Rafale buatan Dassault Aviation dari Perancis
RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com -- Pemerintah Brasil
kembali menunda keputusan pembelian pesawat tempur baru untuk memperkuat
armada angkatan udara negara itu sampai tahun depan. Sebelumnya, Brasil
diharapkan mengambil keputusan bulan Oktober ini.
Menurut seorang
sumber di pemerintahan Brasil, pembelian 36 jet tempur baru itu akan
dimasukkan dalam anggaran tahun 2013. "Anggaran pemerintah tidak
memasukkan pembelanjaan jet-jet tempur itu, keputusannya nanti tahun
2013," tutur dia, Minggu (30/9/2012).
Pejabat itu juga mengatakan,
hingga saat ini belum ada pesawat yang menjadi favorit pemerintah
Brasil. Tender pengadaan jet tempur senilai lebih dari 5 miliar dollar
AS itu diikuti oleh tiga pesawat, yakni F/A-18 E/F Super Hornet buatan
Boeing dari AS, Rafale buatan Dassault Aviation dari Perancis, dan
Gripen NG buatan pabrikan Saab asal Swedia.
Menurut sumber
tersebut, pemerintah Brasil menunggu hasil pemilihan presiden AS,
November mendatang, sebelum mengambil keputusan lebih lanjut. Presiden
Brasil Dilma Rousseff juga sedang mempertimbangkan berkunjung ke
Perancis, Desember nanti.
Saat pertama kali menjabat, Januari
2011, Rousseff sudah menunda pembelian pesawat tempur tersebut, dan
keputusan disebut-sebut akan diambil tahun ini, sekitar bulan Oktober.
Pada
awalnya, pihak Brasil telah memilih Rafale sebagai favorit. Namun,
belakangan, harga pesawat itu dianggap terlalu mahal dan Brasilia
menuntut harga yang lebih rendah. Sebaliknya, Perancis telah semaksimal
mungkin memberi penawaran bagus dengan menjanjikan alih teknologi penuh
pesawat tempur generasi 4,5 itu kepada Brasil. Brasil sendiri dengan
Embraer-nya terus mengembangkan industri dirgantara dalam negerinya.
Harga
Super Hornet dari AS jauh lebih murah dari Rafale, namun Brasil
khawatir dengan kebiasaan Washington menerapkan pembatasan teknologi.
Pada 2006, AS memblokade penjualan 24 pesawat tempur ringan Super Tucano
buatan Embraer ke Venezuela, karena pesawat-pesawat itu mengandung
teknologi buatan AS.
Brasil, yang saat ini menjadi kekuatan
dominan di Amerika Latin dan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar
keenam di dunia, menjadikan alih teknologi sebagai syarat utama seluruh
perjanjian pertahanannya. Negara itu bertekad mengembangkan sendiri
industri pertahanannya dan ingin merakit pesawat-pesawat dengan
teknologi asing yang suatu saat bisa diekspor.
Sumber: Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"