Para
pilot Amerika Serikat menolak terbang dengan pesawat super-canggih F-22
yang harganya mencapai 143 juta dolar per unit dan sebabnya adalah
masalah teknis yang tidak dapat dijelaskan serta ancaman fatal setelah
mengendalikan pesawat tersebut.
Fars News (2/5) mengutip laporan Russia Today menyebutkan, para pakar militer menemukan masalah besar dalam pesawat super-canggih F-22 ini dan masalah itu menjadi sebab penolakan para pilot Amerika Serikat untuk menerbangkan pesawat super-mahal tersebut.
F-22 adalah pesawat tempur paling canggih di dunia pesawat, dan salah satu yang paling mahal. Namun karena masalah yang tidak dapat dijelaskan dan berpotensi mematikan yang menyebabkan oksigen mengalir keluar dari kokpit, pilot tersebut menolak ditugaskan untuk itu.
Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat, Mike Hostage, mengkonfirmasikan bahwa sejumlah pilot menolak menerbangkan pesawat tempur siluman F-22 Raptor sampai benar-benar aman. Dia tidak menyebutkan berapa jumlah dari total 200 Top Guns (pilot handal) Amerika Serikat yang menolak terbang dengan F-22. Tapi dia menyebutkan bahwa "jumlahnya kecil."
Ghalib, menerbangkan pesawat paling modern Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) menjadi kompetisi di antara para Top Guns Amerika.
Tapi F-22 memiliki masalah fatal yaitu berkurangnya oksigen di kokpit, yang dapat menimbulkan hypoxia.
Hypoxia terjadi ketika otak kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan pusing, kekaburan dan bahkan pingsan. Akan tetapi dalam menerbangkan jet yang terbang kecepatan di hampir dua kali kecepatan suara, sedetik saja kekeliruan dan gangguan akan berakibat fatal.
USAF telah mendokumentasikan satu insiden penerbangan dengan F-22 ketika pilot setengah tak sadarkan diri dan dia membiarkan pesawatnya turun sedemikian rendah hingga sempat badan pesawat menyerempet pucuk pohon-pohon sebelum ia berhasil menyadarkan diri.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa kasus hypoxia telah dilaporkan selama bertahun-tahun. Para pakar selain tidak menemukan solusi bahkan tidak mengerti apa yang menyebabkan masalah tersebut, apakah dari kekeliruan desain atau respon fisik terhadap kondisi terbang.
USAF menonaktifkan jet tempur super canggih itu selama lima bulan pada tahun 2011 untuk melalui pemeriksaan. Pesawat kembali diterbangkan pada bulan September. Sejak itu, tercatat delapan kasus hypoxia.
Sebuah panel dari para pejabat tinggi Angkatan Udara Amerika Serikat saat ini sedang mengadakan pertemuan mingguan untuk membahas kemajuan dalam hal ini.
Jenderal Mike sendiri menyatakan akan menerbangkan jet tersebut dan mengujinya.
Sumber :irb
Fars News (2/5) mengutip laporan Russia Today menyebutkan, para pakar militer menemukan masalah besar dalam pesawat super-canggih F-22 ini dan masalah itu menjadi sebab penolakan para pilot Amerika Serikat untuk menerbangkan pesawat super-mahal tersebut.
F-22 adalah pesawat tempur paling canggih di dunia pesawat, dan salah satu yang paling mahal. Namun karena masalah yang tidak dapat dijelaskan dan berpotensi mematikan yang menyebabkan oksigen mengalir keluar dari kokpit, pilot tersebut menolak ditugaskan untuk itu.
Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat, Mike Hostage, mengkonfirmasikan bahwa sejumlah pilot menolak menerbangkan pesawat tempur siluman F-22 Raptor sampai benar-benar aman. Dia tidak menyebutkan berapa jumlah dari total 200 Top Guns (pilot handal) Amerika Serikat yang menolak terbang dengan F-22. Tapi dia menyebutkan bahwa "jumlahnya kecil."
Ghalib, menerbangkan pesawat paling modern Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) menjadi kompetisi di antara para Top Guns Amerika.
Tapi F-22 memiliki masalah fatal yaitu berkurangnya oksigen di kokpit, yang dapat menimbulkan hypoxia.
Hypoxia terjadi ketika otak kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan pusing, kekaburan dan bahkan pingsan. Akan tetapi dalam menerbangkan jet yang terbang kecepatan di hampir dua kali kecepatan suara, sedetik saja kekeliruan dan gangguan akan berakibat fatal.
USAF telah mendokumentasikan satu insiden penerbangan dengan F-22 ketika pilot setengah tak sadarkan diri dan dia membiarkan pesawatnya turun sedemikian rendah hingga sempat badan pesawat menyerempet pucuk pohon-pohon sebelum ia berhasil menyadarkan diri.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa kasus hypoxia telah dilaporkan selama bertahun-tahun. Para pakar selain tidak menemukan solusi bahkan tidak mengerti apa yang menyebabkan masalah tersebut, apakah dari kekeliruan desain atau respon fisik terhadap kondisi terbang.
USAF menonaktifkan jet tempur super canggih itu selama lima bulan pada tahun 2011 untuk melalui pemeriksaan. Pesawat kembali diterbangkan pada bulan September. Sejak itu, tercatat delapan kasus hypoxia.
Sebuah panel dari para pejabat tinggi Angkatan Udara Amerika Serikat saat ini sedang mengadakan pertemuan mingguan untuk membahas kemajuan dalam hal ini.
Jenderal Mike sendiri menyatakan akan menerbangkan jet tersebut dan mengujinya.
Sumber :irb