Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Sabtu, 08 September 2012

Pesawat C-295 Akan Tiba di Halim


JAKARTA, KOMPAS.com - Empat penerbang TNI Angkatan Udara dari Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma akan tiba di Jakarta dengan membawa pesawat C-295 tanggal 21 September mendatang. Keempat penerbang itu yakni Letkol Pnb Elistar Silaen Komandan Skadron Udara 2 Lanud Halim, Mayor Pnb Destianto, Mayor Pnb Trinanda dan Kapten Pnb Reza Fahlifie.

Saat ini mereka masih berada di Air Bus Military, Sevilla, Spanyol untuk menjalani Training dengan menggunakan pesawat C-295 Air Bus Military selama kurang lebih tiga Bulan dari Bulan Juli sampai September 2012.

"Saat ini program training kami sudah melaksanakan latihan simulator sebanyak 48 jam, mulaidari tanggal 5 Sepember kami sudah flight training degan pesawat C-295 Air Bus Military , dan rencana training sampai dengan tgl 14 September" ujar Komandan Skadron 2 Letkol Pnb Elistar Silaen. Lebih lanjut Komandan Skadron Elistar, mengatakan bahwa latihan training masing-masing pilot dilaksanakan Enam jam terbang. "Rencana ferry pesawat C- 295 Air Bus Military sementara tanggal 17 September dan tiba di Indonesia tanggal 21 September" ujarnya.

Selain Penerbang TNI Angkatan Udara dua penerbang Test Pilot dari PT Dirgantara Indonesia (DI) Ester Gayatri saleh dan Novirsta Mafriando Rusli serta satu Flight Test Engineer Heru Riadhi Soenardi juga melakukan training dengan menggunakan pesawat C-295 di Air Bus Military, Sevilla, spanyol.
 
Pesawat C-295 buatan Air Bus Military yang bekerja sama dengan PT DI direncanakan akan memperkuat jajaran TNI Angkatan Udara di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma menggantikan operasional pesawat F-27 yang belum lama dinyatakan tidak boleh terbang.
 
 
Sumber: Kompas

Jumat, 07 September 2012

PM Israel Uring-uringan ke AS Soal Nuklir Iran


VIVAnews - Seorang anggota DPR Amerika mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melontarkan rasa frustrasinya atas sikap pemerintah AS soal isu nuklir Iran. Bahkan, Netanyahu sempat sesumbar Israel bakal menyerang Iran sendirian bila AS tidak mendukungnya.

Menurut kantor berita Reuters, kabar itu diungkapkan Mike Rogers, anggota DPR Amerika asal Partai Republik. Dia mengungkapkan percakapannya dengan Netanyahu dan Duta Besar AS, Daniel Shapiro, akhir Agustus lalu di Israel.

"Saat ini, Israel tidak percaya bahwa pemerintahan AS saat ini serius atas pernyataan bahwa mereka punya semua opsi soal isu Iran," kata Rogers, yang juga merangkap sebagai Ketua Komite Intelijen di DPR. Rogers saat itu diwawancara stasiun radio di Michigan, WJR, pada Selasa waktu setempat.

Kabar dari Rogers ini mengkonfirmasi isu percekcokan AS dan Israel soal bagaimana menghadapi Iran. Pada dasarnya, kedua negara yang bersekutu erat itu, sama-sama menganggap teknologi nuklir Iran merupakan ancaman karena bisa dibuat jadi senjata pemusnah massal. Namun, Iran berkali-kali membantah tuduhan itu dan menyatakan nuklir mereka hanya untuk kepentingan damai - seperti riset dan sumber energi.

Namun, AS dan Israel masih berbeda sikap soal menangani Iran. Presiden Barack Obama pernah menyatakan bahwa belum waktunya Iran dihadapi dengan aksi militer. Bagi Washington, tindakan efektif saat ini adalah dengan menerapkan berbagai sanksi ekonomi dan keuangan serta tekanan diplomasi atas Iran.

Sebaliknya, Netanyahu menyatakan bahwa Iran sudah harus segera diberi tindakan. Program nuklir mereka dianggap sudah mengancam negara zionis itu, yang juga dikabarkan memiliki senjata nuklir.

Dalam pertemuannya dengan Shapiro dan Netanyahu di Israel itu, Rogers mengungkapkan tadinya mereka hanya ingin membicarakan kerjasama intelijen kedua negara. Namun, percakapan itu berkembang menjadi perbedaan yang tajam antara Netanyahu dan Dubes Shapiro.

Netanyahu merasa frustrasi dengan kurang seriusnya posisi AS saat ini soal program nuklir Iran. "Ketidaktegasan posisi AS atas soal ini telah menciptakan banyak masalah dan kegelisahan yang, menurut saya, kurang baik bagi dunia dan perdamaian," kata Rogers.

Dia mengungkapkan, pemerintah AS dan Israel masih berbeda pendapat soal seberapa cepat Iran bisa menyiapkan hulu ledak nuklir ke dalam rudal. Lalu, bagaimana menyikapinya.  

Netanyahu yakin bahwa Iran bisa menyiapkan hulu ledak nuklir antara empat hingga delapan pekan. Namun, kalangan intelijen AS menilai waktunya bisa lebih lama dari itu. "Masalahnya, tidak ada yang tahu pasti," kata Rogers. 

Kabar percekcokan Netanyahu dan Dubes AS itu pertama kali dihembuskan oleh harian Israel, Yedioth Ahronoth. Namun, saat diwawancara stasiun televisi Israel pada Minggu kemarin, Shapiro membantah adanya percekcokan itu.

"Itu hanya kabar yang konyol. Percakapannya berlangsung bersahabat dan profesional," kata Shapiro. Netanyahu pun belum berkomentar atas isu percekcokan itu.


Sumber: Vivanews

Jet tempur MiG-29 Rusia jatuh di Siberia

MiG 29 AU Rusia (RIA Novosti) 
MiG 29 AU Rusia (RIA Novosti)
 
 Sindonews.com - Kementerian Pertahanan Rusia mengabarkan sebuah jet tempur MiG-29 milik Rusia jatuh di dekat Chita, Siberia, kemarin.

"Pesawat tempur milik Angkatan Udara (AU) Rusia MiG-29 jatuh di dekat bandara Domna, 27 km dari wilayah China,Siberia," ungkap Kementerian Pertahanan Rusia seperti diberitakan RIA Novosti (7/9/2012).

Berdasarkan laporan awal, MiG 29 dikabarkan menabrak bukit sebelum akhirnya jatuh. Kementrian Pertahanan Rusia akan menyelidiki penyebab pasti kecelakaan ini dan saat ini  tim penyelamat telah tiba di lokasi kejadian.

Sementara itu, sang pilot selamat setelah berhasil melontarkan diri dari kursi pesawat. Mereka akan melakukan investigasi penyebab kecelakan.

MiG-29 merupakan pesawat multi fungsi generasi keempat Rusia. Jet ini selalu ambil bagian dalam pertunjukan udara AU Rusia. Rusia memiliki 310 MiG-29, dimana 270 unit dimiliki AU, sementara 40 unit dimiliki Angkatan Laut Rusia.


Sumber: Sindonews

Rabu, 05 September 2012

F-35B ready for ‘high alpha’ tests

 


It’s hard to imagine a much scarier scenario than turning off the engine to an aircraft in flight to test if it’ll restart.

That’s just what Navy test pilots did with the F-35B Joint Strike Fighter this summer. And lucky for those pilots and the Joint Strike Fighter program, the F-35B and its F135 engines turned back on.

Navy officials announced the F-35B passed  it’s “air start” tests meaning the program can move on to “high alpha, or angle-of-attack tests” — the maneuvers that set the fifth generation fighters apart from their 4th generation (F-15 and F-16) peers when it comes to a dog fight

“High alpha, or angle-of-attack tests, are important for us to fully evaluate the aircraft’s handling characteristics and warfighting capability,” Marine Corps test pilot Lt. Col. Matthew Kelly said in a statement. “Maximizing the performance of the airplane around the very slow edges of the flight envelope is probably some of the most challenging testing we will conduct. After we get through it, we’ll know a lot more about how this aircraft will perform during combat within visual range.”

Test pilots completed 27 engine restarts at different altitudes of flight, Navy officials announced Tuesday. The Navy completed the tests at Edwards Air Force Base, Calif., over the Rogers and Rosamond Dry Lakes.
Air Force officials have already completed air start testing on the F-35A. Navy leaders said they were able to benefit from the Air Force’s experience.

“We’ve recently completed air start testing on the F-35A, so we’re able to share some of our expertise with the Pax team as well,” said Lt. Col. George N. Schwartz, Commander of the 461st Flight Test Squadron and Government Site Director, in a statement


Sumber: Defensetech

Inilah 21 Program Pengadaan Alutsista TNI

 Pesawat Sukhoi TNI AU

Senayan - Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro menjelaskan, Kemhan telah menyusun 21 kegiatan prioritas pengadaan alutsista bagi TNI. Lima program di antaranya secara pendanaan telah disetujui oleh Komisi I DPR atau tanda bintangnya telah dicabut.

"Untuk TNI AD pengadaan helikopter angkut, dari TNI AL untuk pengadaan Tank Amfibi BMP-3F. Dari TNI AU untuk pengadaan enam pesawat Sukhoi 30 MK2, pesawat pengganti MK-53, dan pesawat pengganti F-27 beserta dukungannya yaitu pesawat CN-295," ujar Menhan dalam raker dengan Komisi I, Rabu (5/9).

Lebih lanjut Menhan mengatakan, 16 prioritas dalam pengadaan alutsista yang belum mendapat persetujuan Komisi I DPR RI, masih ada dua kegiatan, dua kegiatan masih berada di Kemenkeu, dan 12 kegiatan lainnya masih dalam proses penyelesaian administrasi.

"Dua kegiatan yang masih di Komisi I DPR yaitu dari TNI AD untuk pengadaan heli serbu beserta persenjataannya dan amunisinya. Dari TNI AU, untuk pengadaan enam Helikopter Full Combat SAR Mission EC 725. Sementara dua kegiatan yang masih di Kemenkeu adalah pengadaan Rudal Arhanud ME-Armed 155," ujarnya

Sementara, kata Menhan, dari 12 kegiatan yang masih proses penyelesaian administrasi itu, dari Mabes TNI untuk pengadaan Rantis 2,5 ton 4X4, kendaraan angkut, dari TNI AD heli serang beserta persenjataan dan amunisinya, ranpur MBT, rudal MLRS. Sedangkan dari TNI AL adalah MLM KRI kelas korvet tahap I, kapal bantu hidro oseanografi, kapal latih pengganti Dewa Ruci, CN 235 MPA, Heli AKA-S antikapal selam dan suku cadangnya, panser Amfibi BTR 80-A, dan Multiple Launch Rocket System (MLRS).

Sementara itu Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq menambahkan, per 31 Agustus 2012, Komisi I telah menyetujui alokasi anggaran untuk pengadaan kapal selam elektrik tiga unit, yang pengadaannya dari Korsel dan pengadaan enam unit Sukhoi. "Sementara untuk pengadaan MBT Leopard dari Jerman, juga mendukungnya dan dalam proses administrasi soal persetujuannya," tegas Mahfudz.


Sumber: Jurnal Parlemen

Kapal Perang Jenis Fregate dari Brunei tiba 2013

Ilustrasi kapal perang. (dok.istimewa) 
Ilustrasi kapal perang. (dok.istimewa)
 
Sindonews.com - Program pengadaan kapal perang jenis fregate dari Brunei Darussalam diperkirakan mulai terealisasi tahun depan. Rencana pembelian itu sempat ditentang kalangan DPR karena kualitas kapal diragukan.

Meski demikian, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno memastikan bahwa kondisi kapal perang itu dalam kondisi sempurna. Tiga unit kapal buatan Inggris tersebut akan datang bertahap mulai 2013 hingga 2014.

KSAL menilai Indonesia sangat beruntung mendapatkan tiga unit kapal itu. Sebab, kapal yang sudah dipersenjatai lengkap itu dibeli dengan harga murah. "Hanya mengeluarkan USD380 juta untuk tiga unit. Brunei saja membeli kapal tersebut dengan harga satuan sebesar USD600 juta," katanya, Selasa (4/9/2012).

Menurut dia, Brunei tak jadi membeli kapal fregat dari Inggris tersebut karena merasa tak cocok secara nonteknis. "Mereka memesan kapal besar, tapi ternyata angkatan lautnya sedikit. Begitu (kapal) mau jadi, mereka bingung. Akhirnya mereka pesan yang kecil. Sedangkan kapal fregat yang terlanjur dipesan, diminta untuk dijual," terangnya.

Di satu sisi, Indonesia tengah membutuhkan penguatan kapal perang untuk TNI Angkatan Laut. Hal ini dilihat sebagai peluang untuk mendapat tambahan kapal dengan harga murah karena Brunei sendiri tak jadi memakainya.

Apalagi kapal tersebut telah dipersenjatai lengkap. Tak hanya itu, kapal itu juga dibuat dengan spesifikasi yang tinggi. "Saya sudah melihatnya, tidak ada kendala teknis. Alat-alatnya justru nomor satu semua karena yang memesan negara kaya," lanjutnya.

Soeparno menyebut, jika Indonesia memesan sendiri kapal jenis yang sama dengan spesifikasi serupa, maka tidak akan cukup anggarannya. "Kalau pesan sendiri, mana mungkin kita mendapatkan sebanyak itu," cetus dia.

Kalangan wakil rakyat di Komisi I DPR sebelumnya mempersoalkan pembelian tiga kapal tempur berjenis Multi Role Light Fregate itu. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyatakan ada persoalan teknis yang membuat Brunai tak jadi membelinya.

Hasanuddin menilai, ada ketidaksesuaian spesifikasi pesanan dari BAE, perusahaan pembuat kapal tersebut. "Bahkan ada informasi bahwa spesifikasinya diturunkan sehingga Sultan Brunei tidak mau membayarnya," tuturnya.

Akibat membatalkan pembelian secara sepihak, BAE kemudian memperkarakan Brunei ke Arbitase Internasional pada 2007. Brunei pun terpaksa membeli. Walhasil, kapal tak terpakai dan Brunei mencoba untuk menjualnya kembali. Dalam tahap penawaran, sejumlah negara menolak, termasuk Vietnam.

Pada awalnya Indonesia sempat menolak karena kapal ini memiliki kendala teknis yakni pada stabilitas kapal. Pada saat dipakai pada kecepatan tinggi, kapal menjadi miring. Ada informasi juga yang menyatakan bahwa meriamnya tidak bisa tepat sasaran. Karena alasan inilah kemudian pembelian itu dipertanyakan.

Protes juga dilayangkan Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Salim Mengga. Menurutnya, mubazir jika TNI AL justru membeli kapal dengan spesifikasi yang diragukan ketangguhann.


Sumber: Sindonews

Iran Persenjatai Suriah Lewat Irak?

Foto : misil Suriah (EPA) 
Foto : misil Suriah (EPA)
 
 
WASHINGTON - Salah seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengklaim, Iran melanjutkan distribusi senjata ke Suriah lewat wilayah udara Irak. AS pun mendesak Irak agar menutup wilayah udaranya.

Pejabat AS itu yakin, pengiriman senjata ke Suriah makin intensif pada Juli lalu. Pengamat-pengamat militer juga sepakat akan hal itu.

"Iran tidak memiliki masalah dalam penerbangan dan Pemerintah Suriah juga masih mengendalikan bandara," ujar seorang pensiunan militer Lebanon, Hisham Jaber, seperti dikutip New York Times, Rabu (5/9/2012).

Wakil Presiden AS Joe Biden juga sudah mendiskusikan isu krisis Suriah dengan Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki pada 17 Agustus. Gedung Putih tidak pernah menjelaskan isi percakapan Biden dan Maliki, namun pejabat AS itu mengatakan bahwa Biden khawatir dengan penerbangan Iran di wilayah Irak.

Sejauh ini, Negeri Paman Sam enggan untuk mempersenjatai oposisi Suriah. Zona larangan terbang untuk Suriah juga masih belum disepakati, meski pertempuran domestik di negara Arab itu makin berbahaya.

Maliki pun dinilai cukup toleran dengan Iran yang menggunakan wilayah udaranya. Di samping itu, pengaruh AS di Irak belakangan ini mulai berkurang. Maliki yang merupakan politisi Syiah justru membangun hubungan yang baik dengan Negeri Persia yang dijatuhkan sanksi ekonomi oleh AS.

Bersamaan dengan itu, Maliki memandang kejatuhan Bashar al Assad di Suriah menandakan adanya kebangkitan pemerintahan Sunni dan Kurdi di Timur Tengah. Beberapa negara yang mendukung kejatuhan Assad seperti Arab Saudi, Qatar dan Turki, juga memiliki hubungan yang buruk dengan Maliki.

Pentagon dan Kementerian Luar Negeri AS juga sering mendiskusikan masalah penerbangan Iran atau hubungan bilateral Iran dan Irak. Namun ketika mereka mendapat pertanyaan, bagaimana sikap AS untuk menghadapi masalah penerbangan itu, mereka pun tidak memberikan jawaban.
 
 
Sumber: Okezone

India & China Lanjutkan Latihan Militer

Foto : Menhan China & India (PTI) 
Foto : Menhan China & India (PTI)
 
NEW DELHI - India dan China berniat untuk menggelar kembali latihan militer bersama, secepatnya. Laporan itu muncul di saat Menteri Pertahanan China Liang GUanglie mengunjungi India.

Dalam kunjungannya ke Negeri Bollywood, Liang dan Menteri Pertahanan India A.K. Antony mendiskusikan isu keamanan Asia-Pasifik. China juga mengutarakan kekhawatirannya dengan kebijakan militer Amerika Serikat (AS) ke Asia.

"Kami setuju untuk menjalin persahabatan dan meningkatkan kerja sama strategis antara dua negara ini," ujar Liang seperti dikutip, Gulf Times, Rabu (5/9/2012).

Dalam beberapa dekade, hubungan ekonomi India dan China juga mulai pulih, namun masih ada friksi di dalam hubungan militer India dan China. Kedua negara bersenjata nuklir itu juga siap untuk menggelar latihan militer bersama, seperti yang mereka lakukan pada 2007 silam.

Latihan militer India dan China sempat tertunda karena adanya masalah visa. Namun Antony mengatakan bahwa, latihan itu akan dilanjutkan secepatnya. Antony juga tidak menyebutkan waktu dan detil dari latihan militer tersebut.

China dan India sempat terlibat dalam peperangan pada 1962 silam. Peperangan itu disebabkan karena ketidaksetujuannya terhadap perbatasan. Peristiwa peperangan itu terjadi di saat warga Tibet menggelar aksi demonstrasi.

Belakangan ini, hubungan India dan China juga diwarnai oleh sedikit kecurigaan. Kedua negara tersebut tampak memperkuat militernya yang berada di wilayah perbatasan. India juga aktif menggelar uji coba senjata-senjatanya. Meski demikian, kedua negara yang memiliki populasi besar itu tidak memiliki niat untuk menyerang satu sama lain.


Sumber: Okezone

Senin, 03 September 2012

Rudal ICBM Baru China: DONGFENG-41 Memiliki Jangkauan Serangan 14.000 KM

 
China pada 1 September 2012 kemarin telah mengumumkan pengujian dari rudal balistik antarbenua generasi baru Dongfeng-41, dengan jarak tempuh 14.000 km dan mampu membawa hulu ledak nuklir ganda. "Pada bulan lalu China menguji rudal balistik antarbenua generasi baru Dongfeng-41, atau DF-41, yang diyakini memiliki jangkauan serangan 14.000 km," kata CCTV milik pemerintah China dalam sebuah laporan singkat.

Televisi tersebut juga menunjukkan rekaman "langka" dari unit rudal ini dalam aksinya. Sumber berita itu mengutip para ahli dari Komisi Ulasan Keamanan dan Ekonomi China-AS yang mengatakan bahwa sebanyak 10 hulu ledak nuklir dapat diletakkan pada rudal Dongfeng tersebut.

Pekan lalu Global Times memberitakan bahwa China sedang mengembangkan kemampuan untuk menempatkan hulu ledak nuklir pada beberapa rudal balistik antarbenua mereka. Laporan CCTV juga di "amini" artikel New York Times yang mengatakan China telah mengembangkan rudal balistik antarbenua generasi baru yang dapat diluncurkan dari kapal selam dan mampu membawa sebanyak 10 hulu ledak nuklir. Yang berarti China telah meningkatkan kemampuan rudalnya untuk mencapai AS dan dapat membuat AS kembali membanjiri dunia dengan pertahanan rudalnya.

Militer dan pejabat intelijen AS mengatakan bahwa China telah mengembangkan rudal jarak jauh baru Dongfeng-41 ICBM dengan sistem peluncuran mobile sehingga sulit untuk menemukan dan menghancurkan rudal tersebut sebelum diluncurkan, Times melaporkan. Secara terpisah, CCTV saat ini tengah memuat laporan tentang unit rudal mobile dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China yang sedang menjalani pelatihan di berbagai negara untuk beradaptasi dengan kondisi iklim yang berbeda-beda.

Truk besar dengan rudal besar terlihat bergerak dan terlihat bagaimana terampilnya tentara PLA mengambil posisi dan menembakkan rudal tersebut. Laporan itu juga mengatakan bahwa unit rudal tersebut juga memiliki anggota wanita, seperti terlihat beberapa tentara wanita mengambil bagian dalam penembakan rudal tersebut. New York Times, mengutip informasi dari panel Kongres AS, mengatakan bahwa AS dan kekuatan barat lainnya mungkin selama ini telah meremehkan ukuran dan jarak tempuh senjata nuklir China, tapi dengan adanya laporan baru ini yang mengatakan bahwa Beijing saat ini memiliki 55 sampai 65 ICBM, maka meremehkan China adalah salah besar.

Para pakar pertahanan AS juga mengatakan bahwa Beijing di tempat telah menguji rudal yang diluncurkan dari kapal selam dalam beberapa pekan terakhir, yang bisa digunakan untuk "mengepung" sistem pertahanan rudal Amerika.
 
Sumber: Artileri

Minggu, 02 September 2012

Mengenal Si Ringan Super Tucano


VIVAnews - TNI Angkatan Udara baru saja kedatangan empat pesawat tempur ringan, Super Tucano. TNI AU membeli 16 unit pesawat yang mempunyai kelebihan untuk menyasar target tersebut dari Brasil seharga Rp2,7 triliun.

Nama Super Tucano melejit sejak Operasi Phoenix Angkatan Udara Kolombia pada 2008. Pesawat Super Tucano negara tersebut berhasil menewaskan pimpinan pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.

Pesawat ini memang digunakan di sejumlah negara Amerika Latin. Sebut saja Republik Dominika, Kolombia, Ekuador, dan Chile. Selain Indonesia, Brasil pun mengekspor pesawat ini ke Angola, Burkina Faso, dan Mauritania.

Dilengkapi mesin tunggal turboprop, Super Tucano memiliki kemampuan mengenai target dengan sempurna. 

Dua senapan mesin dipasangkan pabrikan Embraer, Brasil, pada sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal, roket atau bom seberat 1,5 ton. Pesawat ini pun didesain untuk melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian, dan patroli.

Pesawat tempur turboprop memiliki fungsi yang berbeda dengan pesawat jet seperti F 16 atau Sukhoi SU 30. Pesawat turboprop mampu terbang rendah dalam waktu yang lama, sehingga cocok untuk anti-gerilya. Biaya operasi tidak tinggi, perawatan murah, dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana.

Namun, pesawat ini memiliki daya angkut senjata yang terbatas. Super Tucano juga tidak memiliki radar warning receiver, sehingga tidak bisa mendeteksi rudal anti-pesawat yang dipandu radar. Kecepatan terbang yang rendah, juga mengurangi efektivitas pemakaian flare (jika dipasang) terhadap misil.

Sementara itu, pesawat jet tidak bisa terbang lama, berbiaya mahal, dan tidak bisa melakukan pengintaian. Namun, kelebihannya, mampu membawa amunisi lebih banyak, bisa cepat menyergap lawan, dan lebih sulit ditembak.

Menurut Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Muda Jhoni Sitompul, Super Tucano memang melengkapi pesawat-pesawat dengan kecepatan tinggi seperti pesawat jet. Dia menambahkan, 16 pesawat yang diimpor tersebut akan menggantikan pesawat OV-10 Bronco Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang.

Pesawat jet lebih ditujukan untuk perang terbuka dan posisi pesawat turboprop hanya sebagai “air support”. Sementara itu, untuk perang irreguler atau gerilya, pesawat turboprop sangat diandalkan untuk menghancukan soft target dengan bekerja sama dengan pasukan darat.


Sumber: Vivanews