Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Sabtu, 01 September 2012

Timor Leste Pesan Panser dari Pindad


TEMPO.CO, Jakarta - Timor Leste akan memesan panser atau tank dari PT Pindad Persero pada tahun ini. "Saat ini masih proses negosiasi, tinggal penyelesaiannya," kata Direktur Utama Pindad Adik Avianto, Sabtu, 1 September 2012.

Ia akan berangkat ke Timor Leste pada 12 September 2012 mendatang bersama tim perusahaan untuk menandatangani surat perjanjian dengan delegasi Timor Lester. Menurut Adik, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Keuangan telah setuju dengan rencana ekspor panser.

Setelah penandatanganan, proses selanjutnya adalah membicarakan perjanjian pembayaran. Nantinya negara tersebut membayar secara kredit ke Bank Mandiri. Mengenai nilai pembelian, Adik belum bisa menjelaskan. Sebab, "Timor Leste belum memastikan jenis panser yang dipesan. Jadi tergantung kebutuhan," ujar Adik. Begitu juga dengan jumlah yang akan dipesan.

Harga panser dengan jenis 4 x 4 atau yang biasa digunakan pada medan ringan, seperti perkotaan, harga per unitnya Rp 4 miliar. Namun harga akan naik jika ditambah dengan aksesori seperti senjata atau kamera pengintai. Sedangkan panser bagi medan berat, atau jenis 6 x 6, harga per unitnya Rp 8 miliar.


Sumber: Tempo

Kedatangan 4 Super Tucano Kian Memperkuat Jajaran TNI AU


Super Tucano memiliki, di antaranya, kemampuan serang antigerilya.

Empat pesawat tempur taktis Super Tucano EMB-314 buatan Brasil akan kembali tiba pada Januari 2013. Kedatangan secara bertahap itu seterus dilakukan hingga lengkap menjadi satu skadron, yakni 16 unit pesawat Super Tucano.

"Pada Januari 2013 akan datang kembali empat unit Super Tucano. Pesawat ini akan terus berdatangan ke Indonesia hingga mencapai 16 unit atau satu skadron," kata Wakil KSAU Marsdya Dede Rusamsi, usai menyambut kedatangan empat pesawat Super Tucano dari Lanud Suwondo (Medan) diawaki oleh delapan pilot asal Brasil, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.

Empat pesawat yang dibeli TNI AU dari produsen pesawat Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer) di Sao Paulo, Brasil itu mendarat mulus di Lanud Halim Perdanakusuma.

Kehadiran Super Tucano ini akan menggantikan peran OV-10 Bronco yang dinyatakan "grounded" atau tidak lagi dioperasikan oleh Mabes TNI AU. Pesawat dari negeri Samba itu memiliki kemampuan serang antigerilya, pengendali udara depan, dukungan udara dekat, penyekatan dan pertahanan udara (kecepatan rendah), dengan kemampuan tambahan sebagai pesawat latih dan fungsi pengawasan udara.

Menurut dia, pesawat Super Tucano yang dibeli dari Embraer, Brasil itu akan dilengkapi dengan persenjataan yang ada, sesuai dengan kontrak. Kita pesan pesawat Super Tucano lengkap dengan senjatanya," katanya.

Harga paket pesawat itu, tambah Dede, untuk delapan unit pesawat sebesar 143 juta dolar Amerika Serikat.

Mengenai penerbang yang akan disiapkan untuk pesawat Super Tucano, kata dia, pembinaan terhadap penerbang TNI AU dilakukan secara berkesinambungan. Bisa saja, penerbang dari OV-10 Bronco atau penerbang lainnya yang sebelumnya mendapatkan pelatihan di Brasil.

"Kita akan sesuaikan dengan kapabilitas penerbang yang bersangkutan," ujarnya seraya menambahkan untuk pemeliharaannya sendiri TNI AU sudah memiliki tim yang sebelumnya mendapatkan pelatihan.

Pesawat Super Tucano TNI AU ini memiliki dasar doreng abu-abu dengan tambahan lukisan moncong hiu berwarna merah sesuai dengan tradisi Skadron Udara 21 sejak pesawat P-51 Mustang.

EMB-314 merupakan pesawat Light Attack Turboprop yang sangat ideal untuk melaksanakan misi COIN (Counter Insurgency) dengan presisi tinggi dan dapat dioperasionalkan pada malam hari. Setiap pesawat dilengkapi dua senapan mesin dan lima hard COIN di sayap. Pesawat bisa mengangkut rudal dan bom seberat 1,5 ton.

EMB-314 Super Tucano ditenagai oleh mesin turboprop asal Kanada Prat & Whitney PT6A-68A berdaya 1600 tenaga kuda. Mesin ini telah dilengkapi dengan sistem pemantau dan kontrol otomatis.


Sumber: BERITAsatu

Jumat, 31 Agustus 2012

Satelit Pemantau Buatan Anak Bangsa, Lapan A2 Siap di Luncurkan


ZMID, BOGOR -- Satelit buatan dalam negeri, LAPAN-A2 atau LAPAN-ORARI telah selesai dibangun dan siap diluncurkan. Kepala Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Ir Suhermanto Msc, mengatakan peluncuran satelit tersebut akan dilakukan pada pertengahan 2013 menggunakan roket India Dairi Sriharikorta. 

Pembangunan satelit pemantau (surveilance) ini merupakan pengembangan satelit sebelumnya, satelit LAPAN-A1 atau LAPAN-TUBSAT yang juga diluncurkan dari India pada tahun 2007 lalu dan masih beroperasi hingga saat ini. "Padahal diperkirakan usia LAPAN-A1 hanya mencapai dua tahun," ujar Suhermanto di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/8).
Suhermanto menuturkan, terdapat perbedaan antara satelit LAPAN-A1 dengan satelit LAPAN-A2. Pembuatan satelit LAPAN-A1 dilakukan bekerja sama dengan Technische Universitat Berlin di Jerman dan dikerjakan langsung oleh para peneliti dan perekayasa LAPAN. Sedangkan satelit LAPAN-A2 dari perancangan hingga pembuatannya dilakukan di Pusat Teknologi Satelit LAPAN di Rancabungur, Bogor.

Suhermanto menjelaskan satelit LAPAN-A2 dirancang untuk tiga misi yaitu pengamatan bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir. "Satelit ini memiliki sensor Automatic Identification System (AIS) yang dapat mengidentifikasi kapal layar yang melintas pada wilayah yang dilewati oleh satelit LAPAN-A2. Dengan demikian, LAPAN-A2 bisa digunakan untuk memantau lalu lintas wilayah laut Indonesia," jelas Suhermanto.

Satelit yang memiliki bobot 78 kilogram ini direncanakan mengorbit pada ketinggian 650 kilometer. Pada orbit tersebut, satelit pemantauan bumi pertama di dunia yang memiliki orbit ekuatorial ini akan melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari dengan durasi melintas sekitar 20 menit. "Pada orbit tersebut, AIS LAPAN-A2 mampu mendeteksi dengan radius lebih dari 100 kilometer dan mampu untuk menerima sinyal dari maksimal 2000 kapal dalam satu daerah cakupan," ujar Suhermanto.


Sumber:  Yahoo

Rusia Kembangkan Sistem Pertahanan Mirip AS

Ilustrasi: RIA Novosti 
 


MOSKOW - Rusia dilaporkan tengah mengembangkan sistem pertahanan misil laut yang serupa dengan sistem Aegis yang dimiliki oleh Amerika Serikat (AS). Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat senior di bidang industri pertahanan Rusia.

Aegis yang dirancang khusus untuk mencegat rudal balistik merupakan bagian dari strategi pertahanan rudal nasional AS. "Industri pertahanan telah ditugaskan untuk mengurusi hal ini," ujar pejabat senior bidang industri pertahanan Rusia Anatoly Shlemov, seperti dikutip RIA Novosti, Jumat (31/8/2012).

"Analog Aegis kini tengah dikembangkan melalui afiliasi dengan perusahaan yang bergerak di bidang persenjataan PVO Almaz-Antei," tutur Shlemov. Namun Shlemov menolak menjelaskan lebih lanjut terkait kabar ini.

Beberapa waktu lalu Rusia sempat mengancam akan menghancurkan sistem pertahanan misil Eropa bila AS menolak untuk melanjutkan pembicaraan kedua negara. AS selama ini bersikeras untuk membangun sistem pertahanan itu kendati mendapat penolakan Rusia.

Tidak hanya itu ketegangan antara dua kekuatan dunia ini juga sempat terjadi, ketika Rusia berencana mengerahkan misil Iskander di wilayah Kaliningrad apabila kesepakatan antara Rusia dan NATO tidak tercapai. Negeri Beruang Merah pun tidak henti-hentinya mengecam penempatan senjata anti-misil AS di Polandia dan Rumania.
 
 
Sumber: Okezone

Korut Bersumpah Terus Kembangkan Senjata Nuklir Hingga AS Melunak


Pyongyang, Otoritas Korea Utara (Korut) bersumpah untuk mengembangkan dan memodernisasi senjata nuklirnya hingga 'di luar bayangan' Amerika Serikat. Korut akan terus melakukan hal ini hingga AS bersedia mengubah kebijakannya terhadap negara komunis tersebut.

Dalam memorandum Kementerian Luar Negeri Korut, disampaikan bahwa negara ini tengah mengembangkan persenjataan nuklir sebagai upaya pertahanan diri dari tudingan AS. Diketahui bahwa selama ini AS tiada hentinya menyerukan bahaya nuklir Korut terhadap negara-negara Barat dan aliansinya.

Memorandum yang dipublikasikan oleh kantor berita nasional Korut, Korean Central News Agency (KCNA), tersebut menyatakan bahwa Korut tidak memiliki pilihan lain selain memperpanjang kepemilikan senjata nuklir 'hingga AS membuat keputusan yang tepat'.

"Senjata nuklir kami akan terus dimodernisasi dan dikembangkan hingga jauh di luar bayangan AS," demikian pernyataan Korut seperti dilansir AFP, Jumat (31/8/2012).

Dalam beberapa puluhan tahun, Korut diketahui tengah mengembangkan senjata nuklir. Secara resmi, Korut mengakui bahwa hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya mempertahankan diri dari tudingan-tudingan AS. Namun pada prinsipnya Korut sebenarnya bersedia menghentikan aktivitas program nuklirnya tersebut.

Berdasar kesepakatan negosiasi 6 negara pada September 2005, Korut bersedia untuk menghentikan program nuklirnya sebagai imbalan dari keuntungan ekonomi dan diplomatik serta jaminan keamanan. Namun sayangnya, negosiasi 6 negara mengalami jalan buntu dan berhenti pada Desember 2008.

Korut diketahui pernah melakukan dua kali uji coba nuklir, yakni pada tahun 2006 dan 2009. Hal tersebut terang-terangan memicu kritikan dan kecaman dari dunia internasional. Bahkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan bahwa program nuklir Korut menjadi 'masalah serius yang harus diperhatikan secara khusus'.

Menurut IAEA, pernyataan Korut soal aktivitas pengayaan uranium untuk keperluan pembangunan reaktor tenaga air 'sangat mengganggu'. Berulang kali Korut menyatakan pihaknya melakukan pengayaan uranium untuk keperluan produksi bahan bakar ringan, yang nantinya akan digunakan oleh reaktor baru dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.


Sumber: Detiknews

TNI AL Luncurkan Kapal Siluman Tercanggih "KRI KLEWANG"


KBRN, Banyuwangi: Kapal Cepat Rudal (KCR) Trimaran / KRI Klewang 625 yang merupakan kapal siluman pertama didunia, Jum'at (31/8) secara resmi diluncurkan. Kapal yang memiliki panjang 63 meter buatan Banyuwangi tersebut diklaim sebagai kapal perang tercanggih didunia karena sulit terdeteksi oleh radar.


Wakil Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Pertama, Sayid Anwar, mengatakan peluncuran KRI Klewang merupakan prestasi yang membanggakan bagi Indonesia karena merupakan kapal jenis combatan yang sulit dideteksi oleh radar karena dibuat dari bahan komposit yang ringan sehingga memiliki kecepatan sampai 35 knot. "KRI Klewang ini sangat ringan sehingga memiliki kecepatan yang cocok untuk misi rahasia dan tempur," ujarnya.


KCR Trimaran merupakan kapal perang tercanggih yang dikembangkan sejak tahun 2009 oleh TNI AL dan PT. Lundin, akan dilengkapi  rudal jarak tembak 120 km membuat kapal ini menjadi kapal perang kebanggaan Indonesia. "Kapal ini akan dilengkapi 4 rudal jenis C 705 produksi cina dan perlengkapan canggih lainnya ," tambah Laksamana Pertama Sayid Anwar. KRI Klewang tersebut akan diawaki oleh 27 ABK tersebut rencanya akan memperkuat Armatim TNI AL di Surabaya.
Sumber: RRI

Kamis, 30 Agustus 2012

KRI Trimaran "Klewang" Buatan Lundin Siap Dioprasikan




KALIPURO – Proses pembuatan kapal cepat rudal (KCR) Trimaran milik TNI AL sudah rampung. Kapal canggih yang diproduksi PT. Lundin Industry Invest, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi itu akan diluncurkan Jumat besok (31/8)
 Dalam peluncuran armada baru TNI AL yang diberi nama KRI Klewang itu akan hadir sejumlah perwira tinggi dari mabes TNI AL. Kapal KCR Trimaran merupakan pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI untuk memperkuat armada TNI AL
President Director PT. Lundin Industry Invest, Mr. John Lundin menjelaskan, KRI Klewang memiliki desain termutakhir yang dibuat berdasar model Trimaran atau kapal berlunas tiga. Bahan dasar yang digunakan adalah composite material dan memiliki panjang 63 meter.

KRI Klewang, jelas Lundin, tergolong salah satu dari kapal terbesar berlunas banyak yang dibuat di kawasan Asia Tenggara. Dengan bentuk lunasnya yang radikal, kapal itu dapat melaju dengan kecepatan maksimum lebih dari 30 knots. “Kapal ini dapat menembus ombak lautan sampai setinggi enam meter,” jelas Lundin

Salah satu kemampuan KRI Klewang yang diunggulkan dan dibanggakan adalah stealth. Kapal ini didesain khusus agar tidak terdeteksi oleh radar manapun. Sebab, desain KRI Klewang unik dan bahan dasarnya adalah carbon fiber.

Carbon fiber memiliki karakteristik unik, yaitu tidak menginduksi panas dan lebih kuat daripada baja tapi lebih ringan. “KRI Klewang layak menjadi kebanggaan rakyat Indonesia sebagai salah satu alutsista andalan yang diproduksi industri pertahanan nasional,” tegas Lundin bangga.
Komandan Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Letkol Muhammad Nazif menambahkan, KRI Klewang merupakan satu-satunya kapal cepat combatan TNI AL yang menggunakan bahan composite. Tugas utama yang akan diemban kapal itu adalah sebagai kapal cepat rudal yang mampu melaksanakan operasi keamanan laut dan tempur laut. “Tugas tambahannya, patroli keamanan laut, pengamanan sumber daya alam dan objek vital di laut,” katanya.

KRI Klewang bisa melaksanakan patroli keamanan laut dengan kecepatan ekonomis dan operasi terus-menerus di daerah selama 10 hari. Selain itu, KRI Klewang juga mempunyai kecepatan tinggi dan mampu melaksanakan operasi laut gabungan dengan berbagai tipe kapal lain. “Kapal itu juga meiliki peralatan modern dalam rangka klasifikasi target sasaran, observasi, dan identifikasi,” jelasnya. 
Sumber:  Radar Banyuwangi


Rabu, 29 Agustus 2012

AS EKSPANSI PERTAHANAN RUDAL KE ASIA


AS berencana melakukan ekspansi besar-besaran untuk menempatkan pertahanan rudal mereka di kawasan Asia. Menurut pejabat Amerika, langkah ini dirancang untuk mengantisipasi ancaman dari Korea Utara dan satu yang tidak bisa dilupakan adalah untuk mengatasi kekuatan militer China.

Pembangunan pertahanan rudal ini merupakan bagian dari array defensif yang dapat menutupi "celah-celah" besar di Asia, dengan radar baru di selatan Jepang dan kemungkinan lain akan ditempatkan kapal pertahanan rudal di Asia Tenggara.

Ini merupakan bagian dari strategi pertahanan baru  pemerintahan Obama untuk memindahkan sumber daya mereka ke kawasan Asia Pasifik yang penting bagi ekonomi AS setelah satu dekade bergelut dengan perang Irak dan Afghanistan.

Ide ekspansi pertahanan rudal ini muncul pada saat AS dan sekutunya merasa khawatir dengan ancaman Korea Utara. Mereka juga semakin khawatir dengan sikap agresif China di perairan yang disengketakan seperti Laut China Selatan, dimana pihak-pihak yang bersengketa berlomba-lomba untuk menguasai hak minyak dan mineral di wilayah perairan tersebut.

Pertahanan rudal AS di Asia

Perencana pertahanan AS sangat khawatir dengan perkembangan rudal balistik anti kapal induk Chinayang bisa mengancam armada Angkatan Laut AS terutama kapal induk, jadi bagi AS sangat penting untuk memproyeksikan kekuasaan mereka di Asia.

"Fokus kami adalah retorika Korea Utara," kata Steven Hildreth, seorang ahli pertahanan rudal di Congressional Research Service, sebuah cabang penasihat kongres. "kenyataannya adalah bahwa kami juga melihat untuk jangka panjang, yang tidak lain adalah China."

Lokasi penempatan radar X-Band (radar peringatan dini) akan ditempatkan di sebuah pulau di selatan Jepang, kata pejabat pertahanan AS. Pentagon membahas hal ini dengan Jepang karena Jepang merupakan sekutu terdekat Amerika di kawasan ini. Radar akan dipasang beberapa bulan sejak perjanjian dengan Jepang, para pejabat Amerika mengatakan, dan akan melengkapi radar X-Band AS lainnya yang diletakkan di utara Jepang pada tahun 2006 lalu.

Jurubicara Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan bahwa pemerintah Jepang tidak akan memberikan komentar mengenai hal ini.

Para pejabat militer AS untuk Komando Pasifik dan Badan Pertahanan Rudal (MDA) juga telah mengevaluasi situs-situs di Asia Tenggara untuk menempatkan radar X-Band ketiga yang nantinya akan memungkinkan bagi AS dan sekutu regionalnya untuk lebih akurat melacak rudal balistik yang diluncurkan dari Korea Utara, juga China.

Beberapa pejabat pertahanan AS telah berfokus pada Filipina sebagai tempat potensial untuk X-Band ketiga, yang radar ini notabene diproduksi oleh Raytheon Co. Tapi pejabat Pentagon mengatakan lokasinya belum ditentukan dan diskusi ini masih dalam tahap awal.

Kehadiran kekuatan AS ini mungkin akan meningkatkan ketegangan dengan China, yang sejak dulu telah mengkritisi pertahanan-pertahanan rudal balistik AS di masa lalu. Beijing mengkawatirkan sistem ini, mirip dengan kebijakan AS untuk menyebarkan pertahanan rudal di Timur Tengah dan Eropa untuk melawan Iran, ini membuat China tidak leluasa. Beijing telah menyatakan keberatannya untuk penyebaran pertama X-Band AS di Jepang pada tahun 2006. Moskow juga telah menyuarakan kekhawatiran yang sama tenatang sistem pertahanan rudal AS di Eropa dan Timur Tengah.

Radar AS di Gurun Negev Israel
Fasilitas radar AS di Gurun Negev, Israel

Tanpa membeberkan rencana spesifik, Sekretaris Pers Pentagon George Little mengatakan: "Korea Utara adalah ancaman langsung yang mendorong kami untuk mengambil keputusan ini."

Pada bulan April, Korea Utara meluncurkan roket multistage yang meledak kurang dari dua menit dalam penerbangan. Uji coba ini juga dilakukan Korea Utara pada bulan Agustus 1998, Juli 2006 dan April 2009.

Pentagon mengirimkan radar X-Band laut, biasanya kapalnya berlabuh di Pearl Harbor, ke Pasifik untuk memantau peluncuran rudal Korea Utara terbaru sebagai tindakan pencegahan.

China dan Korea Utara yang Menjadi Prioritas Pertahanan Rudal AS

Pentagon juga mengkhawatirkan ketidakseimbangan kekuatan di selat Taiwan. China telah mengembangkan rudal balistik canggih dan rudal balistik anti kapal induk yang dapat menargetkan armada angkatan laut AS di kawasan tersebut.

China setidaknya memiliki 1000 sampai 1200 rudal balistik jarak pendek yang khusus ditujukan untuk Taiwan, dan telah mengembangkan rudal jelajah dan rudal balistik jarak jauh, termasuk sebuah rudal China yang dirancang untuk mencapai kapal yang bergerak di jarak 1500km, kata laporan tahunan Pentagon tentang militer China.

Ketiga radar X-Band tersebut (di Asia) tidak hanya akan mencakup Korea Utara, tetapi akan lebih dalam guna memata-matai China.

Salah satu tujuan dari Pentagon adalah untuk meyakini sekutu-sekutu AS yang merasa cemas dengan kekuatan-kekuatan agresif di kawasan ini. Banyak yang menginginkan dukungan AS namun juga tidak ingin memprovokasi China dan mereka (negara-negara sekutu AS) tidak yakin Washington dapat mengatasi modernisasi yang cepat militer Beijing karena kendala fiskal Amerika.

Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengatakan selama kunjungannya beberapa hari lalu ke kapal perang USS John C. Stennis di Washington, bahwa AS akan fokus dan memproyeksikan kekuatan di Asia Pasifik.

Kehadiran militer AS di tanah Asia, khususnya pangkalan marinir di Okinawa, telah menjadi sumber ketegangan konstan, dan kehadiran yang lebih pasti akan memicu masalah yang lebih besar lagi. Selain situs X-Band baru di selatan Jepang, AS berencana untuk meningkatkan jumlah marinir di Okinawa dalam waktu dekat sebelum akhirnya memindahkan mereka ke Guam. Jumlah pasukan di Okinawa akan segera bertambah, dari yang awalnya sekitar 15.000 personil akan menjadi 19.000 personil, kata pejabat Pentagon.

Analis Mempertanyakan Keefektifan Pertahanan Rudal 

Para analis mengatakan masih belum jelas keefektifan pertahanan rudal AS di wilayah Asia untuk melawan China. Sebuah rilis Pentagon pada tahun 2010 melaporkan bahwa sistem pertahanan rudal balistik tidak bisa mengatasi skala besar serangan rudal Rusia atau China. 

Pejabat senior AS mengatakan penyebarab pertahanan rudal baru ini akan dapat melacak dan memukul mundur setidaknya beberapa serangan dari China, cukup berpotensi untuk mencegah Beijing memulai serangan. 

AS telah menetapkan "dasar-dasar" pertahanan rudal ini di Asia, nantinya kekuatan ini akan tergabung dengan kekuatan-kekuatan sekutu AS di Asia seperti Jepang, Korea Selatan dan Australia.

Para pejabat AS juga mengatakan bahwa beberapa negara sekutu mereka, sampai sekarang menolak berbagi informasi intelijen secara real-time, ini mempersulit upaya AS. Sengketa teritorial antara Korea Selatan dan Jepang telah berkobar lagi dalam beberapa pekan terakhir, ini menggaris bawahi tantangan untuk menciptakan suatu kesatuan perintah yang padu yang akan digunakan untuk menembak jatuh rudal yang datang.

AS juga menghadapi masalah yang serupa dalam membangun sistem pertahanan rudal terpadu di Teluk Persia.

Setelah radar X-Band mengidentifikasi lintasan rudal, AS kemudian menyebarkan rudal pencegat dari kapal atau darat atau sistem anti rudal.

Penambahan Armada Kapal Pertahanan Rudal AS
 Angkatan Laut AS saat ini tengah menyusun rencana untuk menambah armada kapal perang pertahanan rudal yang saat ini berjumlah 26 menjadi 36 pada tahun 2018. Pejabat Pentagon mengatakan sebanyak 60 persen dari armada tersebut kemungkinan besar akan dikerahkan ke kawasan Asia Pasifik.

Selain itu, Angkatan Darat AS sedang mempertimbangkan untuk memperoleh Terminal High Altitude Area Defense, atau THAAD, sistem anti rudal, kata seorang pejabat senior pertahanan. Berdasarkan rencana saat ini, AS sedang membangun enam THAADs.



Sumber: Artileri

Iran Awasi Basis Militer AS Selama 24 Jam


TEHERAN - Angkatan Udara Iran yakin akan kemampuannya untuk membalas setiap serangan yang dilancarkan musuh di wilayah Iran. Mereka pun mengawasi basis militer Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah selama 24 jam.

"Saat ini, kami mengawasi seluruh basis militer AS yang mengelilingi Iran selama 24 jam sehari. Selain itu, setiap pesawat yang masuk ke wilayah udara Iran akan dipantau oleh pasukan Pertahanan Udara Iran," ujar pejabat militer Iran, Jendral Abdollah Reshadi, seperti dikutip FARS, Kamis (30/8/2012).

"Dalam pengawasan itu, kami juga mencatat informasi penerbangan dan data-data yang ada. Kami pun siap melakukan respons yang cepat, bila ada serangan di terorial Iran," tegasnya.

Reshadi menambahkan, Iran memiliki data statistik mengenai pesawat musuh yang ada di basis-basis militer tersebut. Sementara itu, pejabat militer Iran yang lain turut merencanakan strategi perang, guna menghancurkan 35 basis militer AS di Timur Tengah dalam waktu yang singkat.

"Kami sudah memikirkan langkah-langkah untuk membangun basis militer dan menyebar misil, guna menghancurkan basis militer musuh di menit-menit pertama saat serangan berlangsung," ujar Jendral Amir Ali Hajizadeh.

Sejauh ini, Negeri Paman Sam menempatkan 35 basis militer di wilayah yang mengelilingi Negeri Persia. Namun Iran siap untuk mewaspadai segala bentuk serangan yang akan muncul dari setiap wilayah.

Bagi Iran, wilayah Palestina yang diduduki oleh pasukan Israel akan menjadi target serangan Iran. Negeri Persia itu juga memiliki banyak misil yang diarahkan ke wilayah tersebut


Sumber: Okezone

Panglima TNI: Indonesia Butuh 12 Kapal Selam


Jakarta Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan 10 sampai 12 kapal selam untuk mencegah potensi gangguan keamanan laut. Diharapkan target pemenuhan kapal selam dapat rampung sebelum tahun 2024.

"Diharapkan sebelum 2024 target itu dapat terpenuhi," kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dalam jumpa pers di Gedung Kemenhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (29/8/2012).

Alasan Indonesia membutuhkan kapal selam, lanjut Agus, karena Indonesia berkewajiban menjaga keamanan dan perdamaian di wilayah maritim. Salah satunya, Indonesia harus berperan aktif dalam menjaga keamanan di Laut Cina Selatan.

"Konflik laut Cina Selatan memang bukan masalah kita. Tapi, kalau ada sesuatu di sana maka akan berdampak ke kita. Untuk itulah kita perlukan," jelas Agus.

"Selain itu, kapal selam juga diperlukan untuk menjaga daerah perbatasan laut Indonesia," sambungnya.

Panglima menambahkan, saat ini Indonesia hanya memiliki 2 kapal selam dan akan hadir 3 kapal selam tambahan dari Korea Selatan. Kapal selam asal negeri ginseng tersebut dilakukan dengan joint production (produksi gabungan).

"Kapal selam itu teknologi yang muktahir, dengan adanya joint production ini diharapkan akan ada transfer teknologi supaya Indonesia dapat menguasai ilmu pembuatan kapal selam," tutup Agus.

Sumber: Detiknews

Senjata Buatan Indonesia Laris di Irak


VIVAnews - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan senang kunjungan Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Syamsuddin ke Irak dan Uganda beberapa waktu lalu membuahkan hasil positif. Kedua negara itu memesan persenjataan buatan Indonesia.

"Saya senang sekali Wamenhan dari Irak dan menjadi tenaga marketing yang baik untuk PT DI, Pindad, dan Dahana," kata Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin 27 Agustus 2012.

Dahlan mengatakan pemesanan senjata dan pesawat dari Irak dan Uganda membuktikan kualitas produksi senjata Indonesia. Semua pesanan, akan diterima oleh tiga perusahaan BUMN tersebut.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin melakukan kunjungan ke Irak, Uganda, dan Kongo yang didampingi oleh Dirut Pindad, Adik  Avianto. Di Irak, delegasi Indonesia membawa persenjataan buatan Indonesia seperti kendaraan ringan lapis baja, Anoa, serta senapan SS-2.

Delegasi militer Irak akan datang pada 5 Oktober 2012 mendatang untuk mengunjungi pabrik senjata Indonesia.


Sumber: Vivanews 

Indonesia Prioritaskan Alutsista Laut dan Udara


JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) diminta memprioritaskan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk wilayah laut dan udara mengingat sangat luasnya cakupan keduanya. Indonesia adalah negara maritim dan memiliki luas kekuasaan udara yang besar. Selayaknya pertahanan di dua wilayah itu diperkuat.

"Pada 2013, Kemhan harus merencanakan sungguh-sungguh anggaran untuk alutsista. Itu diperlukan agar dana yang besar tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya guna meningkatkan pertahanan Indonesia," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, kepada Koran Jakarta, Selasa (28/8).

Pernyataan itu menanggapi kenaikan anggaran pertahanan pada 2013 menjadi 77 triliun rupiah atau naik sekitar 5 triliun rupiah dibandingkan tahun lalu. Pernyataan itu kembali dipertegas karena Imparsial melihat, pada 2012, Kemhan justru memprioritaskan pengadaan alutsista untuk kekuatan darat.

Salah satu pengadaan alutsista yang menonjol pada 2012 ini adalah pengadaan 100 unit main battle tank Leopard dari Jerman. Dari segi alokasi anggaran saja, lanjut dia, TNI AD mendapatkan jatah anggaran hingga 30 triliun rupiah pada 2012. Bandingkan dengan TNI AL yang hanya 9 triliun rupiah dan TNI AU yang hanya 8 triliun rupiah.

Berdasarkan alokasi anggaran itu, Poengky melihat pemerintah masih mengandalkan kekuatan darat dibandingkan laut dan udara. Poengky juga berharap Kemhan meningkatkan keterampilan prajurit, terutama prajurit yang mengawaki alutsista laut dan udara. Apalagi semakin hari teknologi alutsista semakin canggih dan modern.

Menanggapi hal ini, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan bahwa kebijakan mengerem pertumbuhan prajurit tak akan berlaku untuk para prajurit ahli seperti pengawak. "Artinya, kalau ada 10 prajurit yang pensiun, kita harus merekrut 10 prajurit lain," kata Purnomo.

Tetap Seimbang
Menurut dia, penting diberlakukan manajemen sirkulasi yang baik agar jumlah kekuatan personel tetap seimbang. "Bukan berarti bahwa zero growth itu nol, dan tidak berarti persis sama dengan yang keluar. Kita menyadari ke depan butuh personel banyak karena akan ada tambahan banyak skuadron tempur dan skuadron angkut," jelas dia.

Purnomo bahkan menjanjikan akan mengadakan program pendek untuk para penerbang TNI. Di samping itu, lanjut dia, akan ada dua program lagi untuk menempatkan personel dalam jumlah yang pas di bagian tertentu. Kemhan juga akan membuat standar prajurit yang lebih baik. Sebagai contoh, ketika ada restrukturisasi Kodam dan terdapat sejumlah unit baru, tak harus ada penambahan personel.

Bisa saja dengan melakukan perpindahan personel. Sebelumnya, DPR banyak menyoroti keterampilan prajurit yang kurang seiring semakin masifnya pemerintah melakukan belanja alutsista. Anggota Komisi I DPR, Susaningtyas Kertopati, menyatakan alutsista secanggih apa pun, tanpa diimbangi dengan dukungan pengawak yang profesional, hanya akan menjadi onggokan barang yang tak bernilai.

Selain itu, tambah dia, Kem han harus disiplin dalam menggunakan dana, baik untuk kegiatan strategis maupun operasional. Untuk itu, Kemhan harus transparan dalam penggunaan dananya agar publik dapat ikut mengawasi. "Kemhan harus transparan mengalokasikan dana. Yang penting, belanja alat utama sistem senjata (alutsista) harus sebanding dengan dana operasional bagi pengembangan sumber daya manusia, khususnya pengawak dan prajurit," kata dia.

Disiplin terhadap rencana strategis, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang, itu penting. Sudah transparan atau belumnya penggunaan anggaran tak akan terlaksana dengan baik jika tak didukung DPR. Kesejahteraan prajurit harus menjadi bagian yang utama. "Alutsista memang penting, tapi alutsista modern dan canggih harus sejalan dengan meningkatnya kemampuan prajurit," kata dia.


Sumber: Koran jakarta

Rusia Desak AS Ratifikasi CTBT


MOSKOW - Ratifikasi Traktat Larangan Uji Coba Nuklir (CTBT) oleh Amerika Serikat (AS) dinilai akan mempercepat berlakunya perjanjian internasional ini. Hal ini disampaikan oleh Juru bicara majelis tinggi parlemen Rusia Valentina Matviyenko.

"Tentu saja kami khawatir karena atas tidak adanya kemajuan dalam ratifikasi CTBT. Kami yakin ratifikasi CTBT oleh AS secara signifikan akan mempercepat diberlakukannya perjanjian tersebut," ujar Matviyenko, dalam konferensi nuklir yang berlangsung di Kazakhstan, seperti dikutip RIA Novosti, Rabu (29/8/2012).

Selain itu menurut Matviyenko, sejumlah Negara Barat juga menolak usulan Rusia terkait dengan larangan penyebaran senjata di luar angkasa.

Hingga saat ini CTBT yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 1996 lalu belum berlaku kendati perjanjian ini telah ditandatangani oleh 183 negara dan diratifikasi oleh 157 negara. Hal ini disebabkan sejumlah negara kekuatan dunia seperti India menolak untuk menandatangani sementara AS dan China dikabarkan gagal melakukan ratifikasi.

Kegagalan ratifikasi oleh AS ini dipicu oleh penolakan Senat pada 1999 lalu.

Pada 2006 lalu Majelis Umum PBB meratifikasi sebuah resolusi yang mendukung berlakunya CTBT kendati di bawah pasal XIV, traktat dinyatakan belum dapat berlaku bila tidak ditandatangani dan diratifikasi oleh 44 negara pemilik reaktor nuklir yang tercantum dalam Annex 2.

Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk pengawasan senjata dan keamanan internasional Ellen Tauscher pada pertengahan Februari lalu mengatakan, ratifikasi perjanjian ini tetap menjadi salah satu prioritas kebijakan luar negeri AS. 


Sumber:Okezone