Semua negara anggota Dewan Keamanan PBB menyatakan dukungan terhadap serangan militer Perancis ke Mali dengan sasaran pasukan militan Islam. Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan serangan tersebut diharapkan dapat memulihkan "integritas wilayah dan ketertiban konstitusi Mali".
DK PBB menggelar pertemuan darurat atas permintaan Perancis pada Senin (14/1) di New York setelah serangan tersebut akhir pekan lalu. Setelah pertemuan Dubes Perancis untuk PBB Gerard Araud mengatakan pemerintahnya mendapat "dukungan dan pengertian" dari 14 anggota Dewan Keamanan PBB lain.
Namun dia menambahkan bahwa Perancis juga menginginkan segera dikirimnya pasukan dari aliansi negara Afrika Barat "secepat mungkin".
Pasukan ini dikirim dengan payung resolusi DK PBB 2085, yang diteken Desember lalu dan memungkinkan digerakkannya sebuah pasukan beranggotakan 3.000-personel dengan pimpinan negara Afrika untuk turut mengamankan Mali karena situasi di lokasi yang nyaris hampa hukum dan penguasa sah.
Pasukan asal Afrika diperkirakan sampai di Mali "dalam beberapa hari dan minggu" ini, kata Araud. Sementara pimpinan pasukan dipegang oleh Nigeria, yang komandannya sudah berada di lokasi.
Sikap Perancis ini didukung oleh Sekjen Ban Ki-moon.
"Setjen menyambut dukungan dari mitra bilateral yang menyanggupi permintaan (pengiriman pasukan) dan dengan restu pemerintah Mali, untuk mengatasi situasi di wilayah Selatan yang terus didorong oleh kekuatan kelompok teroris dan militan bersenjata," tulis pernyataan Ban.
Mengungsi
Serangan Perancis berlangsung Jumat (9/1) setelah kelompok militan islamis mulai mendesak ke arah selatan Mali. Menurut pejabat Prancis mereka mengkhawatirkan pergerakan militan ini akan berimplikasi pada direbutnya ibukota Bamako, sehingga Mali akan menjadi ancaman yang makin besar bagi stabilitas wilayah setempat.
Perancis sebelumnya telah mengirim 550 tentara ke kota Mopti dan Bamako, dan setelah pekan lalu menurut seorang sumber Kementrian Pertahanan negara mode itu kepada kantor berita Reuters, jumlah kiriman pasukan kemungkinan akan bertambah menjadi 2.500 dalam beberapa hari.
Sedikitnya 11 tentara Mali dan seorang pilot helikopter Perancis tewas dalam serangan di Mali tersebut. Sementara dari kubu militan, diperkirakan 100 orang terbunuh.
Korban lain dalam konflik ini adalah warga sipil yang menurut pekerja kemanusiaan terpaksa mengungsi karena tempat tinggal mereka turut jadi sasaran serangan udara militer Perancis dalam empat hari terakhir.
Seorang juru bicara Komite Internasional Palang Merah, Ali Naraghi, mengatakan situasi kemanusiaan di sana "memburuk dengan cepat".
"Pengungsian besar-besaran sudah terjadi, korban sipil berjatuhan dan kami emncoba sebsianya membantu mengatasi masalah kemanusiaan ini," kata Naraghi.
Sumber: Kompas