Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Sabtu, 28 Juli 2012

Kekuatan AL Iran 'Mimpi Buruk' untuk AS

Kekuatan AL Iran 'Mimpi Buruk' untuk AS
Kekuatan AL Iran 'Mimpi Buruk' untuk AS 


REPUBLIKA.CO.ID, Pakar AS dan Timur Tengah menggambarkan kekuatan baru AL Iran untuk menghadapi serangan kapal perang Amerika di Teluk Persia adalah bak skenario penuh mimpi buruk untuk AL AS.Ini karena Iran sudah memiliki teknologi khusus untuk menghadapi serangan.

 ''Sejumlah kapal perang AS mampu menghadapi ancaman lingkungan secara simultan di darat, laut, dan udara, bahkan bawah air,'' ungkap harian AS, The Washington Post, dalam satu laporannya.

Namun, kemampuan baru Iran justru membuat sejumlah pakar militer Amerika menanyakan kebijakan untuk mengerahkan kapal perang mahal dan kapal induk ke Teluk Persia. Harian ini juga mengutip studi yang dilakukan Institusi Perang AL AS yang mengingatkan peningkatan kemampuan Iran untuk mengahdapi serangan massal di Teluk Hormuz.

Kendati kapal perang baru AS dilengkapi sistem pertahanan ganda seperti pelindung rudal Aegis, Iran berhasil menetralisir teknologi itu dengan kemampuan untuk menghadapi serangan dari berbagai arah dengan satu tindakan saja.

''Iran tidak hanya bergantung pada peluncur rudal tapi juga memiliki helikopter, kapal selam mini, dan ratusan kapal kecil bersenjata berat yang mampu bergerak cepat,'' demikian laporan Washington Post.

''Ini adalah dilema. Ketika kapal AS berada di kawasan selat, mereka amat rentan diserang. Namun jika tak berada di sana, negara Arab akan merasa tak aman. Sekarang saja mereka sudah merasa sangat, sangat rentan,'' ujar pakar militer yang enggan diungkap identitasnya itu.


Sumber: Republika

Rusia Siap Bangun Basis Militer di Kuba & Vietnam

Foto : Armada tempur Rusia (IST)
Foto : Armada tempur Rusia (IST)
MOSKOW - Rusia menggelar dialog mengenai rencana pembangunan pangkalan angkatan laut di negara bekas mitra Uni Soviet, Kuba dan Vietnam, serta Seychelles. Selama ini, Rusia juga memiliki pangkalan angkatan laut di Suriah.

"Benar, kami sedang bekerja untuk membangun pangkalan angkatan laut di luar wilayah Rusia. Kami juga sedang membicarakan masalah teknis untuk membangun pangkalan di Kuba, Seychelles dan Vietnam," ujar pejabat militer Rusia Laksamana Voktor Chirkov, seperti dikutip RIA Novosti, Sabtu (28/7/2012).

Pada era Perang Dingin, Uni Soviet mendirikan basis militer di wilayah selatan Vietnam, Cam Ranh. Selain itu, adapula di Suriah, Tartus. Namun pada 2002 silam, Presiden Vladimir Putin menutup pangkalan militer itu.

Putin juga menutup pusat intelijennya yang ada di Kuba pada saat Putin baru saja naik ke kursi presiden. Bersamaan dengan itu, Negeri Beruang Merah juga mencoba untuk memperbaiki hubungan bilateralnya dengan Amerika Serikat (AS).

Namun belakangan ini, hubungan Rusia dan AS kembali memburuk, terutama pada saat Putin meraih priode ketiganya sebagai Presiden Rusia. Putin juga terlihat mulai merangkul negara-negara bekas rekan Soviet.

Menurut laporan dari sejumlah media, Rusia juga dikabarkan hendak membangun pangkalan militer di salah satu negara Afrika, Djibouti. Pembangunan basis militer itu juga tidak menuai kecurigaan dari AS, karena AS pun membangun hubungan yang baik dengan negara-negara bekas mitra Soviet.

"Pemerintah Rusia memiliki kepentingan yang beragam di belahan dunia ini. Mereka berhak untuk memenuhi tuntutan itu," ujar juru bicara Pentagon, George Little.


Sumber: Okezone.com

Minggu, 22 Juli 2012

Tidak Hanya Layani Militer, PT DI Dorong Pasar Komersial


 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memasuki pesawat CN-295. Pesawat militer produksi PT DI ini digunakan presiden dalam kunjungannya ke hangar PT Dirgantara Indonesia.

 CN-235 dan N-295 memiliki keunggulan terutama untuk penerbangan perintis. PT Dirgantara Indonesia (PTDI) tak hanya membuat pesawat versi militer. Tapi, terus berupaya mendorong pasar pesawat sipil dan komersial.

"Dalam beberapa tahun terakhir ini pesanan ke PT DI kebanyakan pesawat militer. Tapi bukan berarti hanya membuat pesawat versi itu, pasar sipil terus dikembangkan, baik untuk CN-235 maupun N-295," kata Kepala Divisi Kepatuhan dan Komunikasi PTDI Sonny Saleh Ibrahim di Bandung, hari ini.

Dia mengakui, bila pesawat CN-235 yang diproduksi dalam satu dekade terakhir adalah versi Maritime Patrol Aircraft atau patroli maritim pesanan Korea Selatan. Juga pesanan sejumlah N-295 dari TNI-AL dan TNI-AU juga untuk versi militer.

Namun demikian, kedua pesawat andalan PT DI tersebut memiliki keunggulan untuk versi sipil terutama untuk penerbangan perintis.

"N-295 contohnya, langsung dipesan oleh TNI-AU sehingga ada image versi militernya. Padahal juga sangat cocok untuk pesawat sipil karena bisa melakukan pendaratan di landasan yang pendek," kata Sonny Saleh.

PT DI memiliki lisensi untuk pemasaran pesawat itu di kawasan Asia Fasific. Bahkan tidak menutup kemungkinan dengan kerjasama bersama perusahaan pesawat terbang Eropa dan AS pengembangan pasarnya bisa lebih luas, termasuk ke Amerika Selatan.

Sonny menyebutkan, saat ini PT DI terjalin kerjasama dengan sejumlah pabrikan pesawat terbang dunia seperti Boeing, Eurocopter, Sukhoi, Airbus dan lainnya.

"Dalam memproduksi N-295 PT DI bekerjasama dengan Airbus Military, pemasaran ke Amerika Selatan cukup terbuka," kata Sonny.

Sementara itu. program revitalisasi PT DI yang ditandai dengan penanaman modal negara (PMN) diprediksi akan mengembalikan performance perusahaan dirgantara Indonesia itu terutama dalam memproduksi pesawat-pesawat terbang.

Menurut Sonny, CN-235 dan N-295 merupakan pesawat yang memiliki klasifikasi yang sangat bersaing. Bahkan Korea beberapa tahun lalu telah membeli empat pesawat CN-235 bersi VIP dan VVIP.

"Korea Selatan saat ini menjadi pengguna CN-235 paling banyak yakni 12 unit, termasuk untuk versi patroli maritim," katanya.

Terkait pasar N-295 yang akan dikembangkan PT DI, kata Sonny peminatnya cukup bagus. PT DI telah melakukan promosi dan mengikuti pameran untuk memperkenalkan produk terbaru produk perusahaan kedirgantaraan nasional itu.

"TNI-AU sudah jelas memesan untuk mengganti pesawat Fokker yang sudah di grounded, TNI-AL juga. Juga sudah melakukan penawaran ke sejumlah negara di Asia Fasific," kata Sonny Saleh menambahkan.


Sumber: BERITAsatu

Terancam Perisai Misil, China Modernisasi Senjata Nuklir


WINA - Pejabat militer China melaporkan, negaranya siap memodernisasi senjata nuklirnya untuk merespons rencana Amerika Serikat (AS) yang ingin membangun sistem pertahanan misil Eropa. China juga memandang rencana AS sebagai tindakan yang mengacaukan stabilitas kawasan.

"Senjata itu mengacaukan stabilitas. Kami juga harus membangun kekuatan untuk menangkal setiap ancaman," ujar Mayor Jendral Zhu Chenghu, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/7/2012).

Zhu sempat melontarkan komentar yang cukup kontroversial pada 2005 silam tentang nuklir. Zhu mengatakan bahwa China harus menggunakan senjata nuklirnya bila AS mengintervensi konflik Taiwan.

Selama ini, Negeri Paman Sam menghabiskan dana sebesar USD10 miliar atau sekira Rp94 triliun untuk membangun, menguji coba, dan mengerahkan perisai misil itu. AS juga membangun senjata penghancur misil di kapal tempur yang dikerahkan ke Timur Tengah dan Asia-Pasifik. Senjata yang serupa juga dapat ditemukan di wilayah Alaska dan California.

Menurut AS, perisai misil Eropa akan dikerahkan dalam empat tahap, kurang lebih pada 2020 mendatang. Hal itu ditujukan untuk mewaspadai serangan misil dari Iran.

Meski demikian, keberadaan senjata pertahanan itu justru dipandang menjadi ancaman Rusia. Negeri Beruang Merah menilai, sistem pertahanan misil itu lambat laun akan berkembang menjadi sebuah senjata yang sanggup menghancurkan fasilitas nuklir Rusia.


Sumber: Okezone.com

Pesawat tempur F-16 Amerika jatuh di Jepang


Tokyo (ANTARA News) - Sebuah pesawat tempur Amerika Serikat F-16 jatuh di lepas pantai utara Jepang Samudra Pasifik hari inim dan usaha-usaha sedang dilakukan untuk menyelamatkan pilot, kata seorang juru bicara Pangkalan Udara Misawa.

Jet itu lepas landas dari pangkalan udara AS di Amori dan jatuh sekitar pukul 11.30 waktu Jepang (09.30 WIB) sekitar 200mil timur laut Hokkaido--pulau paling utara Jepang, kata juru bicara itu.

"Seorang pilot berada di pesawat tersebut. Usaha-usaha sedang dilakukan untuk menolong pilot itu," katanya.

"Pesawat nahas tersebut sedang dalam perjalanan ke Amerika Utara. Penyebab kecelakaan itu belum diketahui pasti."


Sumber: Antaranews