Foto : Kapal perang TNI AL (dok. okezone)
JAKARTA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya merintis kapal perang baru untuk melengkapi bidang
pertahanan dan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia. Mau tahu
apa kelebihan yang dimiliki kapal perang besutan para civitas academica
berbagai perguruan tinggi ini?
Salah seorang narasumber diskusi ilmiah National Ship Design and Engineering Centre (Nasdec) beberapa waktu lalu, Mochamad Zainuri menyatakan, keunggulan kapal perang ini adalah dilengkapi dengan material anti radar. ''Anti radar baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur Amerika. Konon, wartawan tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,'' kata Zainuri seperti disitat dari ITS online, Senin (9/4/2012).
Zainuri yang telah meneliti bahan anti radar sejak 2005 mengungkapkan, material anti radar yang digunakan pada kapal tersebut dibuat dari pasir besi. Hingga saat ini, material tersebut telah berhasil dibuat dan dapat menyerap radar hingga 99 persen.
Pembuatan kapal perang ini juga tidak lepas dari campur tangan mahasiswa. Beberapa mahasiswa semester akhir pun turut meneliti bidang pertahanan melalui Tugas Akhir (TA) yang mereka buat. Selain itu, program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pun menjadi ajang mahasiswa mengangkat penelitian seputar kapal perang.
Tidak hanya konsen di pembuatan kapal perang. Di bidang pertahanan, ITS pun terlibat dalam Komite Kebijakan Industri dan Pertahanan (KKIP). Salah satu tugasnya, yaitu merevitalisasi industri pertahanan yang hampir kolaps. KKIP juga bertugas untuk membuat kebijakan lain di industri pertahanan. Seperti keinginan pemerintah untuk bekerja sama dengan China membangun industri roket di Indonesia.
Proyek pembuatan kapal perang anti radar ini dimotori oleh ITS melalui Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional (KPKPN). Karena merupakan produk nasional, ITS turut menggandeng beberapa perguruan tinggi lain dalam pembuatannya. Mereka adalah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Surabaya (UNS), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Akademi Angkatan Laut (AAL). Pembuatan inovasi baru di bidang pertahanan dan keamanan negara ini dikabarkan menelan dana Rp1,8 miliar.(mrg)(rhs)
Salah seorang narasumber diskusi ilmiah National Ship Design and Engineering Centre (Nasdec) beberapa waktu lalu, Mochamad Zainuri menyatakan, keunggulan kapal perang ini adalah dilengkapi dengan material anti radar. ''Anti radar baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur Amerika. Konon, wartawan tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,'' kata Zainuri seperti disitat dari ITS online, Senin (9/4/2012).
Zainuri yang telah meneliti bahan anti radar sejak 2005 mengungkapkan, material anti radar yang digunakan pada kapal tersebut dibuat dari pasir besi. Hingga saat ini, material tersebut telah berhasil dibuat dan dapat menyerap radar hingga 99 persen.
Pembuatan kapal perang ini juga tidak lepas dari campur tangan mahasiswa. Beberapa mahasiswa semester akhir pun turut meneliti bidang pertahanan melalui Tugas Akhir (TA) yang mereka buat. Selain itu, program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pun menjadi ajang mahasiswa mengangkat penelitian seputar kapal perang.
Tidak hanya konsen di pembuatan kapal perang. Di bidang pertahanan, ITS pun terlibat dalam Komite Kebijakan Industri dan Pertahanan (KKIP). Salah satu tugasnya, yaitu merevitalisasi industri pertahanan yang hampir kolaps. KKIP juga bertugas untuk membuat kebijakan lain di industri pertahanan. Seperti keinginan pemerintah untuk bekerja sama dengan China membangun industri roket di Indonesia.
Proyek pembuatan kapal perang anti radar ini dimotori oleh ITS melalui Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional (KPKPN). Karena merupakan produk nasional, ITS turut menggandeng beberapa perguruan tinggi lain dalam pembuatannya. Mereka adalah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Surabaya (UNS), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Akademi Angkatan Laut (AAL). Pembuatan inovasi baru di bidang pertahanan dan keamanan negara ini dikabarkan menelan dana Rp1,8 miliar.(mrg)(rhs)
sumber: okezone kampus
mantaappppp
BalasHapusJangan disebutin atuch Pak , rahasia bahan baku pembuatan nya,.
BalasHapusitu rahasiakan,,,,,ntar byk yg niru.....sehingga eksport pasir besi kita meningkat ke china.
HapusJangan disebutin atuch Pak , rahasia bahan baku pembuatan nya,.
BalasHapusKapal perang ecek ecek ya ya
BalasHapusAnjing, gak usah jadi warga Indonesia...
HapusJangan suka meremehkan Dul! Apa yang kau tau tentang "ecek-ece" itu Dul
BalasHapus