Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Sabtu, 09 Maret 2013

Generasi Terbaru Pesawat Tempur Gripen Swedia

Gripen
 
Perusahaan Pertahanan dan Keamanan Saab (Swedia) telah menandatangani kesepakatan dengan Administrasi Materiel Pertahanan Swedia (FMV) perihal pesawat tempur Gripen E. Perjanjian tersebut mencakup pengembangan dan modifikasi Gripen E untuk Swedia selama periode 2013-2026 dan kemungkinan bagi Swiss untuk mengakuisisi Gripen E baru.

Untuk tahap pengembangan awal Gripen E (2013-2014), FMV menggelontorkan dana sebesar 2,5 miliar SEK (mata uang Swedia) atau senilai 391 juta dolar AS. Total nilai pesanan dalam kontrak tersebut sekitar 47,2 miliar SEK (7,4 miliar dolar AS).

Parlemen Swedia, dengan hasil voting mayoritas, memutuskan Swedia akan mengakusisi Gripen E. Perjanjian telah ditandatangani dan pengiriman pertama Gripen E untuk Swedia secepatnya pada tahun 2018.

Perjanjian SAAB dengan FMV ini terdiri beberapa poin. Bagian pertama, terkait dengan pengembangan Gripen E pada 2013-2014 yang bernilai 2,5 miliar SEK. Dan bagian berikutnya -yang tersisa dari perjanjian- adalah sebagai berikut :
  1. Pembangunan Gripen E senilai 10,6 miliar SEK, diharapkan segera terlaksana pada kuartal pertama 2013.
  2. Modifikasi dari 60 Gripen E dengan pengiriman pertama untuk Swedia pada tahun 2018 - diharapkan dimulai pada kuartal keempat 2013.
  3. Pemeliharaan, dukungan dan perlengkapan misi khusus untuk Gripen E dengan pengiriman awal pada tahun 2018 - diharapkan dimulai pada kuartal keempat tahun 2014.
  4. Kemungkinan Swiss akan mengakuisisi 22 Gripen sedang diproses di parlemen Swedia. Perjanjian dengan Swiss tersebut terdiri dari ketentuan-ketentuan karena pengiriman dari 22 Gripen E varian baru, dan peralatan terkait ke Swiss, jika Swiss memutuskan untuk mengakuisisi Gripen E.
  5. Semua order di bawah perjanjian, termasuk order dari Swiss melalui FMV, berjumlah total sekitar 47,2 miliar SEK.
Perjanjian tersebut mencakup hak untuk FMV -syarat dan prasyarat- sepenuhnya atau sebagian untuk membatalkan program. Jika demikian, SAAB memiliki hak untuk kompensasi biaya yang sudah diambil dan biaya untuk menghentikan program. Perjanjian tersebut juga mencakup poin-poin yang mengatur kondisi bila Swiss memutuskan untuk tidak mengakuisisi Gripen E.

Gripen

Gripen E memiliki kemampuan susbstansial  daripada versi Gripen sebelumnya. Pesawat tempur ini didesain dengan cerdas dan dengan teknologi inovatif, yang mengarah kepada penghematan biaya dibanding dengan pesawat tempur alternatif lainnya. Gripen E memiliki mesin yang lebih baik dan kuat dibanding varian Gripen sebelumnya. Mampu beroperasi dalam durasi yang lama dan mampu membawa persenjataan serta payload yang lebih banyak.

Radar elektronik baru, upgrade sistem presentasi di dalam kokpit dan avionik modern akan meningkatkan kemampuan Gripen E guna suksesnya misi yang diembannya. Langkah-langkah teknologi yang telah diterapkan pada Gripen E telah terbukti pada program demonstran Gripen 39-7 E/F, di mana pesawat ini telah melakukan uji coba terbang lebih dari 250 jam di Swedia, Inggris, India, Swiss dan negara lainnya sejak tahun 2008.

Dengan upgrade hardware dan software, Gripen E menjadi sistem modern yang mudah untuk dikembangkan lagi di masa depan.

SAAB melayani pasar global dengan produk-produk terkemuka di dunia, layanan dan solusi dihadirkan untuk pelanggan militer dan sipil. SAAB memiliki karyawan dan beroperasi di semua benua dan akan terus berkembang, terus beradaptasi dan meningkatkan teknologi baru untuk memenuhi permintaan pelanggan yang berbeda-beda.
 
 
Sumber: Alteleri

Kamis, 07 Maret 2013

Politikus PDIP tuding SBY beli pesawat Jerman tanpa izin DPR



Wakil Ketua Komisi I DPR yang juga politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), TB Hasanuddin, mengkritisi kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Jerman. Dia menuding SBY melakukan kontrak pembelian alat utama sistem senjata (alusista) tanpa seizin DPR, sebagai lembaga budgeting.

"Bahwa Pak SBY di Jerman melakukan kontrak pembelian, MoU, pembelian ada 103 MBT (main battle tank), 50 Murder. Itu kelasnya di bawah MBT untuk tank. Dan 18 pesawat latih," kata Hasanuddin di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (6/3).

Hasanuddin pertama kali mengetahui informasi tersebut dari media luar negeri. Menurutnya, tidak ada persoalan terkait kontrak pembelian tank jenis MBT dan Murder, sebab anggarannya sudah disetujui Komisi I DPR.

Namun soal kontrak pembelian 18 pesawat latihan, Hasanuddin geram. Menurutnya, pembelian itu tanpa sepengetahuan Komisi I DPR.

"Yang dipermasalahkan adalah pesawat latih, itu kita gak tahu. Harganya berapa juta US, kemudian mengapa beli lagi? Karena kita baru saja memborong satu skuadron pesawat T50 dari Korea Selatan," lanjutnya.

Hasanuddin tampak heran dengan kebijakan SBY. Dia mempertanyakan SBY soal sumber dana pembelian pesawat, karena DPR sebagai lembaga budgeting tidak pernah merasa menganggarkan pembelian alusista itu.

"Nah terus duitnya juga dari mana? Harus jelas dong, perencanaannya seperti apa, lalu pesawat T50 itu mau diapain?" Lanjut Hasanuddin.

Belum diketahui informasi rinci terkait pesawat latihan yang dibeli SBY. Rencananya, Komisi I DPR akan memanggil lembaga eksekutif yang bersangkutan untuk mengklarifikasi.

"Seperti biasa, nanya, walau pun jawabnya gitu-gitu saja. Malas, biarkan saja lah, anggap saja tak ada," ungkapnya.


Sumber:Merdeka