Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Jumat, 01 Februari 2013

Lagi, Jet Tempur Israel Provokasi Suriah dan Lebanon



Jet tempur Israel
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Militer Israel kembali memprovokasi situasi keamanan di Suriah dan Lebanon. Seorang pejabat tinggi keamanan di Ibu Kota Beirut, Lebanon, mengatakan pasukan udara Israel kembali nekat menyeberang wilayah udara Lebanon.
Seperti dikutip Associated Press, jet tempur tersebut melintasi perbatasan Suriah ke arah timur Lembah Bekaa di wilayah Lebanon. Washington Post melansir aksi provokasi skuadron negara Yahudi itu terjadi Jumat (1/2) dini hari waktu setempat. Tidak dijelaskan maksud kunjungan yang tak pernah diundang tersebut. 
Namun, dikatakan rangkaian aksi menyeberang tanpa izin tersebut akan membuka peluang konfrontasi yang lebih luas. Satu skuadron jet tempur Israel sebelumnya juga melakukan hal serupa.
Satu skuadron jet tempur zionis itu, dengan senjata lengkap membombardir pusat penelitian militer di Distrik Jamraya, Rabu (30/1) dini hari waktu setempat. 
Distrik berjarak 15 kilometer dari perbatasan Lebanon itu memang menjadi wilayah rebutan antara tentara pemberontak dan rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Sumber: Republika

2014 MEF ALUTSISTA TNI Capai 38 Persen



Upaya membangun minimum essential force (MEF) atau kekuatan pokok minimum terkait alutsista TNI, akan mencapai 38 persen pada 2014. Hal ini diungkapkan oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono kepada pers saat acara Rapat Pimpinan (Rapim) TNI tahun 2013 di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta, Selasa, 29 Januari 2013.

Pada tahun 2014, target pencapaian 38 persen dari seluruh rencana strategis modernisasi alutsista TNI sangat realistis, mengingat pada 2012 lalu kekuatan pokok minimum alutsista sudah mencapai 30 persen, demikian sikap optimis yang dinyatakan Panglima TNI. -Sebelumnya Menhan Purnomo Yusgiantoro optimis pada 2014 target MEF tercapai 40 persen-

Modernisasi alutsista TNI yang sudah dicapai saat ini :

 TNI-AD Panser APS-2 Pindad, Kendaraan Taktis Pendobrak, Heli Latih Dasar, Heli Serbu, Main Battle Tank Leopard 157 unit, Tank Support 10 unit, Meriam 155 MM Caesar 37 Pucuk, Roket MLRS Astros II, dan Rudal Arhanud Mistral 8.
 TNI-ALKapal Patroli, Kapal Cepat Rudal, Kapal Bantu Cair Minyak, Sea Raider, Heli Angkut Sedang, bridge simulator, baterey kapal selam, meriam 30 mm 7 barel, meriam Kal 40 mm, Multy Launch Rocket System, Torpedo kasel diesel elektrik, dan kapal angkut tank.
 TNI-AU24 pesawat F 16, pesawat pengganti AS-202 dan T-34C, pesawat C212-200, pesawat Nas-332, pesawat pengganti MK 53, pesawat pengganti OV 10, pesawat Sukhoi MK-2, pesawat transpor pengganti F-27, Helikopter Full Combat Sar, dan pesawat tempur taktis Super Tucano

Berbicara mengenai Rapim TNI 2013, Agus menjelaskan bahwa Rapim kali ini secara khusus membahas komitmen dan semangat revitalisasi alutsista TNI untuk memantapkan profesionalisme dan eksistensi peran strategis TNI di bidang pertahanan. Untuk itu, semua pihak yang terkait harus konsisten menjalankan rencana strategis (Renstra) seperti yang sudah diprogramkan dalam Renstra 2010-2024. Jika semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka target MEF 38 persen pada 2014 bisa tercapai dan pada 2024 target MEF sudah 100 persen.

Sistem rudal Mistral
Sistem rudal Mistral yang digunakan TNI AD adalah Mistral Atlas. Penembakan dilakukan oleh seorang prajurit yang duduk di sistem peluncur dengan dibantu tiga prajurit. Mistral TNI AD dipasang di ranpur Komodo produksi PT. PINDAD. Untuk TNI AL, Mistral yang digunakan adalah tipe Simbad.

Menurut Agus, proses untuk mencapai MEF ditempuh dengan semua cara dengan tetap memberdayakan proses transfer teknologi (ToT) atau kerja sama produksi dengan negara-negara produsen alutsista sambil memberdayakan industri pertahanan dalam negeri (seperti Pindad dan PT DI). Tujuannya tidak lain dan tiak bukan adalah utnuk memodernisasi alutsista sekaligus agar industri pertahanan dalam negeri bisa mandiri dalam memproduksi alutsista.


Sumber: Alteleri

Rusia Gandeng Italia Bangun Kapal Selam Baru


VIVAnews - Industri militer Rusia menggandeng Italia untuk membuat kapal selam baru. Namun, uniknya, kapal selam itu tidak akan dipakai militer Rusia maupun Italia melainkan khusus dijual ke mancanegara. 

Perusahaan alat utama sistem persenjataan Rusia, Rosoboronexport, bekerja sama dengan Fincantieri memperoduksi kapal selam S1000. Desain konsep kapal selam itu sudah selesai dibuat para pakar di Rubin Central Desihn Bureau of Marine Engineering dengan Fincantieri.  

Perusahaan kapal asal Italia itu juga telah memamerkan maket S1000 dalam pameran International Naval Defense and Maritime Exhibition dan di Konferensi Euronaval pada 2008. "Arsitektur kapal selam telah dibuat, perlengkapan telah disusun ulang dan sistem tempur terintegrasi juga sudah didesain," kata Enrico Bonnetti, Direktur Komersial Fincantieri.  

S1000 memiliki panjang 56 meter dan badannya berdiameter 5,5 meter dengan bobot 1.100 ton. Kapal ini dibuat untuk menyelam hingga lebih dari 250 meter dan, saat di bawah permukaan laut, berkecepatan hingga melampaui 14 knot. Kapal selam itu bisa mengangkut 16 awak dan enam tentara operasi khusus. 

Sistem tenaga dorong S1000 mencakup dua generator disel, sebuah aki, sebuah motor elektrik dan sistem AIP dengan generator elektrokimia. Mengingat ini proyek patungan, komposisi peralatan buatan Rusia dan Italia dibuat sama imbang. 

Kapal selam non nuklir itu didesain untuk mampu terlibat perang anti kapal selam, misi pengintaian, pendukung operasi khusus sekaligus mengantar pasukan bawah laut.  



Sumber: Vivanews

Rabu, 30 Januari 2013

INDUSTRI PERTAHANAN: Demi Pacu Produksi, Pemerintah Diharapkan Beri Fasilitas Khusus Akses Kredit


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meninjau contoh bom latih P-100 produksi PT Sari Bahari dalam sebuah pameran beberapa waktu lalu. Industri pertahanan dalam negeri membutuhkan dukungan berupa fasilitas akses khusus kredit untuk meningkatkan kemampuan pendanaan produksi mereka. (JIBI/SOLOPOS/dok)
JAKARTA – Pelaku industri pertahanan berharap pemerintah memberi kemudahan akses kredit menyusul disahkannya UU Industri Pertahanan.
Direktur Utama PT Sari Bahari, Ricky Hendrik Egam, menilai kemudahan kredit perbankan penting untuk meningkatkan kapasitas produksi. Selama ini belum ada skema kredit khusus bagi industri pertahanan. “Skema khusus misalnya keringanan untuk modal,” jelasnya, Rabu (30/1/2013).
Sari Bahari merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang telah memasarkan bom ke luar negeri. Februari tahun ini, sebanyak 3.000 hulu ledak roket karya perusahaan yang berbasis di Malang itu diekspor ke Republik Chile. Capaian itu didapati setelah memenangi tender yang diikuti 43 negara.
Ricky mengaku untuk memproduksi bom itu pihaknya baru bisa mengakses kredit perbankan senilai Rp2 miliar dari BNI. Idealnya nilai untuk pengembangan pembuatan bom perlu lebih dari Rp20 miliar. “Kami mengajukan kredit itupun harus menyertakan jaminan seperti umumnya. Seharusnya ada skema khusus,” tegas pria yang sudah 10 tahun lebih menjadi rekanan PT Pindad.
Hulu ledak roket berukuran 70 mm yang diekspor ke Chile itu berjenis bom smoke warhead. Bom itu biasa digunakan untuk latihan dan mampu meledak serta mengeluarkan asap saat mengenai sasaran. Sari Bahari saat ini juga memproduksi bom latih asap P100 untuk pesawat sukhoi. Bom jenis ini dibuat bekerja sama dengan PT Dahana (persero) yang bergerak di bidang bahan peledak. P100 sejak 2007 sudah digunakan oleh TNI AU.
Ricky mengaku Malaysia dan Vietnam tertarik dengan P100. Meski hanya bom latih, spesifikasi dan bobot bom sesuai dengan bom guna keperluan tempur. Bom latih untuk pesawat Sukhoi sebenarnya juga diproduksi PT Pindad. Hanya bedanya perusahaan pelat merah itu memproduksi bom latih asap (BLA) 50 atau seberat 50 kg.
Bambang Susetya, staf penelitian dan pengembangan Pindad mengatakan satu bom latih biasanya diproduksi dengan biaya Rp20 juta sampai Rp50 juta. Selain BLA 50, Pindad juga mengembangkan BLA 250, bom tajam 250 dan 125. Bom-bom tersebut belum dijual ke luar negeri tetapi sudah digunakan sebagian matra TNI.
Sebagai informasi tambahan, UU Pertahanan yang disahkan akhir 2012 lalu mengamanatkan belanja alat utama sistem persenjataan sebisa mungkin menggunakan produk dalam negeri. Kalaupun terpaksa membeli keluar negeri diharapkan ada alih teknologi.
Seiring kebijakan itu, industri pertahanan yang sudah mengakses kredit perbankan cukup besar yakni PT Palindo Marine. Perusahaan berbasis di Batam yang pekan lalu selesai membuat Kapal Perang Republik Indonesia Beladau 643 itu mendapat kredit dari Bank Mandiri Rp42,14 miliar. Pinjaman itu terdiri dari kredit modal kerja (KMK) sebesar Rp22,67 miliar dan bank garansi sejumlah Rp19,47 miliar.
Bank Mandiri sebelumnya telah memberikan dua pinjaman serupa dengan nilai total Rp65,97 miliar untuk pembangunan KRI Clurit dan KRI Kujang di galangan yang sama.
Mukti Syarif Rivai, Manajer Teknik Palindo mengaku memilih Batam sebagai basis produksi karena sejumlah kemudahan, di antaranya bebas pajak dan pasokan bahan baku di sana lebih terjamin.

Sumber: Solopos

“BOM BLAST EFFECT” DIUJI COBA DI LANUD IWJ

Para teknisi pesawat F-16/Fighting Falcon Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi saat memasang Bom yang akan di uji coba, di AWR Pandanwangi, Lumajang, Rabu (30/1). (Foto : Pentak Lanud Iswahjudi).

Guna mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri dan sebagai wujud kemandirian terhadap industri pertahanan di tanah air, Dislitbangau mengadakan uji coba bom, dengan menggunakan pesawat tempur F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Rabu (30/1).

Uji coba Bom Blast Effect Anti Personel, direncanakan akan berlangsung selama tiga hari tersebut diawali dengan paparan dari Dislitbangau oleh Mayor Tek Chaeruman dalam briefing pagi di ruang Tedy Kustari Lanud Iswahjudi, dilanjutkan dengan simulasi pemasangan Bom di pesawat F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, disaksikan oleh Kadislitbangau Marsma TNI Edy Yuwono, Komandan Wing 3 Kolonel Pnb Tedy Rizalihadi beserta tim penilai lannya.

Dalam kesempatan tersebut Kadislitbangau, Marsma TNI Edy Yuwono mengatakan, uji coba Bom ini merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan alutsista negara produsen dari luar negeri, dan sesuai keinginan pemerintah mengenai kemandirian dalam produksi alat pertahanan dalam negeri, Dislitbangau sebagai Balakpus Mabes TNI AU telah melaksanakan beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan khususnya di bidang Alutsista.

“Dengan ketersediaan alutsista produksi dalam negeri yang memadai, dan tidak tergantung dengan negara produsen maka kemampuan operasional TNI Angkatan Udara dalam mempertahankan kedaulatan NKRI dapat terlaksana dengan baik”, ungkap Marsma TNI Edy Yowono.

Semantara di hari kedua tanggal 31 Januari, direncanakan dilaksanakan uji coba Bom dengan menggunakan pesawat tempur F-16, sedangkan sasaran pengeboman di Air Weapon Ring (AWR) Pandanwangi Lumajang, Jawa Timur, selanjutnya hari ketiga evaluasi terhadap hasil uji coba bom oleh tim penilai yang telah ditunjuk.

Bom dengan berat 250 kilo gram, tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan serpihan yang disesuaikan dengan sasaran, dibuat oleh Dislitbangau bekerjasama dengan Dewan Riset Nasional (DRN). Sedangkan tim penilai dalam uji coba tersebut diantaranya staf dari Srenaau, Sopsau, Slogau, Disaeroau, Dislambangjaau, Koharmatau dan Depohar 60 Lanud Iswahjudi.


Sumber: TNI AU