Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Minggu, 30 Desember 2012

India Receives Second Russia-Built Stealth Missile Frigate


NEW DELHI, December 30 (RIA Novosti) - The second of three stealth frigates that Russia builds for India at the Yantar Shipyard in Russia’s Baltic exclave of Kaliningrad arrived at the port of Mumbai, an Indian Defense Ministry source said on Sunday.

The source did not specify whether an official ceremony of the frigate’s reception would be held.

Russia and India signed a $1.6 billion contract on construction of three modified Krivak III class (also known as Talwar class) guided missile frigates for India in 2006. The first frigate, INS Teg, joined the Indian Navy on April 27.

The second frigate, The Tarkash, was commissioned on November 9 and sailed from Baltiysk to India on November 17.

The last in the series of three frigates, The Trikand, currently undergoes dock trials and after it completes sea trials in the Baltic Sea will join the Indian Navy in the summer of 2013.

The new frigates are each armed with eight BrahMos supersonic cruise missiles.

They are also equipped with a 100-mm gun, a Shtil surface-to-air missile system, two Kashtan air-defense gun/missile systems, two twin 533-mm torpedo launchers, and an antisubmarine warfare (ASW) helicopter.

Russia previously built three Talwar class frigates for India - INS Talwar (Sword), INS Trishul (Trident), and INS Tabar (Axe).



Sumber: Rianovosti

Jumat, 28 Desember 2012

Indonesia Rencananya Tambah 10 Kapal Selam


REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Modernisasi alutsista TNI dilakukan secara serius untuk menunjung kekuatan sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan TNI, khususnya matra Angkatan Laut dalam menjaga perairan Indonesia. 

"Rencana strategis jangka panjang, Indonesia akan membeli 10 kapal selam," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat berkunjung ke PT PAL, Surabaya, Jumat (28/12).

Untuk tahap awal, Indonesia akan memiliki tiga kapal selam hasil kerjasama pembelian dari Korea Selatan. Dua dibuat di sana, kata dia, satu kapal selam dibuat murni anak negeri di PT PAL mulai 2016. 

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia, puluhan teknisi dikirim ke Negeri Ginseng untuk mendapatkan menimba ilmu transfer teknologi.

Targetnya nanti, kata Sjafrie, sepulangnya ke Indonesia mereka memiliki kemampuan untuk merawat dan membuat kapal selam yang menjadi alutsista ampuh dalam menjaga perairan Indonesia. "Karena memelihara dan membangun kapal selam tidak beda jauh."

Pihaknya paham untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum (MEF) membutuhkan dana besar dan dilakukan dengan perencanaan matang. Meski begitu, kalau melihat cetak biru yang pemenuhan alutsista hingga 2024, maka hal itu hampir dipastikan terwujud.

Sjafrie menjelaskan, pada awal pemerintahan SBY, anggaran belanja alutsista per tahun masih Rp 500 miliar. Sekarang, dana yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 8 triliun. Selain untuk memasuk kebutuhan senjata operasional prajurit, langkah membeli produk senjata lokal juga untuk membantu memulihkan kejayaan industri pertahanan dalam negeri.

"PT PAL sudah bangkit dan secara khusus mendapat penyertaan modal. Tapi mereka harus menguatkan divisi kapal perang yang terkenal dengan teknologi tinggi."


Sumber: Republika

Korut Bangun Fasilitas Pengayaan Uranium Baru

Fasilitas nuklir Yongbyon Korea Utara
Foto satelit fasilitas nuklir Yongbyon Korea Utara
Pakar Korea Selatan dan AS menganalisis pencitraan satelit baru dan menyimpulkan bahwa Korea Utara telah membangun pabrik pengayaan uranium baru, selain fasilitas yang sudah ada di Yongbyon. Kantor berita Kyodo melaporkan dengan mengacu kepada perwakilan dari Kementerian Pertahanan di Seoul bahwa Pyongyang setidaknya telah memiliki 40 kilogram senjata kelas plutonium, yang diperoleh dari PLTN tersebut.
Pada akhir November 2010, pemimpin DPRK (Democratic People's Republic of Korea) secara resmi mengumumkan niatnya untuk memperluas program nuklirnya. Dalam hal ini, ada ribuan sentrifugal untuk operasi pengayaan uranium di pabrik Yongbyon. Dalam waktu itu, inspektur Badan Atom Internasional (IAEA) memantau kegiatan pabrik itu. Namun tak lama setelah itu, Korea Utara memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan IAEA dan para pengamat diusir dari negara itu.
Korea Utara mendeklarasikan dirinya memiliki kekuatan dengan potensi nuklir tujuh tahun lalu. Pada tahun 2006 dan 2009, Pyongyang melakukan uji coba nuklir, yang menyebabkan kemurkaan Dewan Keamanan PBB. PBB menuntut Korea Utara menghentikan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik dan melanjutkan dialog untuk mengurangi ancaman nuklir di wilayah yang bermasalah tersebut.
Sumber: Artileri

Enam Kapal Militer Iran Mulai Beraksi di Selat Hormuz


REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Enam kapal militer Iran melesat di selat Hormuz. Sedangkan, ratusan tentara angkatan laut Negara Mullah itu telah bersiaga. Beberapa di antaranya memegang senjata laras panjang. Inilah aksi latihan perang militer tentara Iran yang berlangsung pada Jumat (28/12) kemarin.

Latihan militer Iran langsung dipimpin oleh Komandan Angkatan Laut Iran, Habibollah Sayyari. Seperti dilansir Aljazeera, latihan militer Iran berlangsung hingga Rabu (2/1) mendatang. "Latihan akan berlagsung di perairan selusas 1 juta kilometer persegi yaitu di Selat Hormuz, Teluk Oman, dan Samudera Hindia," jelas sumber resmi militer Iran seperti dikutip kantor berita IRNA.

Sayyari menjelaskan bahwa latihan itu adalah persiapan untuk melindungi wilayah teritorial Iran. Selain itu, latihan perang juga bertujuan untuk mengamankan jalur logistik ekonomi Iran, terutama jalur keluar-masuk kapal penangkut minyak.

Iran sendiri telah memperingati setiap kapal yang melintas agar menghindari jalur yang digunakan militer untuk latihan. Sayyari membantah latihan ini adalah provokasi Iran bagi negara lain, terutama Israel.

Walau begitu, bisa dipastikan bahwa latihan militer Iran ini akan menambah ketegangan di Selat Hormuz. Sebelumnya Israel dan Amerika juga telah melakukan latihan serupa di dekat perairan Iran.


Sumber: Repubilka

Pengerjaan Kapal Militer di PT PAL Molor


TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin mengungkapkan kemungkinan mundurnya jadwal penyerahan dua jenis kapal militer pesanan Kementerian Pertahanan yang tengah digarap PT PAL. Kementerian Pertahanan memesan dua unit tugboat serta tiga unit kapal cepat rudal ke PT PAL sejak dua tahun lalu dengan biaya sekitar Rp 500 miliar.

"Saya melihat prosesnya lambat karena perencanaan oleh pejabat yang lama tidak cermat. Mungkin penyelesaiannya akan meleset dari target pada 2013," kata Sjafrie saat meninjau pembuatan kedua kapal tersebut di galangan PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 28 Desember 2012.

Meskipun demikian, Sjafrie berharap agar target delivery time kedua kapal tersebut pada 2014 tidak meleset. Bekas Panglima Kodam Jaya itu juga menginginkan proses penuntasan kedua kapal itu tidak mempengaruhi delivery yang telah disepakati. "Sebab kapal itu merupakan bagian dari proses modernisasi peralatan Tentara Nasional Indonesia," kata Sjafrie.

Selain kedua jenis kapal pesanan tersebut, Sjafrie juga meninjau kesiapan PT PAL dalam pembuatan tiga unit kapal selam militer yang sedang dikerjakan bersama Korea Selatan. Menurut Sjafrie, satu di antara tiga kapal selam itu nantinya akan dikerjakan di galangan kapal milik PT PAL. "Kedatangan saya ke sini juga dalam rangka melihat persiapan pembangunan galangan kapal selam itu," ujar Sjafrie.

Direktur Utama PT PAL M. Firmansyah Arifin mengatakan, proses penggarapan tugboat dan kapal rudal cepat tidak meleset dari target. Ia pun optimistis pengerjaannya akan tuntas sesuai waktu. Sebab selain kontrak jangka panjang sudah di tangan, materialnya pun sudah tersedia. "Saya memahami pernyataan Wakil Menteri Pertahanan itu sebagai cambuk bagi kami agar bekerja keras merampungkan kapal itu," kata Firmansyah yang diwawancarai terpisah.


Sumber: Tempo

Kamis, 27 Desember 2012

Filipina Beli 3 Helikopter AL dari Italia


MANILA, KOMPAS.com - Filipina, Kamis (27/12), mengatakan akan membeli tiga helikopter angkatan laut dari sebuah produsen Anglo-Italia. Pembelian itu merupakan bagian dari program modernisasi militer di tengah sengketa wilayah dengan China.

Tiga helikopter AW 109 "Power" dari AgustaWestland akan diperoleh harga 32,5 juta dollar AS berdasarkan program pengadaan darurat, kata Departemen Pertahanan negara itu dalam sebuah pernyataan.

"Akuisisi helikopter angkatan laut ini merupakan salah satu langkah konkret menuju pemenuhan tujuan kami untuk memodernisasi Angkatan Laut Filipina dan angkatan bersenjata kami pada umumnya," kata Menteri Pertahanan Voltaire Gazmin sebagaimana dikutip.

Dia mengatakan, melalui akuisisi tersebut dan rencana pembelian peralatan yang lain, angkatan bersenjata Filipina menunjukkan niatnya untuk "mengamankan kedaulatan negara dan integritas wilayah nasional".

Dalam beberapa bulan terakhir, militer Filipina yang punya peralatan yang kurang memadai telah berusaha untuk meningkatkan kemampuannya di tengah ketegangan dengan China terkait wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan. Filipina itu telah memesan atau menjajagi sejumlah kapal patroli baru, jet tempur, pesawat angkut dan helikopter serang dan pada saat bersamaan berupaya untuk meningkatkan hubungan pertahanan dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.

Berbagai upaya itu telah dipercepat sejak Filipina dan China mulai menghadapi ketegangan pada April terkait sengketa atas Scarborough Shoal, sekelompok pulau di Laut China Selatan. Filipina mengatakan beting itu berada dalam 200-mil laut zona ekonomi eksklusifnya. Sementar China mengklaim beting itu serta hampir semua Laut China Selatan, bahkan hingga ke perairan dekat pantai sejumlah negara tetangga.


Sumber: Kompas

Tiga armada TNI AL tunggu revisi Peraturan Presiden

 
Surabaya (ANTARA News) - Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, mengatakan, rencana pemekaran tiga komando armada TNI AL masih harus menunggu selesainya revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI.

Saat ini ada dua komando armada TNI AL, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Barat dan Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur. Rencananya, akan dimekarkan dengan tambahan satu lagi, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Tengah.

"Perpres 10 itu sedang dikaji kembali untuk direvisi dan Presiden juga sudah menyetujui," kata Suhartono kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan Kepala Staf TNI AL, di dermaga Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur, Surabaya, Kamis.

Laksamana TNI Marsetio menggantikan Laksamana TNI Soeparno sebagai pucuk pimpinan TNI AL. Marsetio sebelumnya adalah wakil kepala staf TNI AL dan pernah menjadi asisten operasi panglima Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur. 

Menurut Suhartono, pemekaran komando armada itu merupakan bagian validasi organisasi dari program pembangunan TNI AL untuk menjadi lebih profesional, handal dan disegani.

"Nantinya akan ada seorang panglima bintang tiga yang membawahi tiga komando armada, yakni timur, tengah dan barat. Mereka akan bertanggung jawab terhadap wilayah armada laut Indonesia yang cukup besar," katanya.

Akan tetapi, Suhartono tidak merinci kapan revisi Perpres tentang organisasi TNI tersebut akan selesai. "Sekarang revisinya sedang digodok," tegasnya.

Terkait pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista), ia menjelaskan bahwa Markas Besar TNI telah mencanangkan program pencapaian kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF), termasuk di TNI AL, bisa tercapai pada 2024.

"Saya harapkan pada 2014, program MEF di TNI-AL sudah mencapai sekitar 40 persen. Cetak biru pembangunan MEF sudah disusun dan pimpinan TNI-AL harus konsisten melaksanakan itu," tambahnya.

Saat menyampaikan amanat pada upacara sertijab, Laksamana Agus Suhartono menyatakan, dinamika penugasan TNI ke depan, khususnya TNI AL akan semakin berat dan komplek.

TNI AL akan dihadapkan pada tantangan tugas pembangunan kekuatan matra laut, pemberdayaan wilayah pertahanan laut, serta penegakan hukum dan pengamanan wilayah laut yurisdiksi nasional.

"Semua itu membutuhkan kesiapsiagaan seluruh jajaran prajurit TNI AL agar mampu menjawab setiap persoalan, tantangan dan ancaman terhadap kepentingan nasional yang berkembang," kata Suhartono.


Sumber: Antara

Indonesia luncurkan roket tiga digit tahun depan

 
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia siap meluncurkan roket tiga digit atau roket berdaya jangkau 100 km-900 km pada 2013 untuk memperkuat sistem persenjataan negara.

"Tahun depan kita akan mulai menguji statis maupun uji dinamis roket berdaya jangkau tiga digit," kata Asisten Deputi Menteri Riset dan Teknologi bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis Goenawan Wybiesana pada Evaluasi Akhir Tahun di Jakarta, Kamis.

Untuk tahap awal, ujarnya, lebih dulu dikembangkan roket balistik berdaya jangkau 100 km dengan kaliber 350 mm sebanyak 10-20 unit, kemudian dilanjutkan dengan roket balistik kaliber berikutnya, disusul roket kendali.

Kementerian Ristek sebagai bagian dari konsorsium roket, turut mendanai proyek tersebut sebesar Rp10-15 miliar pada 2013. Selain Kemristek, konsorsium roket beranggotakan PT Pindad, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, Lapan, BPPT, LIPI, ITB UGM, ITS, dan lainnya.

Teknologi roket, ujarnya, dibangun dari empat kemampuan yakni teknologi material, teknologi sistem kontrol, teknologi eksplosif dan propulsi serta teknologi mekatronik yang seluruhnya sudah dikuasai.

Program roket nasional, ia menerangkan, telah dimulai sejak 2005 dengan mensinergikan berbagai lembaga terkait, dilanjutkan pembuatan desain awal dan uji prototipe serta pengembangan desain pada 2010.

Pada 2011, urainya, konsorsium roket ini meluncurkan freeze prototype 1 (prototipe jadi) yang setelah dibeli Kementerian Pertahanan dinamakan R Han 122 untuk dibuat menjadi massal melalui program 1.000 roket.

"R Han 122 ini memiliki kaliber 122 mm berdaya jangkau 15 km, lalu pada tahun yang sama, daya jangkaunya R Han 122 ditingkatkan menjadi 25 km dan pada 2012 R Han ditingkatkan lagi kalibernya menjadi 200 mm dengan daya jangkau 35 km," katanya.

Sebelum program roket untuk kepentingan pertahanan negara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah lama menguasai teknologi roket untuk kepentingan riset peluncuran satelit.


Sumber Antara

Indian Army plans to equip 1,600 T-72 tanks with advanced night- fighting capabilities



New Delhi: The Army, having long suffered from deficiencies in night fighting electro-optical equipment, is set to make up critical deficiencies.

Following footsteps of paramilitary forces and the National Security Guard (NSG), who have gone in for accelerated purchase of night vision devices after the 26/11 terrorist attack in Mumbai, the armed forces are now taking steps to improve their night fighting capabilities, according to Frontier India News Network. 

Army chief Gen Deepak Kapoor, had said in 2010 that “Indian Army’s tanks have a night vision capability of 20 percent while Pakistani’s have 80 percent and China has 100 percent”. 

The armed forces will review their doctrine, capabilities and shortcomings and also identify latest trends and technologies at a two-day seminar “Night Vision India 2013? on 16-17 January. 

The Centre for Land Warfare Studies, a think tank of the Indian Army is organising the seminar at the Air Force Auditorium here in collaboration with IMR Media, a publishing and event organising company. 

Delegates from the three Services will discuss tactics, techniques, and procedures that maximize our night-fighting technological advantages while countering the enemy’s night capabilities. 

The Army’s objective is to equip over 1,600 T-72 tanks which form the backbone of the country’s armoured forces, with advanced night fighting capabilities. The Army’s case for acquiring 700 TISAS (thermal imaging stand alone systems) and 418 TIFACS (thermal fire control systems) for its T-72 fleet at a cost of around $230 million is in various stages of the procurement process. 300 Israeli TISAS were imported, followed by 3,860 image intensifier-based night-vision devices. A huge requirement persists. 310 T-90S main-battle tanks (MBTs) were imported from Russia and fitted with French Catherine TI cameras. 

Indian Army T-72 Ajeya Tank on Display According to Major General RK Arora, ediotr of Indian Military Review magazine, Army also requires hand held thermal imaging (HHTI) sights (with laser range finder) for infantry, armoured, air defence, artillery and engineer regiments. The infantry is also looking for TI sights for medium machine guns and sniper rifles. RFIs for night sights for AK-47 assault rifles and other small arms have also been issued. 

Senior officers of the armed forces will address the delgates. Among them are Lt Gen Narendra Singh, Deputy chief of the army staff, Lt Gen Philip Campose, director general of perspective planning, Lt Gen JS Bajwa, director general Infantry and Lt Gen Vijay Sharma, engineer- in-cheif among others.
Bharat Electronics Ltd (BEL) is the biggest supplier of night vision equipment to the armed forces. Anil Kumar, chairman & managing director of BEL is expected to give an overview of BEL’s current and future plans. 

BEL recently supplied 30,600 passive night sights for rifles, rocket launchers and light machine guns, passive night vision binoculars and passive night vision goggles to the Army but the forces remain woefully short and are looking for the latest 3rd generation technology to reduce weight and extend the life of NVDs. 

The Indian Air Force has felt the need for helmet-mounted night vision goggle (NVG) for a long time. Unfortunately, these had serious drawbacks in the past. Originally designed for surface forces and subsequently modified for airlift and helicopters, they were very cumbersome and limited both the field of view and visual acuity and thus totally incompatible with fighter aircraft. Further, they were not stressed for high-G loading and were not safe to wear in an ejection. 

However, NVGs now in production resolve or minimize these problems and are specifically designed for fighter aircraft. Cockpit lighting has also improved. 

It is expected that such NVGs would come along with Rafale as and when it enters service. With this new generation of NVGs, the fighter force would be able to provide a simple, cost-effective night vision capability that would allow the aircraft to support special operations including low intensity conflict (LIC) missions 24 hours a day
 
 
Sumber: Onlinenews

Rabu, 26 Desember 2012

Militer Iran Siap Gelar Manuver


REPUBLIKA.CO.ID,  TEHERAN --  Panglima Angkatan Laut Iran Laksamana Habibollah Sayyari mengungkapkan pihaknya berencana melakukan manuver pasukan angkatan laut selama sepekan di area seluas satu juta kilometer persegi di perairan selatan pada 28 Desember mendatang.

"Manuver maritim bersandi Velayat 91, akan berlangsung di Selat Hormuz di timur Laut Oman dan utara Samudera Hindia," kata Sayyari dalam konferensi persnya Selasa (25/12) seperti dikutip laman Irib.

"Kami menekankan pengormatan batas-batas maritim negara tetangga dan melakukan manuver kami sesuai dengan hukum dan peraturan internasional," katanya.

Sayyari menambahkan bahwa manuver tersebut akan melibatkan kapal selam, kapal perusak, rudal permukaan dan bawah permukaan, torpedo, pesawat tempur dalam negeri.

"Kapal selam Tareq, dua kapal selam kelas Ghadir dan dua hovercrafts yang baru saja bergabung dengan armada Angkatan Laut akan diekrahkan dalam manuver," katanya seraya menambahkan bahwa senjata baru dan amunisi juga akan diuji selama latihan.


Sumber: Republika

AS berencana jual Global Hawk kepada Korsel


Washington (ANTARA News) - Pentagon secara resmi telah memberitahu Kongres tentang rencana untuk menjual empat pesawat pengintai tanpa awak Global Hawk kepada Korea Selatan.

Kesepakatan berdasarkan program Penjualan Militer Asing (FMS), jika disetujui akan bernilai hingga 1,2 miliar dolar AS, demikian menurut Badan Kerja sama Pertahanan Keamanan (DSCA) yang berafiliasi dengan Departemen Pertahanan, Senin.

Penjualan ini mencakup empat pesawat RQ-4 Block 30 Global Hawk yang dilengkapi kendali-pilot jarak jauh dengan Enhanced Integrated Sensor Suites (EISS), peralatan terkait, suku cadang, pelatihan dan dukungan logistik, tambah DSCA.

Pemberitahuan kepada Kongres adalah wajib bagi penjualan FMS. Kongres diperkirakan akan menyetujui rencana tersebut, kata satu sumber diplomatik.

"Republik Korea (Korea Selatan) membutuhkan pesawat intelijen berkemampuan pengintaian untuk memikul tanggung jawab utama mengumpulkan bahan intelijen dari Komando Pasukan Gabungan pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2015," kata lembaga itu dalam satu siaran pers.

Hal itu mengacu pada langkah Seoul untuk mengambil alih kendali operasional masa perang pasukannya dari Washington.

Militer Korea Selatan telah lama berusaha untuk memperkenalkan kendaraan udara tak berawak yang dibuat oleh Northrop Grumman yang berbasis di Virginia.

Pesawat tak berawak Global Hawk membawa radar tembus-awan, kamera digital elektro-optik resolusi tinggi dan sensor inframerah, yang memungkinkan untuk mendeteksi benda panjang 30 centimeter saat terbang pada ketinggian 20 kilometer.

AS tampaknya enggan untuk menjualnya kepada Korea Selatan, namun Washington telah mengubah posisinya di tengah pemotongan anggaran pertahanan.

Militer AS telah menurunkan pembelian Global Hawk, berkaitan dengan peningkatan kebutuhan ekspor.

Para kritikus mempertanyakan kemampuan Block 30 Global Hawk itu dibandingkan dengan harganya. Mereka mengatakan versi Block 30 Global Hawk kurang mampu seperti halnya pesawat tua Lockheed Martin, pesawat mata-mata U-2 yang berawak.

Angkatan Udara AS berharap untuk membeli lebih pesawat Blok 40 yang lebih maju untuk menggantikan Blok 30 sekarang ini, demikian laporan Kantor Berita Korsel, Yonhap.


Sumber: Antara

Senin, 24 Desember 2012

Bangkitnya Teknologi Roket Brasil

ASTROS
ASTROS II
Brasil mengejar program jutaan dolar untuk menghidupkan kembali dan memodernisasi teknologi roketnya dengan tujuan untuk mengembangkan roket dan rudal baik untuk penggunaan militer dalam negeri maupun ekspor.

Negara Amerika Latin ini pada pertengahan 1960-an hingga pertengahan 1980-an memperoleh keuntungan yang besar dari ekspor roketnya, sebut saja negara-negara penggunanya seperti Irak dan negara-negara Arab lainnya di Teluk Persia. Berakhirnya perang Irak-Iran dan Perang Dingin membuat industri pertahanan Brasil seolah lumpuh, produksi dihentikan dan banyak karyawannya yang kehilangan pekerjaan. Kini, Brasil kembali ingin merebut pasar ekspor rudalnya di dunia.

Sebanyak US$480 juta telah digelontorkan pemerintah Brasil melalui Kementerian Pertahanan untuk difokuskan pada pembaharuan sistem roket ASTROS dari pabrikan Avibras. ASTROS merupakan akronim dari Artillery Saturation Rocket System yang mampu meluncurkan beberapa roket disaat yang bersamaan.

Konfigurasi ASTROS 2020 yang sudah dimodernisasi mencakup prouksi roket jarak pendek dengan bimbingan GPS dan rudal AV-TM300 yang merupakan sistem baru dengan jangkauan 180 mil. 

Dengan tingkat jangkauan ASTROS yang menonjol ini, menyaingi MLRS dan ATMS buatan Amerika Serikat, Brasil berniat kembali untuk merebut pasar global. Para analis pertahanan mengatakan, investasi besar Brasil pada sisi ini menunjukkan strategi pemerintah untuk menumbuhkan kembali pabrikan-pabrikan pertahanannya yang sempat "diabaikan" selama hampir tiga dekade.

Brasil telah berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan roket pandu GPS dan telah berusaha untuk meningkatkan jangkauannya. Versi sebelumnya roket SS-AV-40 kaliber 180mm diketahui hanya memiliki jangkauan sekitar 25 mil.

Sistem ASTROS biasanya diangkut dengan pesawat Hercules C-130, namun pabrikan kedirgantaraan Embraer Brasil telah mengembangkan pesawat angkut taktis militer sendiri yang diharapkan dapat bersaing dengan Hercules serta saingan lainnya dari Eropa, Rusia dan Israel. 

Brasil memang serius dalam mengejar kembali pasar roketnya. Beberapa tahun lalu beberapa pabrikan pertahanan Brasil menyatakan kebangkrutan, namun diselamatkan dengan dana pemerintah. Dan kini untuk meningkatkan pertumbuhannya, pada bulan Agustus lalu Kementerian Pertahanan Brasil mengumumkan pendanaan sebesar US$760 juta untuk mempercepat pertumbuhannya. Setidaknya 30 ASTROS dan kendaraan terkait telah menjadi bagian akuisisi dari pendanaan tersebut.

Berbicara mengenai ASTROS, Indonesia pada 8 November lalu juga sudah menandatangani nota jual-beli alutsista Sistem ASTROS II senilai antara US$400-800 juta atau sekitar 3,8 sampai 7,6 triliun rupiah yang terindikasi meliputi sekitar empat puluh (40) unit kendaraan peluncur ASTROS II. ASTROS II merupakan ASTROS tercanggih saat ini yang dikembangkan oleh Avibras Brasil.
 
 
Sumber: Artileri

Korsel: Roket Korut Bisa Capai Jarak 10.000 Km

 Foto ini diambil pada 8 April 2012 menunjukkan dua prajurit AD Korea Utara menjaga roket Unha-3 di pusat angkasa luar Tangachai-ri. Korea Utara akhirnya meluncurkan roket jarak jauhnya pada Rabu (12/12/2012), meski mendapat kecaman keras dari dunia internasiona. 

SEOUL, KOMPAS.com — Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Minggu (23/12/2012), mengatakan, misil balistik yang belum lama diluncurkan Korea Utara mampu membawa hulu ledak seberat setengah ton dan bisa mencapai sasaran sejauh 10.000 kilometer.

Estimasi Kemenhan Korea Selatan ini didasari kontainer oksigen yang berhasil diambil dari bagian tingkat pertama roket yang jatuh di Laut Kuning tak lama setelah peluncuran. Kontainer itu berisi asam nitrat cair sebagai bahan bakar pendorong di tingkat pertama roket.

"Berdasarkan estimasi dan simulasi kami, misil Korut bisa menjangkau jarak 10.000 kilometer dengan kepala 500-600 kilogram," kata seorang pejabat Kemenhan Korsel.

Tanpa serpihan tingkat kedua dan ketiga roket untuk dianalisis, para ahli tidak bisa menentukan apakah roket Korut ini memiliki kemampuan re-entry, yang merupakan elemen teknologi sebuah misil antarbenua (ICBM).

Kesuksesan Korea Utara meluncurkan roketnya itu dianggap menjadi langkah maju bagi negara yang terisolasi itu meski para pakar masih berbeda pendapat soal kemampuan roket balistik milik Korea Utara itu.

Dari serpihan roket yang dikumpulkan Korea Selatan, para ahli menyimpulkan roket itu dibuat dari campuran aluminium dan magnesium dengan delapan panel yang disambung secara manual.

"Pengelasannya kasar, dilakukan secara manual," demikian Kemenhan Korea Selatan.

"Kontainer pengoksidasi yang digunakan untuk menyimpan bahan kimia beracun jarang digunakan negara dengan teknologi angkasa luar yang lebih maju."

Angkatan Laut Korea Selatan kemudian menemukan sejumlah serpihan roket lagi dari Laut Kuning, yaitu sebuah tangki bahan bakar dan ruang pembakaran. Demikian kantor berita Korea Selatan, Yonhap.


Sumber: kompas

Sabtu, 22 Desember 2012

Natal dan Tahun Baru di Bali, Kapal Perang TNI Siaga


VIVAnews – Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2013 (Nataru) pengamanan Bali diperketat. Tak hanya di jalur darat, tetapi juga di laut.

Khusus untuk pengamanan di laut atau perairan Bali, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut  (Danlanal) Denpasar Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya menjelaskan akan lebih menggencarkan patroli, menyiagakan dua kapal perang dan menyiagakan lebih dari 100 personel TNI AL.

"Kami siap mengamankan wilayah perairan di Bali dengan menyiagakan lebih dari 100 personel guna patroli keamanan laut dan kami juga menyiagakan kapal perang," kata Suarjaya, Sabtu 22 Desember 2012.
Kapal perang yang disiagakan di antaranya KRI Untung Surapati dan KRI Ahmad Yani. "Untuk memperketat keamanan Bali juga didatangkan beberapa KRI dari Surabaya guna melakukan patroli di wilayah perairan Bali, sehingga diharapkan saat Natal dan Tahun baru semua berjalan lancar dan damai," katanya.

Selain itu, TNI AL juga melakukan peningkatan pengamanan di sejumlah titik yang dianggap rawan seperti di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Padangbai. TNI juga melakukan pengamanan dan pantauan di jalur tikus dengan patroli khusus yang  juga dikoordinasikan dengan pihak terkait.

Ia menegaskan dalam kondisi aman, belum ada ancaman serius. "Sampai sekarang belum ada ancaman keamanan. Namun, yang menjadi perhatian serius adalah pengamanan dari ancaman teroris. Untungnya sampai saat ini belum ada ancaman teroris. Belum juga ada indikasi penyelundupan bahan peledak melalui laut," ujar Suarjaya.

"Kami berharap peran aktif masyarakat. Ketika ada hal-hal mencurigakan agar segera dilaporkan kepada aparat keamanan," demikian Suarjaya.

Sementara itu, Polda Bali dibantu Kodam IX Udayana menggelar operasi lilin selama 10 hari sejak hari ini, 22 Desember hingga 1 Januari mendatang. Jumlah pasukan yang disiagakan sebanyak 3.054 personel. Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Budi Gunawan, menjelaskan telah menyiapkan 32 pos pengamanan dan pelayanan.

Target utama pengawasan adalah gereja, kawasan wisata, sentra ekonomi, bandara, pelabuhan, serta titik rawan lainnya. Khusus saat Natal, Budi mengaku akan meningkatkan pengamanan di gereja-gereja.

Polisi Jakarta Siaga

Sementara di Jakarta, Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat dalam waktu dekat akan mengumpulkan seluruh pengusaha hiburan malam yang berada di wilayahnya. Hal itu dilakukan guna mencegah tingginya peredaran narkoba.

"Untuk antisipasi pada malam tahun baru, kami akan mengumpulkan 18 pengusaha tempat hiburan yang berada di Jakarta Barat nanti," ujar Kapolres Jakarta Barat, Komisaris Besar Suntana, Sabtu 22 Desember 2012.

Menurut Suntana, polisi tidak ingin malam pergantian tahun itu dijadikan ajang pesta narkoba. Selain mengantisipasi terjadi pesta narkoba, para pengusaha hiburan malam ini dikumpulkan untuk mengetahui berbagai kegiatan yang digelar tempat hiburan tersebut saat perayaan malam pergantian Tahun. "Kalau sudah tahu agendanya apa, kami jadi bisa disiapkan pula pengamanannya," katanya.

Perlu diketahui, kawasan wilayah Jakarta Barat, khususnya wilayah Taman Sari memang menjadi pusat hiburan malam. Kecamatan Taman Sari yang banyak memiliki tempat hiburan malam merupakan lokasi yang paling banyak menangkap pengguna dan pengedar narkoba.

Dan perlu diketahui juga, tempat hiburan malam di seluruh Jakarta Barat ada 81 tempat yang terdiri dari 36 lokasi diskotik, karaoke 21 lokasi, musik hidup 19 lokasi, dan  pub 5 lokasi.


Sumber: Vivanews

Perusahaan Inggris pasok pesawat ke Oman

Perusahaan pertahanan Inggris, BAE Systems, mengumumkan kesepakatan senilai US$4 miliar untuk memasok pesawat militer ke Oman. BAE Systems mengatakan pesanan Oman meliputi 12 pesawat tempur Typhoon dan delapan pesawat jet latih Hawk.

"Kontrak ini merupakan pengakuan lebih lanjut bahwa Typhoon dan Hawk adalah pesawat terkenal di kelas pesawat tersebut dengan menyediakan kemampuan terbaik," pernyataan BAE Systems seperti dikutip kantor berita AFP.

Pesawat-pesawat tersebut rencananya akan dikirim mulai tahun 2017.
Selain memasok pesawat militer, BAE Systems menyebutkan juga akan menyediakan layanan di tempat bagi tugas-tugas operasional Angkatan Udara Oman.

BAE menambahkan kontrak dengan Oman ini penting dan mendukung strategi untuk mengembangkan pasar internasional.

Pengumuman kesepakatan BAE Systems dengan Oman dikeluarkan menjelang rencana kunjungan Perdana Menteri Inggris David Cameron ke Oman Sabtu besok (21/12).

David Cameron menepis kekhawatiran tentang penjualan senjata dari Inggris ke kawasan Timur Tengah.

"Meningkatkan ekspor sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan oleh karena itu saya melakukan semua hal yang dapat saya lakukan guna mendorong perusahaan-perushaan Inggris di pasar-pasar dengan pertumbuhan pesat sehingga mereka bisa berkembang dalam persaingan global," jelas PM Inggris.


Sumber: BBC

Nasib Proyek KFX/IFX Ditangan Parlemen Mendatang

KFX/IFX
Meski tetap berusaha optimis, sinar kegalauan tampak tak bisa ditepis dari wajah Prof. Dr. Eddy S. Siradj. Dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI yang berlangsung Kamis, 20 Desember 2012, di Gedung BPPT, Jakarta, dengan bersemangat Kabalitbang Kementerian Pertahanan ini memaparkan panjang lebar kisah perancangan jet tempur masa depan KFX/IFX (Korean-Indonesian Fighter Experiment) yang tengah digarap Indonesia bersama Korea Selatan.
Proyek prestise bilateral ini dikatakan baru saja menyelesaikan tahapan Technology Development, dan akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development. Ia tak bergeming ketika sejumlah peserta lokakarya menanyakan soal kesanggupan teknis dan finansial Indonesia.
"Kebijakan pemerintah untuk bekerja sama dengan Korea Selatan membuat KFX/IFX sudah disepakati pada 2009. Pemerintah optimis, masak saya selaku pelaksana tidak optimis?" tangkis Eddy menjawab pertanyaan kritis dari pengamat kedirgantaraan Chappy Hakim soal penyelesaian program ini.  Chappy Hakim yang merupakan mantan KSAU ini juga mempertanyakan kenapa justru bekerja sama dengan Korea Selatan? Chappy rupanya risau terhadap efek Korea sebagai negara yang masih dalam status perang (dengan Korea Utara). Dalam kondisi seperti itu dikhawatirkan Indonesia hanya akan menjadi bagian dari kepentingan Korsel. Chappy juga mengkritisi soal KFX/IFX yang masih terbilang varian F-16. "Kenapa kita tidak buat yang benar-benar baru saja sekalian?" tanyanya.
Namun lain halnya ketika media Angkasa menanyakan soal upaya pemotongan anggaran pengembangan KFX untuk 2013 yang telah digelindingkan (dipangkas) Pemerintah Korsel. Rona wajahnya segera berubah. Ia tiba-tiba terlihat galau. "Ya itu, memang masalah itu pula yang tengah merundung teman-teman enjinir KFX/IFX di sana. Kini di Korea, untuk penggarapan proyek ini, ada 140 enjinir, 30 persen di antaranya dari Indonesia. Mereka masih sama-sama menunggu keputusan yang akan dibuat Parlemen Korea. Keputusan itu belum ada karena Korea baru akan membentuk parlemen yang baru usai terpilihnya Park Geun-hye sebagai presiden belum lama ini. Kini, kelangsungan KFX/IFX memang praktis tergantung pada situasi politik di sana," tuturnya.

Seperti yang diberitakan pada 6 Desember lalu, pemerintah Korsel akan memotong anggaran pengembangan KFX untuk 2013 atas pertimbangan perkembangan ancaman dan keamanan regional, serta oleh sebab pembatalan keikutsertaan Turki dalam proyek ini. Di lain pihak, oleh karena China dan Jepang telah membuat jet tempur generasi ke-5. Pemerintah Korea belakangan kian tertarik pada pesawat tempur setingkat yang telah lama ditawarkan Boeing, Amerika Serikat, yakni F-15 Silent Eagle. Pengalihan perhatian ini dikuatirkan akan menyedot anggaran yang tak kecil dan akan mengganggu proyek KFX/IFX yang sedang berjalan.

Mendampingi Eddy Siradj, Prof. Dr. Muljo Widodo, salah seorang pimpinan Tim Enjinir Indonesia, menjelaskan, kedua pihak sudah menyelesaikan tahap Feasibility Study dan Technology Development, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya kedua tim akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development lalu terakhir Production. Kedua tim telah mengurai ada sebanyak 432 core technology yang akan diemban jet tempur generasi 4,5 ini, di mana 48 di antaranya belum dikuasai. Teknologi yang masih harus dipelajari ini umumnya ada di seputar kemampuan menghindar dari radar. Begitu pun kedua pihak sudah saling mengetahui kelebihan masing-masing.

Lain politisi, lain pula yang dipikirkan kaum teknokrat. Dua tahun bekerjasama rupanya telah membuat kedua tim enjinir mengenal cukup mendalam. Di mata tim Indonesia, Korsel dinilai  telah memiliki kemampuan membuat hampir semua sub-sistem yang diperlukan KFX. Sementara di mata tim Korea, Indonesia dinilai luar dugaan karena telah menguasai segi Air Combat System yang semula dianggap amat sulit.
Jika semua tahapan berjalan lancar, Block 1 dari pesawat ini akan masuk tahapan produksi pada 2020. Setelah itu, kedua negara akan berpisah melakukan sendiri proses upgrading sesuai kebutuhan masing-masing. Namun, sekali lagi, jalan ke arah itu akan ditentukan perkembangan mendatang, setelah Parlemen Korea yang baru terbentuk.


Sumber: Artileri

Jumat, 14 Desember 2012

Australia Beli 24 Pesawat F/A-18 Super Hornets

Australia Beli 24 Pesawat F/A-18 Super Hornets  
Paul Leicht Pesawat tempur F/A-18D berkursi tandem milik Korps Marinir AS
 
CANBERRA, KOMPAS.com -- Australia berniat membeli lagi 24 pesawat tempur buatan Boeing jenis F/A-18 Super Hornets. Rencana pembelian ini diungkapkan Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith di Canberra, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters, Kamis (13/12/2012).

Dengan rencana pembelian ini berarti AU Australia akan mengurangi pembelian pesawat siluman F-35 Joint Strike Fighters sebagaimana rencana semula. Rencana pembelian ini juga menjadi pertanda bahwa mitra pembangunan pesawat tempur F-35 dengan Lockheed Martin akan tertunda. Program pesawat F-35 ini menelan biaya 396 miliar dollar AS yang membuat pemerintah AS merasa berat karena biaya yang terlalu besar. Australia ikut dalam proyek pembangunan ini.

"Kapasitas tempur Australia merupakan hal vital dari kerangka keamanan nasional. Pemerintah tidak akan membiarkan adanya jurang dalam kapasitas tempur AU Australia," ujar Smith.

Australia sebenarnya akan memesan 100 pesawat tempur siluman F-35 dengan nilai hingga 16,4 miliar dollar AS. Pesawat ini rencananya akan tiba pada tahun 2014 sampai 2015. Namun kemungkinan akan dipesan sekitar 14 unit F-35.

Australia kini memiliki 71 unit F/A-18 yang beroperasi sejak tahun 1985 dan 1990. Pesawat ini akan dipensiunkan tahun 2020. Australia juga memiliki 24 F/A-18 generasi terbaru yang memasuki servis tahun 2010 dan tahun 2011. Sekitar 12 unit dari pesawat ini sudah ditingkatkan kemampuannya dengan peralatan tercanggih dari AS. 
 
 
Sumber: Kompas

Jumat, 07 Desember 2012

Korea Hentikan Pendanaan KFX untuk 2013

  
Proyek perancangan pesawat tempur generasi 4,5 KFX yang dikerjakan Korea dan Indonesia memasuki masa yang tak jelas. Kekuatiran ini menyeruak setelah belum lama ini Pemerintah Korea Selatan memutuskan memotong anggaran proyek ini untuk 2013. Pemotongan anggaran dilakukan atas dua pertimbangan, yakni perkembangan ancaman dan keamanan regional yang telah sedemikian mengkuatirkan, serta pembatalan Turki yang semula akan ikut menanggung pembiayaan KFX. Demikian ungkap sumber Angkasa di Korea Selatan.

Juga merujuk pemberitaan media setempat, terungkap, langkah drastis tersebut terpaksa diambil karena Seoul sudah tak sabar menunggu jet tempur masa datangnya muncul sementara negara-negara di sekitarnya telah tampil dengan berbagai persenjataan baru yang mematikan. Mereka akhirnya mengaku berat menyandang beban tanggung-jawab pendanaan KFX sebesar 80% (Indonesia menanggung 20%) setelah Turki mengundurkan diri dari rencana keikutsertaannya. Korea Selatan tampak benar-benar cemas dengan kemunculan Sukhoi T-50 dari Rusia, indigenous stealth J-20 dari China, dan sebentar lagi ATD-X dari Jepang. Pengembangan roket balistik Korea Utara yang seakan tak terbendung AS – seperti Unha-3 yang akhir Desember ini akan diluncurkan -- pun ikut membuat mereka semakin panik.

“Korea Selatan tak bisa terus-menerus melihat perkembangan tersebut dengan hanya mengandalkan 120 jet tempur dari era 1980-an,” ujar sumber Angkasa. "Begitu pun Pemerintah Korea masih akan memegang komitmennya pada KFX dengan menyiapkan 4,15 juta dollar untuk melanjutkan feasibility study pada tahun 2014," tambahnya mengutip janji Pemerintah Korea Selatan.

Di tengah kepanikan itu, Seoul akan segera menjatuhkan pilihan untuk mengalihkan anggaran pertahanannya ke proyek pesawat tempur yang lebih canggih dari jet-jet tempur stealth yang dinilai menjadi ancaman serius bagi wilayah udaranya. Mereka akan segera memilih Boeing atau Lockheed Martin (LM) yang gencar menawarkan kerjasama pembuatan jet tempur generasi ke-5 yang diberi nama FX-III. Besar kemungkinan, pemerintah akan memilih Boeing yang telah menyodorkan konsep F-15 Silent Eagle (lihat foto atas) ketimbang LM yang menjanjikan F-35 Lightning II versi murah meriah.

Jika bola bergulir tanpa hambatan, FX-III akan menjadi jet tempur generasi ke-5 pertama yang dirilis Paman Sam untuk negara luar. Korea Selatan kabarnya telah menyiapkan 10 triliun won atau sekitar 8,96 miliar dollar untuk pembuatan 60 unit pesawat ini. Besar kemungkinan situasi keamanan regional akan mendorong pembuatan pesawat ini lebih cepat setahun, sehingga rakyat Korea Selatan bisa melihat pesawat ini terbang pada 2015.

Rencana pembuatan FX-III pernah dibicarakan pada 1990-an, namun terlupakan akibat terjangan krisis finansial dunia pada 1997 dan 2008. Oleh karena KFX melibatkan Indonesia, kelanjutan perancangan jet tempur yang telah dimulai sejak dua tahun lalu ini pun menempatkan Indonesia di persimpangan jalan. Pemerintah Korea Selatan tak pernah mengatakan proyek ini dihentikan, namun penghentian anggaran untuk KFX dan beralihnya perhatian Korea Selatan ke program FX-III semestinya perlu dicermati secara serius.



Sumber : Angkasa

Minggu, 02 Desember 2012

Mengenal Meriam Nexter LG-1 MK III

(foto: uji tembak LG-1 di Perancis)

Satuan-satuan tempur di TNI, terutama TNI Angkatan Darat terus berbenah. Selain mendatangkan Meriam Swagerak Caesar, jajaran satuan Artileri medan juga berupaya mendatangkan meriam howitser jenis lain. Tak lagi mengandalkan meriam tua, Satuan Armed kini juga berupaya mendatangkan meriam LG-1 MK III.

Sebelumnya memang diketahui satuan Armed akan mendatangkan meriam KH-178 buatan Korea Selatan. Akan tetapi hasil uji tembak meriam negeri ginseng tersebut tidaklah memuaskan. Berbeda ketika TNI menguji meriam LG-1 MKIII langsung di Perancis. Hasilnya sungguh memuaskan. Apalagi, versi terdahulu dari meriam ini, yaitu LG-1 MK II telah lama menjadi andalan Marinir TNI-AL.

(foto: uji tembak LG-1 di Perancis)

Namun berbeda dengan LG-1 MK II, versi MK III telah mengalami sejumlah peningkatan. Mirip dengan Meriam Caesar, LG-1 MK III telah mengandalkan sistem elektronis dalam hal pembidikan dan kontrol tembak. Dengan demikian, waktu penyiapan meriam hingga peluru pertama terlontar menjadi lebih singkat.


Satu hal lain yang membuat Armed kesengsem, adalah bobot LG-1 MK III yang cukup ringan, yaitu hanya sekitar 1,5 ton. Bandingkan dengan meriam KH-178 yang berkaliber sama, namun memiliki bobot 4 ton lebih. Sehingga, penggelaran meriam LG-1 MK III bisa menggunakan helikopter medium sekelas NBell-412. Cukup untuk memenuhi requirement satuan Armed Kostrad, yang mengharuskan mampu penggeseran alutsista secara cepat. Jika menggunakan pesawat Hercules, sebanyak 4 buah meriam LG-1 MKIII mampu masuk ke dalam perutnya dan siap diterbangkan ke penjuru nusantara.

Nilai plus lainnya adalah adanya commonality antara Armed Marinir.  Selain itu, Meriam LG-1 MK III juga bisa menggunakan munisi 105mm lama. Akan tetapi jika menggunakan munisi "extended range" lansiran Nexter, maka jarak tembak bisa terdongkrak hingga 17 km. Nah... apakah TNI-AD jadi menyusul Marinir sebagai pemakai LG-1 Family?

 

spesifikasi LG-1 MK III

Bobot:     < 1600 kg
Transport:  helikopter, air transport (4 canons per C130),  air portable, Tarik oleh berbagai varian rantis 4x4.
Gun crew: 5                                                                
Waktu turun hingga siap tembak: kurang dari 30 detik
Firing rate: 12 tembakan/menit
Jarak tembak :  munisi US M1: 11 km; munisi Nexter OE-LP G3: 17 km


Sumber: Angkasa

Korsel Mulai Tebarkan Rudal Jelajah

Rudal Hyunmu 3 Korea Selatan
Korea Selatan telah mulai melengkapi kapal perusak Angkatan Laut mereka dengan rudal jelajah baru buatan lokal yang mampu mencapai semua lokasi di Korea Utara, seperti diberitakan kantor berita Yonhap minggu lalu yang mengutip pernyataan seorang pejabat militer. Dikatakan, Korsel telah mempersenjatai dua kapal perusak dengan 32 rudal jelajah Hyunmu 3C (mirip rudal Tomahawak AS).

Rudal jelajah ini memiliki jangkauan 400 km dan mampu mencapai seluruh target terjauh di Korea Utara dengan tingkat akurasi tiga meter (melenceng), kata laporan itu. Penyebaran rudal Hyunmu tersebut merupakan sebagai respon terhadap meningkatnya keberadaan Angkatan Laut Korea Utara di lepas pantai barat semenanjung Korea.

Korea Utara baru saja menyelesaikan pembangunan pangkalan militer hovercraft (kapal dengan bantalan udara) di Koampo, barat daya pantai, yang dapat digunakan untuk menyerang pulau-pulau Korea Selatan dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan. Batas dari kedua negara ini merupakan lokasi bentrokan hebat kedua angkatan laut pada tahun 1999, 2002 dan 2009.

Seoul menambah kehadiran pasukan dan meng-upgrade persenjataan di sejumlah garis depan pulau setelah Korea Utara dua tahun lalu menembaki pulau Yeonpyeong yang menewaskan dua marinir Korea Selatan dan dua warga sipil. Perbatasan tersebut tidak diakui oleh Pyongyang, dengan mengatakan bahwa itu adalah klaim sepihak dari PBB setelah gencatan senjata (hingga kini) dari perang Korea 1950-1953.
 
 
Sumber: Artileri

Jumat, 30 November 2012

AS Kembangkan Pesawat Nirawak Pintar

VIVAnews - Amerika Serikat tengah mengembangkan pesawat nirawak (drone) robot pintar yang dikendalikan dengan kecerdasarn artifisial (artificial intelligence). Pesawat ini dapat berpikir dan menentukan target sendiri, dengan sedikit sekali campur tangan manusia.

Diberitakan Daily Mail, Kamis 29 November 2012, drone tipe X-47B ini tengah diuji di tengah laut. Jika drone ini mampu melewati seluruh ujian yang dilakukan, maka alat pembunuh ini bisa secara mandiri mendarat dan bertugas di kapal induk AS.

Dikembangkan selama lima tahun, drone X-47B dirancang untuk bisa mengudara dan terbang dengan hanya beberapa kali klik pada mouse. Tidak seperti drone model sebelumnya, X-47B tidak akan dikendalikan dengan pengendali oleh manusia.

Drone ini memiliki unit pengendali canggih yang mampu berpikir secara independen, melakukan tugas dengan benar dan menentukan sendiri target selanjutnya. Walaupun X-47B mampu menentukan target sendiri, namun Pentagon menjamin bahwa yang menekan pelatuk untuk menembak adalah manusia.

Pengujian pesawat ini dilakukan di Chesapeake Bay dekat Sungai Patuxent, Maryland, Senin lalu. Dalam pengujian, dilakukan beberapa manuver operasi yang diluncurkan dari kapal induk USS Harry S. Truman.

Pesawat ini dirancang oleh perusahaan Northrop Grumman yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan aviasi militer terkemuka AS, seperti Pratt & Whitney dan Lockheed Martin.
Drone menjadi andalan AS dalam menghancurkan musuh, terutama di wilayah-wilayah terpencil di Pakistan atau Afganistan. Menurut data New American Foundation, dalam 337 serangan drone sejak tahun 2004, lebih dari 3.000 orang tewas.
Banyak juga warga sipil dan anak-anak yang menjadi korban serangan drone. Warga Pakistan harus hidup dalam ketakutan karena setiap saat mereka bisa dihantam roket drone AS.


Sumber: Vivanews

Sabtu, 24 November 2012

Pesawat F-16 AS Dilengkapi Sistem Intelijen Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Komisi keamanan dan pertahanan parlemen Irak menyatakan bahwa pesawat-pesawat tempur F-16 Amerika yang rencananya akan dibeli Baghdad dilengkapi dengan sistem intelijen Israel.

Menurut laporan Mehr News, Hakim al-Zamili, anggota Komisi Keamanan dan Pertahanan Parlemen Irak kepada Alsumaria News mengatakan, "Informasi yang ada menunjukkan bahwa pesawat F-16 yang akan dibeli oleh Irak memiliki sistem mata-mata milik Israel dan masalah ini membahayakan keamanan nasional Irak."
"Komisi Keamanan dan Pertahanan Parlemen Irak telah membentuk tim untuk berunding dengan pihak Amerika untuk membahas masalah ini. Bila terbukti keberadaan alat mata-mata milik Israel ada di pesawat F-16, maka kontrak Baghdad-Washington untuk membeli pesawat ini akan dibatalkan," kata dia.

Irak telah menandatangani kontrak dengan pemerintah Amerika untuk membeli 36 pesawat F-16.


Sumber: Republika

Ada Percepatan Kedatangan 6 Pesawat Tempur Sukhoi

SOLO, suaramerdeka.com - TNI AU tak lama lagi bakal menambah pesawat tempur jenis Sukhoi. Penambahan pesawat tempur tidak hanya pada jenis sukhoi, namun ada beberapa pesawat lain didatangkan ke Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan NKRI. 

Penambahan pesawat berbagai jenis dikemukakan Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat, usai melantik 150 perwira baru lulusan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) TNI AU angkatan ke-15 tahun 2012, di Lanud Adi Soemarmo, Jumat (23/11). 

Menurut KSAU, ada enam pesawat Sukhoi dalam setahun atau 1,5 tahun ke depan datang ke Indonesia untuk memperkuat pertahanan udara. "Satu hingga 1,5 tahun lagi semua bisa datang. Sesuai rencana, ada percepatan kedatangan pesawat-pesawat seperti target hingga 2014," tegas Jenderal bintang empat itu. 

Selain Sukhoi, lanjut dia, pesawat jenis T-50 juga akan memperkuat TNI AU. Dia menjelaskan sementara ini telah datang tambahan alutsista berupa pesawat jenis Super Tucano dan C-295.

Imam juga menyinggung penambahan empat radar dalam pengadaan terakhir. Atas penambahan tersebut, sekarang ini TNI AU memiliki 20 radar. Pada 2024, ditargetkan Indonesia mempunyai 32 radar. Tingkat kebutuhan radar sebanyak itu sangat ideal bagi Indonesia yang memiliki banyak kepulauan.

Terkait personel dari kalangan perwira, Imam Sufaat menjelaskan, saat ini perwira TNI AU baru 60 persen dari jumlah ideal. Meskipun demikian, dia mengatakan presiden mengambil kebijakan tidak menambah jumlah personel hingga tahun 2014.

"Pembentukan perwira baru sekarang ini, lanjut dia, dimaksudkan untuk mengisi atau mengganti perwira yang telah purna tugas atau meninggal dunia."


Sumber: Suaramerdeka

Indonesia beli peluncur roket Rp3,8 triliun


TNI akan membeli sistem peluncur roket paling mutakhir dari produsen senjata Avibras yang bermarkas di Sao Jose dos Campos, terletak di negara bagian Sao Paulo Brazil, untuk mempersenjatai salah satu batalion khususnya.

Kesepakatan pembelian ini diteken dua pekan lalu di Jakarta berisi nota jual-beli alat utama sistem senjata bernilai antara US$400-800 juta (Rp 3,8 sampai 7,6 triliun) yang diduga meliputi sekitar empat puluh unit kendaraan peluncur roket canggih.

Seperti ditulis koran O Estado de Sao Paulo, peluncur roket dengan Sistem Roket Saturasi Artileri (Artillery Saturation Rocket System) ini diklaim sebagai buatan Avibras yang paling canggih, sementara yang akan dikirim ke Indonesia nantinya adalah jenis Astros II.

Dengan angka pembelian yang demikian besar, belanja alutsista ini akan meliputi pula pembelian baterai Astros: mesin peluncur roket, kendaraan komunikasi lapis baja, kendaraan penembak dan kendaraan kontrol, kendaraan dilengkapi radar, dan stasiun cuaca bergerak.

Namun rincian alat tak diketahui karena dilindungi klausul kerahasiaan.Tipe amunisi juga tak disebutkan meski dengan sistem ini dikabarkan roket mampu mencapai sasaran antara 9 hingga 100 kilometer.

Peluncur roket versi Astro yang akan dipakai TNI ini akan dikirim dalam kondisi lengkap termasuk dengan peralatan elektroik yang nantinya bisa dipakai untuk melepas amunisi cerdas, seperti rudal, namun kini masih menunggu proses sertifikasi.

'Kompetisi sengit'

Menteri Pertahanan Brazil celso Amorim menyatakan transaksi ini mengharuskan Brazil "bekerja dengan mitra dan pemain internasional baru."

Sementara menurut Amorim, "Indonesia adalah pemain besar dunia internasional dan juga telah membeli pesawat Super Tucano dari Embraer (Brazilian Aeronautics Company)," tambahnya. 

Untuk TNI Angkatan Udara, pemerintah Indonesia berbelanja 16 pesawat serang ringan turboprop, pengawas elektronik serta pesawat pendukung pasukan darat. 

Untuk memenuhi kontraknya, Avibras akan membuka sebuah kantor di Jakarta segera. kantor ini akan menjadi perwakilan keduanya di kawasan Asia, setelah yang pertama dibuka di Kuala Lumpur, Malaysia, dimana peluncur roket Astros telah menjadi bagian dari alutsista negara itu sejak 2010.

Transaksi dengan Indonesia ini, menurut Presiden Avibras Sami Hassuani, "dicapai di tengah kompetisi sengit."

Negosiasi sudah dimulai sejak 2008 dan "memaksa perusahaan untuk kukuh di tempatnya dan terus-menerus menawarkan bukti keunggulan tekniknya."

Hassuani yakin dokumen final sudah akan ditandatangani 90 hari setelah kesepakatan dicapai sementara seluruh pesanan akan dikirim dalam tiga tahun, tetapi dia juga yakin  "hubungan dengan pelanggan akan terus berlanjut lebih dari 30 tahun." 

Kesepakatan pembelian ini diteken oleh Ediwan Prabowo, Direktur Badan Sarana Pertahanan Kementrian Pertahanan dan Sami Hassuani di Jakarta, 8 November lalu.

Dua hari sesudahnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginspeksi sebuah kendaraan peluncur roket Astros yang sudah dicat sesuai warna TNI yang mengangkut empat SS-80 roket.


Sumber: BBC

Rabu, 21 November 2012

Mi-24 Hind, Kombinasi Huey dan Cobra

Ketika berlangsung Perang Vietnam salah satu yang menjadi fenomena dalam pertempuran darat adalah peran heli transpor Bell 204/205 UH-1 Huey dan heli serang pendukung gempuran pasukan darat, AH-1 Cobra.

Dalam operasi pendaratan pasukan menggunakan puluhan  Huey dan bisa mendaratkan satu batalyon pasukan, gempuran pasukan darat yang dilindungi serta didukung Cobra terbukti sangat efektif. Selain berperan untuk menggempur sarang senapan mesin musuh, Cobra yang dipersenjatai rudal TOW  juga mumpuni sewaktu menghajar kendaraan  berat lawan seperti ranpur angkut pasukan dan tank. Sebagai musuh bebuyutan dalam Perang Dingin sekaligus pemasok senjata bagi pasukan Vietnam Utara, Rusia termasuk yang paling risau atas kehadiran dua heli tempur AS itu. Salah satu warga Rusia yang paling risau dan sekaligus gatal terhadap kemampuan heli tempur AS di Vietnam adalah Mikhail Leont’vevich Mil perancang heli tempur bagi militer Rusia.

Bagi Mikhail peran Huey dan Cobra di Vietnam cukup menarik terutama jika dua kemampuan itu digabungkan sehingga heli transpor yang bertugas mengangkut pasukan infanteri  tidak hanya berperan sebagai transpor saja tapi juga beperan sebagai heli serang atau helikopter multirole. Pada tahun 1966, rancangan Mikhail yang merupakan mock up heli serba guna, angkut, dan sekaligus serang V-24 sudah terwujud. Dari segi kemampuan mock up V-24 merupakan heli angkut pasukan sebanyak delapan personel bersenjata lengkap  dan bisa dipersenjatai dengan enam rudal atau roket serta dua senapan kanon Gsh-23 L kaliber 23 mm.

Sewaktu rancangan V-24 yang kemudian diproduksi menjadi Mi-24 ditawarkan kepada militer Rusia, sejumlah petinggi AD Rusia menolak mentah-mentah karena persenjataan pasukan darat seperti tank dianggap lebih mumpuni dibandingkan heli tempur. Mujur Deputi Menteri Pertahanan Rusia, Marsekal Andrev A. Greckho mendukung sehingga rancangan V-24 akhirnya bisa diproduksi. Industri penerbangan yang memproduksi mock up  Mi-24 adalah Mil Moscow Helicopter Plant. Pada awalnya Mi-24 menyiapkan dua mesin Izotov TV3-177A turboshatf berkemampuan 1700 tenaga kuda. Jika menggunakan satu mesin bobotnya mencapai 7 ton sedangkan jika memakai dua mesin kembar, bobotnya mencapai 10,5 ton.

Perusahaan penerbangan Rusia lainnya, Kamov sempat menawarkan  mesin Ka-25 Hormone ASW dengan alasan lebih murah. Tapi Mil Moscow kemudian menerapkan dua mesin baru Isotov TV3-117VMA turboshaft yang masing-masing memiliki kekuatan 2.200 tenaga kuda. Tak hanya memasang mesin versi terbaru, Mil Moscow juga mengganti persenjataan dengan senapan mesin berat Yakushev Borzov Yak B Gatling kaliber 12.7 mm yang bisa membawa 1.470 peluru dan rudal antitank, 9K 114 Shturm (AT-6 Spiral). Proses penyempurnaan rancangan untuk penempatan persenjataan, tail rotor, dan lainnya hingga masa produksi serta tahap siap diterbangkan  berlangsung dari 1970-1972. Khusus untuk varian Mi-24 V dipersenjatai rudal yang bisa menjangkau jarak 8 km, AT-9.

Tintanium, kevlar dan baja
 Sebagai heli serang sekaligus transpor pasukan, dua awak yang bertugas mengoperasikan Mi-24 dan duduk dalam posisi tandem mendapatkan perlindungan khusus di dalam kokpit yang tahan peluru. Baik dinding kabin maupun  kaca kokpit terbuat dari bahan titanium dan kaca khusus (kevlar) yang mampu menahan gempuran senapan mesin kaliber 12.7 mm. Kabin penumpang yang berada di dalam fuselage pesawat pun terlindungi dinding lapis baja sehingga kemampuan Mi-24 melebihi apa saja yang bisa dilakukan Huey. Pada awal Mi-24 dioperasikan dalam medan tempur di Afghanistan belum ada heli milik NATO yang mampu mengimbanginya.  Heli buatan negara-negara Barat, khususnya produksi AS yang kemudian bisa disejajarkan untuk mengimbangi Mi-24 adalah Sikorsky UH-60 Black Hawk, heli angkut sekaligus serang yang dipersenjatai dengan rudal AGM-114 Hellfire dan roket Hydra 70.

Ketika diterjunkan ke medan perang untuk pertama kalinya oleh Somalia melawan Ethiopia dalam peperangan yang lebih dikenal Ogaden War  (1977-1978), Mi-24 yang disuplai Rusia terbukti menunjukkan kehebatannya.Sebagai pendukung militer Ethiopia dalam kancah Perang Dingin, AS merasa tidak bisa berbuat banyak untuk melawan kehebatan Mi-24. Apalagi  rudal Stinger buatan AS yang nantinya menjadi momok bagi Mi-24  baru bisa dioperasikan pada tahun 1980-an.

Sejak dioperasikan mulai tahun 1971, Mi-24 telah diproduski ke berbagai varian sesuai kebutuhan negara pemakai atau tantangan yang harus dihadapi di medan perang. Varian-varian Mi-24 itu antara lain Mi-24 (Hind A) yang bisa mengangkut delapan pasukan dan tiga awak dan dipersenjatai roket 57 mm, rudal antitank MCLOS 9M17 Phalanga (AT-2 Swater), dan senapan mesin kaliber 12.7 mm. Mi-24 D (Hind-D),  heli tempur versi terbaru yang diproduksi tahun 1973 dan merupakan desain ulang dari Mi-24 C. Perubahan yang dilakukan pada Mi-24 D adalah pada bagian fuselage, kokpit untuk pilot dan gunner.

Ketika Perang Iran-Irak (1980-1988) berkobar Mi-24 dan variannya Mi-25 dan Mi-35 mendapat kesempatan untuk bertarung melawan  AH-1 Cobra yang diterbangkan oleh pilot-pilot Iran. Duel udara itu yang merupakan wujud nyata bertemunya persenjataan produksi Perang Dingin  ternyata menghasilkan skor yang seimbang.

Sesuai dengan tantangan di medan tempur yang harus dihadapi oleh AS dan lomba persenjataan di era Perang Dingin yang makin memanas,  Cobra pun dikembangkan ke generasi heli tempur paling mutakhir, AH-64 Apache. Meskipun Perang Dingin telah usai dan Rusia merupakan pihak yang dikalahkan, semangat untuk menyaingi Apache terus berlanjut karena tak lama kemudian Rusia memproduksi heli serupa Mi-28 Havoc. Namun dalam proses pemasarannya, Apache yang telah terbukti unggul di berbagai medan tempur lebih laku dibandingkan Mi-28.

Ketertarikan TNI AD untuk membeli Apache atau Black Hawk seperti yang pernah dikemukakan oleh KSAD, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo (angkasa.co.id) selain mencerminkan hubungan AS-Indoensia yang makin membaik juga dipengaruhi oleh harga kedua pesawat itu. Yang pasti TNI AD akan membeli sesuai dengan kebutuhan Puspenerbad dan memilih harga yang lebih murah.
Di samping itu kenyataan bahwa dari sisi pengalaman tempur, Apache terbukti merupakan heli tempur paling mutakhir dan modern pada saat ini. Menurut Komandan Skadron 21/Sena Puspenerbad yang bermarkas di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Letkol Eko Priyanto, jika TNI AD bisa memiliki Apache maka baik dari sisi kemampuan para pilot dan daya gempur akan makin meningkat.

“Puspernerbad memang telah memiliki sejumlah heli serang Mi-35, tapi kehadiran Apache akan makin meningkatkan kemampuan tempur TNI AD karena Apache bisa berfungsi sebagai pelindung bagi operasi tempur yang dilaksanakan oleh Bell-412 dan Mi-35 ketika sedang mendaratkan pasukan,” papar Eko yang memiliki 6.000 jam terbang sebagai pilot heli baik buatan AS maupun Rusia itu.


Sumber: Angkasa

Myanmar Segera Tanda Tangani Traktat Nuklir

Presiden Myanmar Thein Sein (Foto: AFP) 
Presiden Myanmar Thein Sein (Foto: AFP)
 
WASHINGTON - Presiden Myanmar Thein Sein menyatakan negaranya akan menanda tangani Traktat Anti Proliferasi Nuklir (APT). Dengan mengikuti traktat tersebut maka segala aktivitas nuklir di Myanmar nantinya akan diawasi oleh badan internasional.

Saat dikuasai oleh rezim junta militer Myanmar sempat mengutarakan keinginannya untuk mengembangkan program nuklir. Saat itu banyak pihak yang khawatir Myanmar berencana untuk memiliki senjata nuklir seperti halnya yang dilakukan oleh Korea Utara (Korut).

Korut keluar dari APT karena negara tersebut ingin mengembangkan senjata nuklir. Dalam APT, negara penandatangan dilarang mengembangkan nuklir untuk tujuan militer.

“Keputusan Myanmar tersebut sangatlah positif, ini menunjukkan keseriusan Myanmar untuk menjalankan pemerintahan yang transparan dan terbuka," ujar seorang pengamat kebijakan nuklir David Albright, seperti dikutip Associated Press, Rabu (21/11/2012).

Namun banyak juga pihak yang masih skeptis. Senator Amerika Serikat (AS) Richard Lugar, meminta Myanmar untuk membuka dahulu bentuk hubungannya dengan Korut, khususnya dalam program pengembangan nuklir.

Pada Tahun 2008 Pemerintah Myanmar diketahui melakukan konsultasi dengan pejabat Korut yang menjadi kepala program pengembangan nuklir di negara pimpinan Kim Jong Un tersebut. Namun Presiden AS Barack Obama menyatakan, hubungan Myanmar dengan Korut hanyalah sebatas perdagangan senjata dalam skala kecil.

Saat ini Myanmar sedang menjalankan proses reformasi untuk menjadi negara yang lebih demokratis. Presiden Thein Sein melakukan kebijakan reformis seperti pembebasan tahan politik dan masuknya warga sipil ke pemerintahan yang sebelumnya dikuasai sepenuhnya oleh militer.

Pihak barat pun langsung menunjukkan dukungannya terhadap perubahan di negara Asia Tenggara itu. Termasuk juga Obama yang mengunjungi negara tersebut Senin 19 November lalu, kunjungan tersebut merupakan pertama kalinya dilakukan Presiden AS ke Myanmar.
 
 
Sumber: Okezon