para pekerja Mesir dan peziarah ke tempat-tempat paling suci Islam yang terletak di Arab Saudi barat.

Pada Selasa, ratusan warga Mesir berunjuk rasa di luar Kedubes Saudi. Mereka menuntut pembebasan Ahmed Mohammed al-Gizawi, aktivis hak asai manusia Mesir yang ditahan pihak berwenang Arab Saudi dengan tuduhan menyimpan narkoba.

Para pemrotes meneriakkan yel-yel menentang Pemerintah Arab Saudi. Mereka mendesak pembebasan secepatnya yang ditangkap setibanya di Bandar Udara Jeddah, 17 April 2012.

Gizawi ditahan setelah dihukum satu tahun penjara dan 20 kali cambuk. Tindakan tersebut dikecam Jaringan Informasi Hak Asasi Manusia berbahasa Arab, satu organisasi Mesir.

Gozawi, menurut para pendukungnya, mengunjungi Saudi untuk berziarah. Ia diduga menjadi target karena aktivitasnya mendukung para tahanan Mesir di penjara-penjara Arab Saudi.
 
Sumber : Metronews,com

Thailand-China to Jointly Develop MLRS with a Guidance System


In an earlier joint deal, Thailand and China developed the DTI-1 system, DTI-1G [Guided]" will be more accurate and have a greater range than existing systems (photo : MThaiNews)

Top brass China visit secures joint missile deal

BEIJING : Thailand and China have agreed to jointly develop multiple rocket launchers with a guidance system as part of a move to strengthen military ties.

The two sides reached the agreement during a visit to China by the Thai military top brass in what was described by Defence Minister Sukumpol Suwanatat as a call by "the whole family" to China which is "our close relative".

It is the first time in 15 years that a defence minister has led all key military leaders ranging from the defence permanent secretary, supreme commander and armed forces chiefs to meet Chinese senior military officers, led by National Defence Minister Gen Liang Guanglie.

Under the new agreement, the Thai Defence Technology Institute will work with China to develop new multiple rocket launchers called "DTI-1G [Guided]" which will be more accurate and have a greater range than existing systems, said ACM Sukumpol after the meeting.

Multiple rocket launchers are known for their devastating capabilities and ability to deliver a large amount of ordinance simultaneously, but are not recognised for precision because they are not usually equipped with a guidance system.

In an earlier joint deal, Thailand and China developed the DTI-1 system, which had a range of between 60 and 180km, but it lacked accuracy.

The new DTI-1G project will last three years and will be funded under a 1.5-billion-baht budget, ACM Sukumpol said.

Gen Liang also told the delegation that if Thailand wants to buy weapons from China, it will be willing to sell them at "friendly prices", ACM Sukumpol quoted Gen Liang as saying."The price of Chinese weaponry has increased greatly recently. Arms are not as cheap as before so we will have to consider this carefully," ACM Sukumpol said.

As well as technological cooperation, the Thai and Chinese defence ministries have also agreed to hold a joint military exercise involving their air forces for the first time.

"We will need to discuss more details of this because Thailand and China have different military doctrines in the aviation area," ACM Sukumpol said.

So far the two countries have held joint military drills involving the army's special warfare units and the navy's marine corps.

(Bangkok Post)