Foto : Radar militer Rusia (RIA)
MOSKOW- Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei
Ryabkov mengaku negaranya memahami sistem pertahanan misil Eropa dengan
sangat baik. Rusia memiliki data-data mengenai jumlah senjata
anti-misil tersebut.
"Kami memiliki data teknis mengenai jumlah misil itu, beserta perangkatnya, dan radar peringatan dini. Kami juga mengetahui landasan yang digunakan untuk meluncurkan misil itu," ujar Ryabkov, seperti dikutip Xinhua, Sabtu (29/9/2012).
Diplomat senior itu menilai, kesepakatan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) dalam isu sistem pertahanan misil Eropa akan memakan waktu yang lama. Namun mereka harus tetap bekerja sama guna mewaspadai tenggat waktu.
Pada Mei lalu, North Atlantic Treaty Organization (NATO) mengaktifkan fase pertama dari sistem pertahanan misil itu. Pada 2020 mendatang, pengoperasian perisai misil itu sudah memasuki tahap ke empat.
Ryabkov kembali mengingatkan AS agar membuat perjanjian terikat bila misil-misil itu tidak ditujukan ke Rusia. Bila perjanjian itu tidak tercapai, Rusia akan meminta AS membayar kompensasi.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi NATO 2010 di Lisbon, Portugal, seluruh negara anggota NATO sepakat untuk memasang sistem pertahanan misil Eropa guna mewaspadai ancaman misil dari Iran dan Korea Utara (Korut). NATO pun mengajak Rusia untuk membahas skema sistem pertahanan misil itu.
Namun, Rusia selalu menolak pengerahan senjata itu karena sistem pertahanan misil itu mengarah ke wilayah Rusia. NATO dan AS bersikeras meyakinkan Rusia bila senjata itu tidak akan mengancam Rusia. Tetapi mereka enggan untuk menyediakan jaminan keamanan tertulis untuk Negeri Beruang Merah.
"Kami memiliki data teknis mengenai jumlah misil itu, beserta perangkatnya, dan radar peringatan dini. Kami juga mengetahui landasan yang digunakan untuk meluncurkan misil itu," ujar Ryabkov, seperti dikutip Xinhua, Sabtu (29/9/2012).
Diplomat senior itu menilai, kesepakatan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) dalam isu sistem pertahanan misil Eropa akan memakan waktu yang lama. Namun mereka harus tetap bekerja sama guna mewaspadai tenggat waktu.
Pada Mei lalu, North Atlantic Treaty Organization (NATO) mengaktifkan fase pertama dari sistem pertahanan misil itu. Pada 2020 mendatang, pengoperasian perisai misil itu sudah memasuki tahap ke empat.
Ryabkov kembali mengingatkan AS agar membuat perjanjian terikat bila misil-misil itu tidak ditujukan ke Rusia. Bila perjanjian itu tidak tercapai, Rusia akan meminta AS membayar kompensasi.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi NATO 2010 di Lisbon, Portugal, seluruh negara anggota NATO sepakat untuk memasang sistem pertahanan misil Eropa guna mewaspadai ancaman misil dari Iran dan Korea Utara (Korut). NATO pun mengajak Rusia untuk membahas skema sistem pertahanan misil itu.
Namun, Rusia selalu menolak pengerahan senjata itu karena sistem pertahanan misil itu mengarah ke wilayah Rusia. NATO dan AS bersikeras meyakinkan Rusia bila senjata itu tidak akan mengancam Rusia. Tetapi mereka enggan untuk menyediakan jaminan keamanan tertulis untuk Negeri Beruang Merah.
Sumber: Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"