Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Jumat, 28 Desember 2012

Indonesia Rencananya Tambah 10 Kapal Selam


REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Modernisasi alutsista TNI dilakukan secara serius untuk menunjung kekuatan sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan TNI, khususnya matra Angkatan Laut dalam menjaga perairan Indonesia. 

"Rencana strategis jangka panjang, Indonesia akan membeli 10 kapal selam," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat berkunjung ke PT PAL, Surabaya, Jumat (28/12).

Untuk tahap awal, Indonesia akan memiliki tiga kapal selam hasil kerjasama pembelian dari Korea Selatan. Dua dibuat di sana, kata dia, satu kapal selam dibuat murni anak negeri di PT PAL mulai 2016. 

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia, puluhan teknisi dikirim ke Negeri Ginseng untuk mendapatkan menimba ilmu transfer teknologi.

Targetnya nanti, kata Sjafrie, sepulangnya ke Indonesia mereka memiliki kemampuan untuk merawat dan membuat kapal selam yang menjadi alutsista ampuh dalam menjaga perairan Indonesia. "Karena memelihara dan membangun kapal selam tidak beda jauh."

Pihaknya paham untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum (MEF) membutuhkan dana besar dan dilakukan dengan perencanaan matang. Meski begitu, kalau melihat cetak biru yang pemenuhan alutsista hingga 2024, maka hal itu hampir dipastikan terwujud.

Sjafrie menjelaskan, pada awal pemerintahan SBY, anggaran belanja alutsista per tahun masih Rp 500 miliar. Sekarang, dana yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 8 triliun. Selain untuk memasuk kebutuhan senjata operasional prajurit, langkah membeli produk senjata lokal juga untuk membantu memulihkan kejayaan industri pertahanan dalam negeri.

"PT PAL sudah bangkit dan secara khusus mendapat penyertaan modal. Tapi mereka harus menguatkan divisi kapal perang yang terkenal dengan teknologi tinggi."


Sumber: Republika

Korut Bangun Fasilitas Pengayaan Uranium Baru

Fasilitas nuklir Yongbyon Korea Utara
Foto satelit fasilitas nuklir Yongbyon Korea Utara
Pakar Korea Selatan dan AS menganalisis pencitraan satelit baru dan menyimpulkan bahwa Korea Utara telah membangun pabrik pengayaan uranium baru, selain fasilitas yang sudah ada di Yongbyon. Kantor berita Kyodo melaporkan dengan mengacu kepada perwakilan dari Kementerian Pertahanan di Seoul bahwa Pyongyang setidaknya telah memiliki 40 kilogram senjata kelas plutonium, yang diperoleh dari PLTN tersebut.
Pada akhir November 2010, pemimpin DPRK (Democratic People's Republic of Korea) secara resmi mengumumkan niatnya untuk memperluas program nuklirnya. Dalam hal ini, ada ribuan sentrifugal untuk operasi pengayaan uranium di pabrik Yongbyon. Dalam waktu itu, inspektur Badan Atom Internasional (IAEA) memantau kegiatan pabrik itu. Namun tak lama setelah itu, Korea Utara memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan IAEA dan para pengamat diusir dari negara itu.
Korea Utara mendeklarasikan dirinya memiliki kekuatan dengan potensi nuklir tujuh tahun lalu. Pada tahun 2006 dan 2009, Pyongyang melakukan uji coba nuklir, yang menyebabkan kemurkaan Dewan Keamanan PBB. PBB menuntut Korea Utara menghentikan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik dan melanjutkan dialog untuk mengurangi ancaman nuklir di wilayah yang bermasalah tersebut.
Sumber: Artileri

Enam Kapal Militer Iran Mulai Beraksi di Selat Hormuz


REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Enam kapal militer Iran melesat di selat Hormuz. Sedangkan, ratusan tentara angkatan laut Negara Mullah itu telah bersiaga. Beberapa di antaranya memegang senjata laras panjang. Inilah aksi latihan perang militer tentara Iran yang berlangsung pada Jumat (28/12) kemarin.

Latihan militer Iran langsung dipimpin oleh Komandan Angkatan Laut Iran, Habibollah Sayyari. Seperti dilansir Aljazeera, latihan militer Iran berlangsung hingga Rabu (2/1) mendatang. "Latihan akan berlagsung di perairan selusas 1 juta kilometer persegi yaitu di Selat Hormuz, Teluk Oman, dan Samudera Hindia," jelas sumber resmi militer Iran seperti dikutip kantor berita IRNA.

Sayyari menjelaskan bahwa latihan itu adalah persiapan untuk melindungi wilayah teritorial Iran. Selain itu, latihan perang juga bertujuan untuk mengamankan jalur logistik ekonomi Iran, terutama jalur keluar-masuk kapal penangkut minyak.

Iran sendiri telah memperingati setiap kapal yang melintas agar menghindari jalur yang digunakan militer untuk latihan. Sayyari membantah latihan ini adalah provokasi Iran bagi negara lain, terutama Israel.

Walau begitu, bisa dipastikan bahwa latihan militer Iran ini akan menambah ketegangan di Selat Hormuz. Sebelumnya Israel dan Amerika juga telah melakukan latihan serupa di dekat perairan Iran.


Sumber: Repubilka

Pengerjaan Kapal Militer di PT PAL Molor


TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin mengungkapkan kemungkinan mundurnya jadwal penyerahan dua jenis kapal militer pesanan Kementerian Pertahanan yang tengah digarap PT PAL. Kementerian Pertahanan memesan dua unit tugboat serta tiga unit kapal cepat rudal ke PT PAL sejak dua tahun lalu dengan biaya sekitar Rp 500 miliar.

"Saya melihat prosesnya lambat karena perencanaan oleh pejabat yang lama tidak cermat. Mungkin penyelesaiannya akan meleset dari target pada 2013," kata Sjafrie saat meninjau pembuatan kedua kapal tersebut di galangan PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 28 Desember 2012.

Meskipun demikian, Sjafrie berharap agar target delivery time kedua kapal tersebut pada 2014 tidak meleset. Bekas Panglima Kodam Jaya itu juga menginginkan proses penuntasan kedua kapal itu tidak mempengaruhi delivery yang telah disepakati. "Sebab kapal itu merupakan bagian dari proses modernisasi peralatan Tentara Nasional Indonesia," kata Sjafrie.

Selain kedua jenis kapal pesanan tersebut, Sjafrie juga meninjau kesiapan PT PAL dalam pembuatan tiga unit kapal selam militer yang sedang dikerjakan bersama Korea Selatan. Menurut Sjafrie, satu di antara tiga kapal selam itu nantinya akan dikerjakan di galangan kapal milik PT PAL. "Kedatangan saya ke sini juga dalam rangka melihat persiapan pembangunan galangan kapal selam itu," ujar Sjafrie.

Direktur Utama PT PAL M. Firmansyah Arifin mengatakan, proses penggarapan tugboat dan kapal rudal cepat tidak meleset dari target. Ia pun optimistis pengerjaannya akan tuntas sesuai waktu. Sebab selain kontrak jangka panjang sudah di tangan, materialnya pun sudah tersedia. "Saya memahami pernyataan Wakil Menteri Pertahanan itu sebagai cambuk bagi kami agar bekerja keras merampungkan kapal itu," kata Firmansyah yang diwawancarai terpisah.


Sumber: Tempo

Kamis, 27 Desember 2012

Filipina Beli 3 Helikopter AL dari Italia


MANILA, KOMPAS.com - Filipina, Kamis (27/12), mengatakan akan membeli tiga helikopter angkatan laut dari sebuah produsen Anglo-Italia. Pembelian itu merupakan bagian dari program modernisasi militer di tengah sengketa wilayah dengan China.

Tiga helikopter AW 109 "Power" dari AgustaWestland akan diperoleh harga 32,5 juta dollar AS berdasarkan program pengadaan darurat, kata Departemen Pertahanan negara itu dalam sebuah pernyataan.

"Akuisisi helikopter angkatan laut ini merupakan salah satu langkah konkret menuju pemenuhan tujuan kami untuk memodernisasi Angkatan Laut Filipina dan angkatan bersenjata kami pada umumnya," kata Menteri Pertahanan Voltaire Gazmin sebagaimana dikutip.

Dia mengatakan, melalui akuisisi tersebut dan rencana pembelian peralatan yang lain, angkatan bersenjata Filipina menunjukkan niatnya untuk "mengamankan kedaulatan negara dan integritas wilayah nasional".

Dalam beberapa bulan terakhir, militer Filipina yang punya peralatan yang kurang memadai telah berusaha untuk meningkatkan kemampuannya di tengah ketegangan dengan China terkait wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan. Filipina itu telah memesan atau menjajagi sejumlah kapal patroli baru, jet tempur, pesawat angkut dan helikopter serang dan pada saat bersamaan berupaya untuk meningkatkan hubungan pertahanan dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.

Berbagai upaya itu telah dipercepat sejak Filipina dan China mulai menghadapi ketegangan pada April terkait sengketa atas Scarborough Shoal, sekelompok pulau di Laut China Selatan. Filipina mengatakan beting itu berada dalam 200-mil laut zona ekonomi eksklusifnya. Sementar China mengklaim beting itu serta hampir semua Laut China Selatan, bahkan hingga ke perairan dekat pantai sejumlah negara tetangga.


Sumber: Kompas

Tiga armada TNI AL tunggu revisi Peraturan Presiden

 
Surabaya (ANTARA News) - Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, mengatakan, rencana pemekaran tiga komando armada TNI AL masih harus menunggu selesainya revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI.

Saat ini ada dua komando armada TNI AL, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Barat dan Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur. Rencananya, akan dimekarkan dengan tambahan satu lagi, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Tengah.

"Perpres 10 itu sedang dikaji kembali untuk direvisi dan Presiden juga sudah menyetujui," kata Suhartono kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan Kepala Staf TNI AL, di dermaga Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur, Surabaya, Kamis.

Laksamana TNI Marsetio menggantikan Laksamana TNI Soeparno sebagai pucuk pimpinan TNI AL. Marsetio sebelumnya adalah wakil kepala staf TNI AL dan pernah menjadi asisten operasi panglima Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur. 

Menurut Suhartono, pemekaran komando armada itu merupakan bagian validasi organisasi dari program pembangunan TNI AL untuk menjadi lebih profesional, handal dan disegani.

"Nantinya akan ada seorang panglima bintang tiga yang membawahi tiga komando armada, yakni timur, tengah dan barat. Mereka akan bertanggung jawab terhadap wilayah armada laut Indonesia yang cukup besar," katanya.

Akan tetapi, Suhartono tidak merinci kapan revisi Perpres tentang organisasi TNI tersebut akan selesai. "Sekarang revisinya sedang digodok," tegasnya.

Terkait pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista), ia menjelaskan bahwa Markas Besar TNI telah mencanangkan program pencapaian kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF), termasuk di TNI AL, bisa tercapai pada 2024.

"Saya harapkan pada 2014, program MEF di TNI-AL sudah mencapai sekitar 40 persen. Cetak biru pembangunan MEF sudah disusun dan pimpinan TNI-AL harus konsisten melaksanakan itu," tambahnya.

Saat menyampaikan amanat pada upacara sertijab, Laksamana Agus Suhartono menyatakan, dinamika penugasan TNI ke depan, khususnya TNI AL akan semakin berat dan komplek.

TNI AL akan dihadapkan pada tantangan tugas pembangunan kekuatan matra laut, pemberdayaan wilayah pertahanan laut, serta penegakan hukum dan pengamanan wilayah laut yurisdiksi nasional.

"Semua itu membutuhkan kesiapsiagaan seluruh jajaran prajurit TNI AL agar mampu menjawab setiap persoalan, tantangan dan ancaman terhadap kepentingan nasional yang berkembang," kata Suhartono.


Sumber: Antara

Indonesia luncurkan roket tiga digit tahun depan

 
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia siap meluncurkan roket tiga digit atau roket berdaya jangkau 100 km-900 km pada 2013 untuk memperkuat sistem persenjataan negara.

"Tahun depan kita akan mulai menguji statis maupun uji dinamis roket berdaya jangkau tiga digit," kata Asisten Deputi Menteri Riset dan Teknologi bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis Goenawan Wybiesana pada Evaluasi Akhir Tahun di Jakarta, Kamis.

Untuk tahap awal, ujarnya, lebih dulu dikembangkan roket balistik berdaya jangkau 100 km dengan kaliber 350 mm sebanyak 10-20 unit, kemudian dilanjutkan dengan roket balistik kaliber berikutnya, disusul roket kendali.

Kementerian Ristek sebagai bagian dari konsorsium roket, turut mendanai proyek tersebut sebesar Rp10-15 miliar pada 2013. Selain Kemristek, konsorsium roket beranggotakan PT Pindad, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, Lapan, BPPT, LIPI, ITB UGM, ITS, dan lainnya.

Teknologi roket, ujarnya, dibangun dari empat kemampuan yakni teknologi material, teknologi sistem kontrol, teknologi eksplosif dan propulsi serta teknologi mekatronik yang seluruhnya sudah dikuasai.

Program roket nasional, ia menerangkan, telah dimulai sejak 2005 dengan mensinergikan berbagai lembaga terkait, dilanjutkan pembuatan desain awal dan uji prototipe serta pengembangan desain pada 2010.

Pada 2011, urainya, konsorsium roket ini meluncurkan freeze prototype 1 (prototipe jadi) yang setelah dibeli Kementerian Pertahanan dinamakan R Han 122 untuk dibuat menjadi massal melalui program 1.000 roket.

"R Han 122 ini memiliki kaliber 122 mm berdaya jangkau 15 km, lalu pada tahun yang sama, daya jangkaunya R Han 122 ditingkatkan menjadi 25 km dan pada 2012 R Han ditingkatkan lagi kalibernya menjadi 200 mm dengan daya jangkau 35 km," katanya.

Sebelum program roket untuk kepentingan pertahanan negara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah lama menguasai teknologi roket untuk kepentingan riset peluncuran satelit.


Sumber Antara

Indian Army plans to equip 1,600 T-72 tanks with advanced night- fighting capabilities



New Delhi: The Army, having long suffered from deficiencies in night fighting electro-optical equipment, is set to make up critical deficiencies.

Following footsteps of paramilitary forces and the National Security Guard (NSG), who have gone in for accelerated purchase of night vision devices after the 26/11 terrorist attack in Mumbai, the armed forces are now taking steps to improve their night fighting capabilities, according to Frontier India News Network. 

Army chief Gen Deepak Kapoor, had said in 2010 that “Indian Army’s tanks have a night vision capability of 20 percent while Pakistani’s have 80 percent and China has 100 percent”. 

The armed forces will review their doctrine, capabilities and shortcomings and also identify latest trends and technologies at a two-day seminar “Night Vision India 2013? on 16-17 January. 

The Centre for Land Warfare Studies, a think tank of the Indian Army is organising the seminar at the Air Force Auditorium here in collaboration with IMR Media, a publishing and event organising company. 

Delegates from the three Services will discuss tactics, techniques, and procedures that maximize our night-fighting technological advantages while countering the enemy’s night capabilities. 

The Army’s objective is to equip over 1,600 T-72 tanks which form the backbone of the country’s armoured forces, with advanced night fighting capabilities. The Army’s case for acquiring 700 TISAS (thermal imaging stand alone systems) and 418 TIFACS (thermal fire control systems) for its T-72 fleet at a cost of around $230 million is in various stages of the procurement process. 300 Israeli TISAS were imported, followed by 3,860 image intensifier-based night-vision devices. A huge requirement persists. 310 T-90S main-battle tanks (MBTs) were imported from Russia and fitted with French Catherine TI cameras. 

Indian Army T-72 Ajeya Tank on Display According to Major General RK Arora, ediotr of Indian Military Review magazine, Army also requires hand held thermal imaging (HHTI) sights (with laser range finder) for infantry, armoured, air defence, artillery and engineer regiments. The infantry is also looking for TI sights for medium machine guns and sniper rifles. RFIs for night sights for AK-47 assault rifles and other small arms have also been issued. 

Senior officers of the armed forces will address the delgates. Among them are Lt Gen Narendra Singh, Deputy chief of the army staff, Lt Gen Philip Campose, director general of perspective planning, Lt Gen JS Bajwa, director general Infantry and Lt Gen Vijay Sharma, engineer- in-cheif among others.
Bharat Electronics Ltd (BEL) is the biggest supplier of night vision equipment to the armed forces. Anil Kumar, chairman & managing director of BEL is expected to give an overview of BEL’s current and future plans. 

BEL recently supplied 30,600 passive night sights for rifles, rocket launchers and light machine guns, passive night vision binoculars and passive night vision goggles to the Army but the forces remain woefully short and are looking for the latest 3rd generation technology to reduce weight and extend the life of NVDs. 

The Indian Air Force has felt the need for helmet-mounted night vision goggle (NVG) for a long time. Unfortunately, these had serious drawbacks in the past. Originally designed for surface forces and subsequently modified for airlift and helicopters, they were very cumbersome and limited both the field of view and visual acuity and thus totally incompatible with fighter aircraft. Further, they were not stressed for high-G loading and were not safe to wear in an ejection. 

However, NVGs now in production resolve or minimize these problems and are specifically designed for fighter aircraft. Cockpit lighting has also improved. 

It is expected that such NVGs would come along with Rafale as and when it enters service. With this new generation of NVGs, the fighter force would be able to provide a simple, cost-effective night vision capability that would allow the aircraft to support special operations including low intensity conflict (LIC) missions 24 hours a day
 
 
Sumber: Onlinenews

Rabu, 26 Desember 2012

Militer Iran Siap Gelar Manuver


REPUBLIKA.CO.ID,  TEHERAN --  Panglima Angkatan Laut Iran Laksamana Habibollah Sayyari mengungkapkan pihaknya berencana melakukan manuver pasukan angkatan laut selama sepekan di area seluas satu juta kilometer persegi di perairan selatan pada 28 Desember mendatang.

"Manuver maritim bersandi Velayat 91, akan berlangsung di Selat Hormuz di timur Laut Oman dan utara Samudera Hindia," kata Sayyari dalam konferensi persnya Selasa (25/12) seperti dikutip laman Irib.

"Kami menekankan pengormatan batas-batas maritim negara tetangga dan melakukan manuver kami sesuai dengan hukum dan peraturan internasional," katanya.

Sayyari menambahkan bahwa manuver tersebut akan melibatkan kapal selam, kapal perusak, rudal permukaan dan bawah permukaan, torpedo, pesawat tempur dalam negeri.

"Kapal selam Tareq, dua kapal selam kelas Ghadir dan dua hovercrafts yang baru saja bergabung dengan armada Angkatan Laut akan diekrahkan dalam manuver," katanya seraya menambahkan bahwa senjata baru dan amunisi juga akan diuji selama latihan.


Sumber: Republika

AS berencana jual Global Hawk kepada Korsel


Washington (ANTARA News) - Pentagon secara resmi telah memberitahu Kongres tentang rencana untuk menjual empat pesawat pengintai tanpa awak Global Hawk kepada Korea Selatan.

Kesepakatan berdasarkan program Penjualan Militer Asing (FMS), jika disetujui akan bernilai hingga 1,2 miliar dolar AS, demikian menurut Badan Kerja sama Pertahanan Keamanan (DSCA) yang berafiliasi dengan Departemen Pertahanan, Senin.

Penjualan ini mencakup empat pesawat RQ-4 Block 30 Global Hawk yang dilengkapi kendali-pilot jarak jauh dengan Enhanced Integrated Sensor Suites (EISS), peralatan terkait, suku cadang, pelatihan dan dukungan logistik, tambah DSCA.

Pemberitahuan kepada Kongres adalah wajib bagi penjualan FMS. Kongres diperkirakan akan menyetujui rencana tersebut, kata satu sumber diplomatik.

"Republik Korea (Korea Selatan) membutuhkan pesawat intelijen berkemampuan pengintaian untuk memikul tanggung jawab utama mengumpulkan bahan intelijen dari Komando Pasukan Gabungan pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2015," kata lembaga itu dalam satu siaran pers.

Hal itu mengacu pada langkah Seoul untuk mengambil alih kendali operasional masa perang pasukannya dari Washington.

Militer Korea Selatan telah lama berusaha untuk memperkenalkan kendaraan udara tak berawak yang dibuat oleh Northrop Grumman yang berbasis di Virginia.

Pesawat tak berawak Global Hawk membawa radar tembus-awan, kamera digital elektro-optik resolusi tinggi dan sensor inframerah, yang memungkinkan untuk mendeteksi benda panjang 30 centimeter saat terbang pada ketinggian 20 kilometer.

AS tampaknya enggan untuk menjualnya kepada Korea Selatan, namun Washington telah mengubah posisinya di tengah pemotongan anggaran pertahanan.

Militer AS telah menurunkan pembelian Global Hawk, berkaitan dengan peningkatan kebutuhan ekspor.

Para kritikus mempertanyakan kemampuan Block 30 Global Hawk itu dibandingkan dengan harganya. Mereka mengatakan versi Block 30 Global Hawk kurang mampu seperti halnya pesawat tua Lockheed Martin, pesawat mata-mata U-2 yang berawak.

Angkatan Udara AS berharap untuk membeli lebih pesawat Blok 40 yang lebih maju untuk menggantikan Blok 30 sekarang ini, demikian laporan Kantor Berita Korsel, Yonhap.


Sumber: Antara

Senin, 24 Desember 2012

Bangkitnya Teknologi Roket Brasil

ASTROS
ASTROS II
Brasil mengejar program jutaan dolar untuk menghidupkan kembali dan memodernisasi teknologi roketnya dengan tujuan untuk mengembangkan roket dan rudal baik untuk penggunaan militer dalam negeri maupun ekspor.

Negara Amerika Latin ini pada pertengahan 1960-an hingga pertengahan 1980-an memperoleh keuntungan yang besar dari ekspor roketnya, sebut saja negara-negara penggunanya seperti Irak dan negara-negara Arab lainnya di Teluk Persia. Berakhirnya perang Irak-Iran dan Perang Dingin membuat industri pertahanan Brasil seolah lumpuh, produksi dihentikan dan banyak karyawannya yang kehilangan pekerjaan. Kini, Brasil kembali ingin merebut pasar ekspor rudalnya di dunia.

Sebanyak US$480 juta telah digelontorkan pemerintah Brasil melalui Kementerian Pertahanan untuk difokuskan pada pembaharuan sistem roket ASTROS dari pabrikan Avibras. ASTROS merupakan akronim dari Artillery Saturation Rocket System yang mampu meluncurkan beberapa roket disaat yang bersamaan.

Konfigurasi ASTROS 2020 yang sudah dimodernisasi mencakup prouksi roket jarak pendek dengan bimbingan GPS dan rudal AV-TM300 yang merupakan sistem baru dengan jangkauan 180 mil. 

Dengan tingkat jangkauan ASTROS yang menonjol ini, menyaingi MLRS dan ATMS buatan Amerika Serikat, Brasil berniat kembali untuk merebut pasar global. Para analis pertahanan mengatakan, investasi besar Brasil pada sisi ini menunjukkan strategi pemerintah untuk menumbuhkan kembali pabrikan-pabrikan pertahanannya yang sempat "diabaikan" selama hampir tiga dekade.

Brasil telah berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan roket pandu GPS dan telah berusaha untuk meningkatkan jangkauannya. Versi sebelumnya roket SS-AV-40 kaliber 180mm diketahui hanya memiliki jangkauan sekitar 25 mil.

Sistem ASTROS biasanya diangkut dengan pesawat Hercules C-130, namun pabrikan kedirgantaraan Embraer Brasil telah mengembangkan pesawat angkut taktis militer sendiri yang diharapkan dapat bersaing dengan Hercules serta saingan lainnya dari Eropa, Rusia dan Israel. 

Brasil memang serius dalam mengejar kembali pasar roketnya. Beberapa tahun lalu beberapa pabrikan pertahanan Brasil menyatakan kebangkrutan, namun diselamatkan dengan dana pemerintah. Dan kini untuk meningkatkan pertumbuhannya, pada bulan Agustus lalu Kementerian Pertahanan Brasil mengumumkan pendanaan sebesar US$760 juta untuk mempercepat pertumbuhannya. Setidaknya 30 ASTROS dan kendaraan terkait telah menjadi bagian akuisisi dari pendanaan tersebut.

Berbicara mengenai ASTROS, Indonesia pada 8 November lalu juga sudah menandatangani nota jual-beli alutsista Sistem ASTROS II senilai antara US$400-800 juta atau sekitar 3,8 sampai 7,6 triliun rupiah yang terindikasi meliputi sekitar empat puluh (40) unit kendaraan peluncur ASTROS II. ASTROS II merupakan ASTROS tercanggih saat ini yang dikembangkan oleh Avibras Brasil.
 
 
Sumber: Artileri

Korsel: Roket Korut Bisa Capai Jarak 10.000 Km

 Foto ini diambil pada 8 April 2012 menunjukkan dua prajurit AD Korea Utara menjaga roket Unha-3 di pusat angkasa luar Tangachai-ri. Korea Utara akhirnya meluncurkan roket jarak jauhnya pada Rabu (12/12/2012), meski mendapat kecaman keras dari dunia internasiona. 

SEOUL, KOMPAS.com — Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Minggu (23/12/2012), mengatakan, misil balistik yang belum lama diluncurkan Korea Utara mampu membawa hulu ledak seberat setengah ton dan bisa mencapai sasaran sejauh 10.000 kilometer.

Estimasi Kemenhan Korea Selatan ini didasari kontainer oksigen yang berhasil diambil dari bagian tingkat pertama roket yang jatuh di Laut Kuning tak lama setelah peluncuran. Kontainer itu berisi asam nitrat cair sebagai bahan bakar pendorong di tingkat pertama roket.

"Berdasarkan estimasi dan simulasi kami, misil Korut bisa menjangkau jarak 10.000 kilometer dengan kepala 500-600 kilogram," kata seorang pejabat Kemenhan Korsel.

Tanpa serpihan tingkat kedua dan ketiga roket untuk dianalisis, para ahli tidak bisa menentukan apakah roket Korut ini memiliki kemampuan re-entry, yang merupakan elemen teknologi sebuah misil antarbenua (ICBM).

Kesuksesan Korea Utara meluncurkan roketnya itu dianggap menjadi langkah maju bagi negara yang terisolasi itu meski para pakar masih berbeda pendapat soal kemampuan roket balistik milik Korea Utara itu.

Dari serpihan roket yang dikumpulkan Korea Selatan, para ahli menyimpulkan roket itu dibuat dari campuran aluminium dan magnesium dengan delapan panel yang disambung secara manual.

"Pengelasannya kasar, dilakukan secara manual," demikian Kemenhan Korea Selatan.

"Kontainer pengoksidasi yang digunakan untuk menyimpan bahan kimia beracun jarang digunakan negara dengan teknologi angkasa luar yang lebih maju."

Angkatan Laut Korea Selatan kemudian menemukan sejumlah serpihan roket lagi dari Laut Kuning, yaitu sebuah tangki bahan bakar dan ruang pembakaran. Demikian kantor berita Korea Selatan, Yonhap.


Sumber: kompas