Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Sabtu, 23 Maret 2013

PT Sari Bahari Kota Malang Ekspor Roket ke Chile

 
 
SURYA Online, MALANG – Siapa sangka, pabrik PT Sari Bahari yang terletak di Jalan Muharto 125 Malang bisa memberikan kebanggaan bagi Kota Malang.

Pabrik ini memproduksi casing roket untuk pesawat pengebom. Belakangan, Pemerintah Chile akhirnya tertarik saatu produk buatan pabrik yang didirikan Ir Ricky Hendrik Egam ini.

Rizky menuturkan tentara Chile berminat membeli smoke war head (SWH) 70mm setelah sejak November tahun lalu intens berkomunikasi.

“Tentara Nasional Chile memesan 260 buah SWH 70mm yang kami produksi. Tanggal 30 MAret nanti langsung kami kirim,” kata Ricky saat ditemui di pabrikya, Sabtu (23/3/2013).

Ricky menuturkan komponen teknis SWH ini beratnya 3 kg dengan lebar 280 mm, diameter 70 mm, dan 40 persen penggunaan bahan merupakan buatan sendiri (tidak impor). pria kelahiran Surabaya 30 Desember 1960 ini menjelaskan SWH ini biasa digunakan untuk latihan akurasi pemboman.

“Ketika menyentuh tanah, roket SWH ini akan mengeluarkan asap. Asap ini dijadikan tolok ukur akurasi pemboman,” jelasnya.

Ricky bercerita, bisa bersentuhan dengan industri persenjataan ketika dirinya menjadi rekanan PT Pindad, Turen, selama 13 tahun untuk menyediakan spare part kendaraan militer ataupun persenjataan.

Dari situ, suami dari RR Anggareni ini melihat peluang bisnis pembuatan casing roket. Dan tahun 2000, Ricky mewujudkan produk pertamanya, casing roket P100 (practice), yang langsung digunakan TNI AU, yang disusul TNI AD dan AL.

Bahkan bom yang menempel di sayap pesawat Sukhoi, lanjut Ricky, casing-nya adalah buatan PT Sari Bahari.

“Saat ini kami sudah produksi 4.000 lebih casing P100 (practice) sejak produk pertama kami buat. Pihak TNI AU menyatakan puas dengan produk kami,” ujarnya.

Sukses membuat produk casing P100 (practice), sambungnya, TNI AU meminta dibuatkan casing P100 (live) yang memang digunakan untuk peledakan.

“Tahun 2010, TNI AU minta dibuatkan P100 (live) yang memang untuk pemboman. Kalau yang practice, itu fungsinya sama dengan SWH, mengeluarkan asap untuk akurasi pemboman,” katanya.

Ayah tiga anak ini menuturkan produknya telah mendapat lisensi langsung dari Dislitbang TNI AU, Menteri PErtahanan (Menhan), dan Menteri Perindustrian.

“Kami sudah produksi tujuh jenis casing roket, di antaranya SWH, P100 (practice dan live), P25, dan lainnya. Ambisi saya selanjutnya bikin casing untuk smart roket yang mengunakan teknologi digital,” ucapnya.

Mengenai ekspor SWH ke Chile, Rizky membeberkan telah mendapatkan lisensi ekspor yang ditandatangani langsung Dirjen Kemenhan Pot Han, Dr M Pos Hutabarat.

Diperolehnya lisensi ekspor ini, ungkap Ricky, membuat ekspor yang dilakukannya resmi dilakukan atas nama pemerintah Indonesia dan pemerintah Chile.

“Saya harap industri alutsista dari pihak swasta akan semakin banyak. Sebab peluang di industri ini sangat terbuka lebar. Bahkan saya sudah ada pembicaraan dengan 5 negara terkait penjualan casing-casing ini,” tutupnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah (UMM), Prof Muhadjir Efendi, mengaku sangat mengapresiasi kemajuan produk persenjataan buatan Indonesia ketika mengetahui PT Sari BAhari mengekspor SWH ke Chile.

Muhadjir yang juga pengamat militer ini membeberkan fakta unik kalau Chile memang tengah bersaing dengan Peru dalam hal persenjataan roket.

Antara Chile dan Peru sama-sama gencar melakukan pengadaan roket advance untuk pertahanan kedua Negara. Fakta Chile membeli roket latih dari Indonesia (PT Sari Bahari) menjadi kebanggaan bersama yang patut diacungi jempol.

“Mereka berdua sedang memberdayakan roket jenis exoed yang biasa digunakan untuk menghancurkan kapal. Menarik kalau dilihat, apalagi roket latihannya buatan Indonesia,” imbuhnya.
 
 
Sumber: Surya online
SURYA Online, MALANG – Siapa sangka, pabrik PT Sari Bahari yang terletak di Jalan Muharto 125 Malang bisa memberikan kebanggaan bagi Kota Malang.

Pabrik ini memproduksi casing roket untuk pesawat pengebom. Belakangan, Pemerintah Chile akhirnya tertarik saatu produk buatan pabrik yang didirikan Ir Ricky Hendrik Egam ini.

Rizky menuturkan tentara Chile berminat membeli smoke war head (SWH) 70mm setelah sejak November tahun lalu intens berkomunikasi.

“Tentara Nasional Chile memesan 260 buah SWH 70mm yang kami produksi. Tanggal 30 MAret nanti langsung kami kirim,” kata Ricky saat ditemui di pabrikya, Sabtu (23/3/2013).

Ricky menuturkan komponen teknis SWH ini beratnya 3 kg dengan lebar 280 mm, diameter 70 mm, dan 40 persen penggunaan bahan merupakan buatan sendiri (tidak impor). pria kelahiran Surabaya 30 Desember 1960 ini menjelaskan SWH ini biasa digunakan untuk latihan akurasi pemboman.

“Ketika menyentuh tanah, roket SWH ini akan mengeluarkan asap. Asap ini dijadikan tolok ukur akurasi pemboman,” jelasnya.

Ricky bercerita, bisa bersentuhan dengan industri persenjataan ketika dirinya menjadi rekanan PT Pindad, Turen, selama 13 tahun untuk menyediakan spare part kendaraan militer ataupun persenjataan.

Dari situ, suami dari RR Anggareni ini melihat peluang bisnis pembuatan casing roket. Dan tahun 2000, Ricky mewujudkan produk pertamanya, casing roket P100 (practice), yang langsung digunakan TNI AU, yang disusul TNI AD dan AL.

Bahkan bom yang menempel di sayap pesawat Sukhoi, lanjut Ricky, casing-nya adalah buatan PT Sari Bahari.

“Saat ini kami sudah produksi 4.000 lebih casing P100 (practice) sejak produk pertama kami buat. Pihak TNI AU menyatakan puas dengan produk kami,” ujarnya.

Sukses membuat produk casing P100 (practice), sambungnya, TNI AU meminta dibuatkan casing P100 (live) yang memang digunakan untuk peledakan.

“Tahun 2010, TNI AU minta dibuatkan P100 (live) yang memang untuk pemboman. Kalau yang practice, itu fungsinya sama dengan SWH, mengeluarkan asap untuk akurasi pemboman,” katanya.

Ayah tiga anak ini menuturkan produknya telah mendapat lisensi langsung dari Dislitbang TNI AU, Menteri PErtahanan (Menhan), dan Menteri Perindustrian.

“Kami sudah produksi tujuh jenis casing roket, di antaranya SWH, P100 (practice dan live), P25, dan lainnya. Ambisi saya selanjutnya bikin casing untuk smart roket yang mengunakan teknologi digital,” ucapnya.

Mengenai ekspor SWH ke Chile, Rizky membeberkan telah mendapatkan lisensi ekspor yang ditandatangani langsung Dirjen Kemenhan Pot Han, Dr M Pos Hutabarat.

Diperolehnya lisensi ekspor ini, ungkap Ricky, membuat ekspor yang dilakukannya resmi dilakukan atas nama pemerintah Indonesia dan pemerintah Chile.

“Saya harap industri alutsista dari pihak swasta akan semakin banyak. Sebab peluang di industri ini sangat terbuka lebar. Bahkan saya sudah ada pembicaraan dengan 5 negara terkait penjualan casing-casing ini,” tutupnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah (UMM), Prof Muhadjir Efendi, mengaku sangat mengapresiasi kemajuan produk persenjataan buatan Indonesia ketika mengetahui PT Sari BAhari mengekspor SWH ke Chile.

Muhadjir yang juga pengamat militer ini membeberkan fakta unik kalau Chile memang tengah bersaing dengan Peru dalam hal persenjataan roket.

Antara Chile dan Peru sama-sama gencar melakukan pengadaan roket advance untuk pertahanan kedua Negara. Fakta Chile membeli roket latih dari Indonesia (PT Sari Bahari) menjadi kebanggaan bersama yang patut diacungi jempol.

“Mereka berdua sedang memberdayakan roket jenis exoed yang biasa digunakan untuk menghancurkan kapal. Menarik kalau dilihat, apalagi roket latihannya buatan Indonesia,” imbuhnya - See more at: http://surabaya.tribunnews.com/2013/03/23/pt-sari-bahari-kota-malang-ekspor-roket-ke-chile#sthash.ywhB4pMu.dpuf
SURYA Online, MALANG – Siapa sangka, pabrik PT Sari Bahari yang terletak di Jalan Muharto 125 Malang bisa memberikan kebanggaan bagi Kota Malang.

Pabrik ini memproduksi casing roket untuk pesawat pengebom. Belakangan, Pemerintah Chile akhirnya tertarik saatu produk buatan pabrik yang didirikan Ir Ricky Hendrik Egam ini.

Rizky menuturkan tentara Chile berminat membeli smoke war head (SWH) 70mm setelah sejak November tahun lalu intens berkomunikasi.

“Tentara Nasional Chile memesan 260 buah SWH 70mm yang kami produksi. Tanggal 30 MAret nanti langsung kami kirim,” kata Ricky saat ditemui di pabrikya, Sabtu (23/3/2013).

Ricky menuturkan komponen teknis SWH ini beratnya 3 kg dengan lebar 280 mm, diameter 70 mm, dan 40 persen penggunaan bahan merupakan buatan sendiri (tidak impor). pria kelahiran Surabaya 30 Desember 1960 ini menjelaskan SWH ini biasa digunakan untuk latihan akurasi pemboman.

“Ketika menyentuh tanah, roket SWH ini akan mengeluarkan asap. Asap ini dijadikan tolok ukur akurasi pemboman,” jelasnya.

Ricky bercerita, bisa bersentuhan dengan industri persenjataan ketika dirinya menjadi rekanan PT Pindad, Turen, selama 13 tahun untuk menyediakan spare part kendaraan militer ataupun persenjataan.

Dari situ, suami dari RR Anggareni ini melihat peluang bisnis pembuatan casing roket. Dan tahun 2000, Ricky mewujudkan produk pertamanya, casing roket P100 (practice), yang langsung digunakan TNI AU, yang disusul TNI AD dan AL.

Bahkan bom yang menempel di sayap pesawat Sukhoi, lanjut Ricky, casing-nya adalah buatan PT Sari Bahari.

“Saat ini kami sudah produksi 4.000 lebih casing P100 (practice) sejak produk pertama kami buat. Pihak TNI AU menyatakan puas dengan produk kami,” ujarnya.

Sukses membuat produk casing P100 (practice), sambungnya, TNI AU meminta dibuatkan casing P100 (live) yang memang digunakan untuk peledakan.

“Tahun 2010, TNI AU minta dibuatkan P100 (live) yang memang untuk pemboman. Kalau yang practice, itu fungsinya sama dengan SWH, mengeluarkan asap untuk akurasi pemboman,” katanya.

Ayah tiga anak ini menuturkan produknya telah mendapat lisensi langsung dari Dislitbang TNI AU, Menteri PErtahanan (Menhan), dan Menteri Perindustrian.

“Kami sudah produksi tujuh jenis casing roket, di antaranya SWH, P100 (practice dan live), P25, dan lainnya. Ambisi saya selanjutnya bikin casing untuk smart roket yang mengunakan teknologi digital,” ucapnya.

Mengenai ekspor SWH ke Chile, Rizky membeberkan telah mendapatkan lisensi ekspor yang ditandatangani langsung Dirjen Kemenhan Pot Han, Dr M Pos Hutabarat.

Diperolehnya lisensi ekspor ini, ungkap Ricky, membuat ekspor yang dilakukannya resmi dilakukan atas nama pemerintah Indonesia dan pemerintah Chile.

“Saya harap industri alutsista dari pihak swasta akan semakin banyak. Sebab peluang di industri ini sangat terbuka lebar. Bahkan saya sudah ada pembicaraan dengan 5 negara terkait penjualan casing-casing ini,” tutupnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah (UMM), Prof Muhadjir Efendi, mengaku sangat mengapresiasi kemajuan produk persenjataan buatan Indonesia ketika mengetahui PT Sari BAhari mengekspor SWH ke Chile.

Muhadjir yang juga pengamat militer ini membeberkan fakta unik kalau Chile memang tengah bersaing dengan Peru dalam hal persenjataan roket.

Antara Chile dan Peru sama-sama gencar melakukan pengadaan roket advance untuk pertahanan kedua Negara. Fakta Chile membeli roket latih dari Indonesia (PT Sari Bahari) menjadi kebanggaan bersama yang patut diacungi jempol.

“Mereka berdua sedang memberdayakan roket jenis exoed yang biasa digunakan untuk menghancurkan kapal. Menarik kalau dilihat, apalagi roket latihannya buatan Indonesia,” imbuhnya - See more at: http://surabaya.tribunnews.com/2013/03/23/pt-sari-bahari-kota-malang-ekspor-roket-ke-chile#sthash.ywhB4pMu.dpuf

Selasa, 19 Maret 2013

Perkuat Selat Malaka, F-16 Disiapkan di Pekanbaru

 
Metrotvnews.com, Pekanbaru: Demi memperkuat kekuatan tempur di kawasan strategis Selat Malaka, Pangkalan Udara (Lanud) TNI Angkatan Udara Roesmin Nuryadin Pekanbaru bersiap menyambut satu skuadron pesawat tempur F-16 blok 52 lengkap dengan persenjataan mutakhir.

Penambahan 24 pesawat F-16 dari Amerika Serikat itu sebagai bagian dari pembaruan armada tempur yang sudah ada di pangkalan TNI AU tipe B itu yaitu satu skuadron Hawk 100/200.
”Berarti pada awal 2014, Lanud Roesmin Nuryadin akan memiliki dua skuadron tempur yang terdiri dari satu skuadron Hawk 100/200 dan satu skuadron pesawat F-16 dengan blok 52 lengkap dengan persenjataan mutakhir,” ungkap Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud TNI AU Mayor Sus Filfadri kepada Media Indonesia di Pekanbaru, Selasa (19/3).

Menurut Filfadri, satu skuadron pesawat tempur F-16 yang akan ditempatkan di Lanud Pekanbaru merupakan pesawat tempur terbaik yang disumbangkan oleh pemerintah Amerika Serikat kepada Indonesia. Jenis pesawat F-16 dengan tipe blok 52 itu rencananya juga akan engalami sedikit peningkatan up grade khususnya di bagian persenjataan tempurnya.

”Memang banyak yang bilang itu pesawat hibah, tapi F-16 itu hasil dari komitmen kerjasama kita dengan Amerika Serikat. Kondisinya juga sudah dicek dan sangat baik apalagi dengan tipe blok 52 yang terbaru,” jelas Fil.

Dia menambahkan, dipilihnya Lanud Roesmin Nuryadin sebagai lokasi penempatan satu skuadron pesawat tempur F-16 itu tidak lepas dari lokasi strategis Lanud Pekanbaru yang secara geografis berada di kawasan Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan Malaysia serta Singapura.

”Dua skuadron tempur F-16 dan Hawk 100 juga untuk mendukung kekuatan kita di Sumatra dan Selat Malaka. Selain back up dari Lanud terdekat di Kalimantan Barat, Makasar serta Pulau Jawa,” ujarnya.

Dengan penambahan armada tempur tersebut, lanjut Filfadri, pada 2014 status Lanud Roesmin Nuryadin Pekanbaru akan berganti dari Lanud tipe B menjadi tipe A dengan dipimpin perwira berpangkat bintang satu. Selain itu, guna mengimbangi dinamika pertahanan geopolitik kawasan di Selat Malaka, pemantauan radar yang ditempatkan di Pekanbaru, Medan, dan Ranai, Kepulauan Natuna akan semakin ditingkatkan.

”Mengingat dari pengalaman sejarah bahwa TNI AU pernah menjadi kekuatan nomor 1 di Asia. Seperti itu juga soal ketergantungan kita pada Amerika Serikat ketika sparepart peralatan tempur diembargo. Karena itu, kebijakan saat ini ada kombinasi armada tempur antara Sukhoi dari Rusia, dan F-16 dari Amerika Serikat untuk menangkal ketergantungan itu,” jelasnya.
 
 

Sumber: Metronews