Drone Eitan yang berarti kuat adalah produk dari Malat, salah satu unit
di Israel Aerospace Industries. Pesawat tanpa awak ini pertama kali
mengudara pada 2004.
KOMPAS.com - Catatan dari Harian Yedioth Ahronoth
menunjukkan kalau beberapa pesawat tanpa awak yang biasa dipakai
Angkatan Udara Israel (IAF) untuk pertempuran (UAV) alias "drone" buatan
dalam negeri mengalami kerusakan mesin saat dioperasikan. Alih-alih
sukses menggempur sasaran, pesawat canggih itu malah sering jatuh atau
minimal, mendarat darurat.
Paling anyar, Senin (22/10/2012), koran Israel itu menulis soal
sebuah "drone" yang terpaksa mendarat darurat meski sudah terbang menuju
sebuah sasaran di Lebanon pada Minggu (21/10/2012). Sumber militer yang
dikutip media itu mengatakan kalau "drone" naas tersebut terbilang
piranti paling canggih rilisan bikinan perusahaan milik negara Israel,
Israel Aerospace Industries. "Pesawat mengalami kerusakan mesin," begitu
kata sumber tersebut.
Seminggu sebelumnya, miniatur "drone" berjuluk Sky Rider
yang bertugas mengumpulkan informasi taktis dinas rahasia terjerambab
di Nablus, Tepi Barat. Beruntungnya, UAV tersebut ditemukan tim pencari
dalam kondisi utuh. "Soalnya, bantalan udara sukses meredam jatuhnya
pesawat," tutur sumber itu.
Pada Januari lalu, giliran Eitan atau yang sohor dengan nama lain Heron TP juga terseok-seok di udara untuk akhirnya jatuh mencium tanah. Insiden dalam uji coba itu terjadi di Pangkalan IAF Tel Nof.
Meski
IAF menyembunyikan penyebab jatuhnya pesawat itu, media lokal
mewartakan kalau Eitan mengalami patah pada kedua sayapnya. "Soalnya
pesawat itu keberatan beban karena mengangkut perangkat-perangkat kamera
dan radar," tulis media tersebut.
Duit
Israel memang serius mengembangkan UAV di dalam negeri. Paling tidak, untuk membuat Eitan,
Israel sudah merogoh kocek hingga 35 juta dollar AS per unit. Eitan
sampai kini menjadi salah satu senjata andalan IAF di Skadron Ke-210.
Seorang pakar independen asal Israel yang tak disebutkan namanya sempat menganalisa kalau Eitan
mampu membawa peluru kendali dan persenjataan lainnya hingga menembus
jantung wilayah Iran. Padahal, jarak kedua negara mencapai 1.200
kilometer.
Israel saat ini memang menempatkan UAV sebagai
pengembang tugas untuk menggempur Jalur Gaza. Tugas "drone" makin
komplet mulai dari pengusung rudal mematikan, pencari persenjataan
tersembunyi pihak Palestina, hingga pembunuh mereka yang oleh Israel
disebut sebagai kelompok militan bersenjata.
Sumber: Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"