LONDON-(IDB) : Meski
berulang kali menghindari pembicaraan soal serangan militer ke Iran,
dan terus membujuk Israel untuk tidak melakukan serangan sepihak
sendirian ke fasilitas-fasilitas nuklir Iran, Amerika Serikat diam-diam
terus menumpuk kekuatan militer di sekitar kawasan Teluk Persia.
Penumpukan
kekuatan militer itu diduga kuat dilakukan, agar AS selalu siap dengan
berbagai pilihan respons jika sewaktu-waktu ketegangan soal program
nuklir Iran bereskalasi menjadi konflik terbuka.
Demikian terungkap dalam salah satu analisis majalah pertahanan terkemuka Jane's Defence Weekly
(JDW) edisi 11 April 2012 lalu. Meski pihak Pentagon dan negara-negara
Arab tak bersedia mengungkap posisi penyebaran kekuatan militer kunci
AS di kawasan Teluk Persia, penumpukan kekuatan tersebut bisa diketahui
secara detail dari analisis citra satelit komersial, berbagai
keterangan di laman resmi Departemen Pertahanan AS, dan pelacakan
berbagai informasi terbuka di media sosial di internet.
Penelusuran Kompas menunjukkan, posisi pesawat-pesawat militer AS di berbagai pangkalan udara di kawasan tersebut masih bisa dilihat di Google Earth pada hari Rabu (3/5/2012) malam ini.
Dalam
pengamatan JDW, AS menggelar aset-aset militer yang sangat lengkap,
mulai dari kekuatan pemukul, pengintai, hingga pertahanan antirudal dan
dukungan logistik. Di luar kekuatan pemukul utama yang terpusat pada
dua gugus tempur kapal induk USS Abraham Lincoln dan USS Enterprise
yang sedang berada di perairan sekitar Teluk, AS, juga menempatkan
aset-aset militernya di beberapa negara Arab.
Secara
khusus, JDW menyebutkan empat negara yang menjadi lokasi penempatan
pesawat-pesawat militer AS, yakni Uni Emirat Arab (UEA), Qatar,
Bahrain, dan Kuwait. Secara khusus, pangkalan udara Al Udeid di Qatar
dan pangkalan udara Al Dhafra di UEA menjadi pusat pangkalan aset-aset
militer AS itu.
Menurut
analisis JDW, di dua pangkalan tersebut terlihat sedikitnya empat
pesawat peringatan dini E-3 Sentry AWACS, lima pesawat pelacak sasaran
darat E-8 Joint STARS (Joint Surveillance Target Attack Radar System),
empat pesawat mata-mata U-2 Dragon Lady, dan enam pesawat pengintai tak
berawak RQ-4 Global Hawk.
Untuk
melakukan misi-misi dukungan logistik, JDW menyebut ada lebih dari 20
pesawat tanker KC-135R Stratotanker di pangkalan Al Udeid dan 12
pesawat tanker KC-10 Extender di pangkalan Al Dhafra.
Selain
kekuatan pengintai dan pendukung, AS juga menyiapkan kekuatan pemukul
yang tidak tanggung-tanggung. Dari citra satelit pangkalan Al Udeid,
terlihat sedikitnya enam pesawat pengebom strategis jarak jauh B-1B
Lancer milik AU AS (USAF) dan pesawat-pesawat patroli maritim P-3C
Orion milik AL AS (US Navy).
Di
Al Dhafra, sejak tahun lalu USAF telah menempatkan satu skuadron
pesawat tempur F-15C Eagle dan pesawat-pesawat tempur tak berawak MQ-1B
Predator. Disusul pada Februari, USAF mengirimkan satu skuadron F-15E
Strike Eagle di sebuah pangkalan yang tak disebutkan di kawasan Timur
Tengah. Pekan lalu pihak militer AS juga mengakui telah mengirimkan
pesawat-pesawat jet tempur tercanggih F-22 Raptor ke UEA.
Sementara
itu, satu skuadron F-16 Fighting Falcon yang baru saja ditarik dari
Irak kini masih disiagakan di pangkalan udara Ahmed Al Jaber di Kuwait.
Di negara yang sama, satu brigade penerbangan tempur AD AS (US Army)
yang dilengkapi heli-heli serbu AH-64D Apache juga belum ditarik pulang.
Aset-aset
militer yang berpangkalan di darat tersebut akan menjadi pelapis
serangan bagi kekuatan US Navy yang dilengkapi kapal-kapal perang dan
kapal selam peluncur rudal jelajah Tomahawk. Selain itu, sekitar 70-80
pesawat serbu F/A-18 Hornet dan Super Hornet yang diterbangkan dari dua
kapal induk AS.
Dengan
puluhan pesawat tanker yang mampu melakukan pengisian bahan bakar di
udara, kekuatan pemukul itu masih bisa didukung pesawat-pesawat
pengebom strategis B-2 Spirit dan B-52 Stratofortress yang
diberangkatkan dari pangkalan-pangkalan di Samudera Pasifik, Samudera
Hindia, dan dari daratan Amerika.
Dengan
seluruh kekuatan itu, AS bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan
serangan kejutan dari militer Iran, termasuk serangan balasan Iran
apabila Israel jadi nekat menyerang secara sepihak ke Iran.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"