TEMPO.CO , Bandung - Bacharuddin
Jusuf Habibie mengatakan akan kembali ke industri penerbangan tanah
air. Di awal kembalinya, ia bertekad mengembangkan pesawat N-250 yang
kemudian yang dilanjutkan dengan pesawat jet penumpang N2130.
"Insya Allah akan didapatkan FAA dalam 5 tahun,” kata dia di sela konfrensi pers Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Gedung Sate Bandung, Jumat, 10 Agustus 2012.
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Dalam penyempurnaan terbaru N-250 Habibie menuturkan akan menyesuaikan rancangannya dengan mesin yang ada saat ini, serta penggunaan avionik digital. “Tapi aerodinamiknya sama, (disain) sayapnya sama. Sampai sekarang masih paling canggih," ujarnya. Pembiayaan yang dibutuhkan untuk pembuatan pesawat turboprop N-250 menurut dia, dikumpulkannya dari dana swasta lewat jaringan pribadinya. Tapi dalam tahap pengembangan pesawat nanti, dia minta PT Dirgantara Indonesia dan BPPT untuk terlibat dalam riset dan produksinya.
Dia mengungkapkan, akan mengajak sejumlah eks karyawan IPTN atau kini PT Dirgantara Indonesia yang tersebar di berbagai negara untuk merintis industri pembuatan pesawat milik swasta itu. “Mereka kepingin pulang,” kata Habibie.
Sebelumnya Habibie mengatakan siap kembali ke Industri tanah Air lewat pendirian PT RAI. Adapun pendirian PT RAI menurut Habibie melibatkan beberapa pihak. "PT RAI merupakan perusahaan yang saya bentuk bersama dua perusahaan swasta yakni PT Ilhabi Rekatama milik Ilham Akbar Habibie dan PT Modal Elang milik mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah," katanya. "Ketua Dewan Komisaris saya."
"Insya Allah akan didapatkan FAA dalam 5 tahun,” kata dia di sela konfrensi pers Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Gedung Sate Bandung, Jumat, 10 Agustus 2012.
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Dalam penyempurnaan terbaru N-250 Habibie menuturkan akan menyesuaikan rancangannya dengan mesin yang ada saat ini, serta penggunaan avionik digital. “Tapi aerodinamiknya sama, (disain) sayapnya sama. Sampai sekarang masih paling canggih," ujarnya. Pembiayaan yang dibutuhkan untuk pembuatan pesawat turboprop N-250 menurut dia, dikumpulkannya dari dana swasta lewat jaringan pribadinya. Tapi dalam tahap pengembangan pesawat nanti, dia minta PT Dirgantara Indonesia dan BPPT untuk terlibat dalam riset dan produksinya.
Dia mengungkapkan, akan mengajak sejumlah eks karyawan IPTN atau kini PT Dirgantara Indonesia yang tersebar di berbagai negara untuk merintis industri pembuatan pesawat milik swasta itu. “Mereka kepingin pulang,” kata Habibie.
Sebelumnya Habibie mengatakan siap kembali ke Industri tanah Air lewat pendirian PT RAI. Adapun pendirian PT RAI menurut Habibie melibatkan beberapa pihak. "PT RAI merupakan perusahaan yang saya bentuk bersama dua perusahaan swasta yakni PT Ilhabi Rekatama milik Ilham Akbar Habibie dan PT Modal Elang milik mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah," katanya. "Ketua Dewan Komisaris saya."
Sumber: Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"