WASHINGTON, KOMPAS.com - Israel siap menyerang
fasilitas-fasilitas nuklir Iran walau serangan itu hanya menunda
beberapa tahun kemampuan Iran memproduksi senjata nuklir, kata Duta
Besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Oren.
"Satu, dua, tiga, empat tahun merupakan waktu yang lama di Timur Tengah. Lihat apa yang terjadi dalam satu tahun terakhir (dalam hal perubahan politik)," kata Oren di Washington, Kamis (16/8/2012).
Para pemimpin Israel, bulan ini, menekankan bahwa waktu hampir habis bagi solusi diplomatik untuk program nuklir Iran yang Israel anggap sebagai ancaman bagi keberadaannya. "Diplomasi tidak berhasil," kata Oren. "Kami sudah sampai pada titik yang sangat kritis di mana keputusan penting yang harus dibuat."
Selagi para pemimpin Israel berulang kali mengatakan bahwa mereka akan menyerang fasilitas-fasilitas Iran, desakan-desakan itu kini disertai tindakan-tindakan pertahanan-sipil, antara lain sebuah sistem baru yang menggunakan pesan teks untuk mengingatkan masyarakat terhadap serangan rudal dan distribusi lebih luas masker gas.
Oren mengatakan, Iran mewakili ancaman paling berbahaya dalam berbagai ancaman yang dihadapi Israel, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam 64 tahun usia negara itu. Revolusi Arab telah mengguncang negara-negara tetangga yaitu Mesir dan Suriah, Semenanjung Sinai telah menjadi magnet bagi kelompok-kelompok militan, dan serangan teroris terhadap warga dan properti Israel melonjak di seluruh dunia.
Para sekutu Israel, yaitu AS dan Eropa, berpandangan sama bahwa Iran semakin dekat dengan kemampuan untuk membuat senjata nuklir. Namun Iran menegaskan, program nuklirnya untuk tujuan sipil dan medis.
Jenderal Martin Dempsey, ketua Gabungan Kepala Staf AS, mengatakan pada sebuah konferensi pers di Pentagon pada hari Selasa bahwa serangan Israel terhadap Iran hanya bisa menunda tapi tidak dapat menghancurkan kemampuan nuklir Iran. Penilaian Depsey itu berdasarkan tinjauannya atas kemampuan persenjataan Israel.
Namun Oren mengatakan, penilaian semacam itu tidak relevan. "Hal itu, berdasarkan pengalaman kami sebelumnya, bukan argumen untuk menentang (serangan). Di masa lalu, kami beroperasi berdasarkan asumsi bahwa kami hanya bisa mendapatkan penundaan."
Ketika Israel menyerang sebuah reaktor Irak tahun 1981, asumsinya adalah bahwa "kami akan mendapatkan penundaan antara satu dan dua tahun dari program itu. (Namun) sampai hari ini, Irak tidak memiliki senjata nuklir.
"Satu, dua, tiga, empat tahun merupakan waktu yang lama di Timur Tengah. Lihat apa yang terjadi dalam satu tahun terakhir (dalam hal perubahan politik)," kata Oren di Washington, Kamis (16/8/2012).
Para pemimpin Israel, bulan ini, menekankan bahwa waktu hampir habis bagi solusi diplomatik untuk program nuklir Iran yang Israel anggap sebagai ancaman bagi keberadaannya. "Diplomasi tidak berhasil," kata Oren. "Kami sudah sampai pada titik yang sangat kritis di mana keputusan penting yang harus dibuat."
Selagi para pemimpin Israel berulang kali mengatakan bahwa mereka akan menyerang fasilitas-fasilitas Iran, desakan-desakan itu kini disertai tindakan-tindakan pertahanan-sipil, antara lain sebuah sistem baru yang menggunakan pesan teks untuk mengingatkan masyarakat terhadap serangan rudal dan distribusi lebih luas masker gas.
Oren mengatakan, Iran mewakili ancaman paling berbahaya dalam berbagai ancaman yang dihadapi Israel, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam 64 tahun usia negara itu. Revolusi Arab telah mengguncang negara-negara tetangga yaitu Mesir dan Suriah, Semenanjung Sinai telah menjadi magnet bagi kelompok-kelompok militan, dan serangan teroris terhadap warga dan properti Israel melonjak di seluruh dunia.
Para sekutu Israel, yaitu AS dan Eropa, berpandangan sama bahwa Iran semakin dekat dengan kemampuan untuk membuat senjata nuklir. Namun Iran menegaskan, program nuklirnya untuk tujuan sipil dan medis.
Jenderal Martin Dempsey, ketua Gabungan Kepala Staf AS, mengatakan pada sebuah konferensi pers di Pentagon pada hari Selasa bahwa serangan Israel terhadap Iran hanya bisa menunda tapi tidak dapat menghancurkan kemampuan nuklir Iran. Penilaian Depsey itu berdasarkan tinjauannya atas kemampuan persenjataan Israel.
Namun Oren mengatakan, penilaian semacam itu tidak relevan. "Hal itu, berdasarkan pengalaman kami sebelumnya, bukan argumen untuk menentang (serangan). Di masa lalu, kami beroperasi berdasarkan asumsi bahwa kami hanya bisa mendapatkan penundaan."
Ketika Israel menyerang sebuah reaktor Irak tahun 1981, asumsinya adalah bahwa "kami akan mendapatkan penundaan antara satu dan dua tahun dari program itu. (Namun) sampai hari ini, Irak tidak memiliki senjata nuklir.
Sumber: Kompas