VIVAnews --Pemerintah China menolak campur tangan
ASEAN sebagai pihak ketiga dalam menyelesaikan sengketa perbatasan di
Laut China Selatan. Kendati memilih jalan negosiasi dalam menuntaskan
konflik ini, namun Tiongkok akan bertindak tegas jika ada negara lain
atau pihak ketiga yang melakukan agresi.
Hal ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, saat ditemui VIVAnews di Beijing, Kamis 28 Juni 2012. Dia mengatakan permasalahan China dengan negara pengklaim gugusan Spratly di Laut China Selatan adalah masalah bilateral, bukan regional.
"Kami tak akan membiarkan ada pihak ketiga yang ikut campur dalam mengatasi masalah ini. Ini masalah bilateral antara China dengan negara-negara lain, bukan China dengan ASEAN," kata Hong.
Sebelumnya pada ASEAN Summit di Phnom Penh, April lalu, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen sebagai ketua ASEAN mengatakan bahwa China harus dengan ASEAN untuk menyelesaikan masalah ini.
Hal ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, saat ditemui VIVAnews di Beijing, Kamis 28 Juni 2012. Dia mengatakan permasalahan China dengan negara pengklaim gugusan Spratly di Laut China Selatan adalah masalah bilateral, bukan regional.
"Kami tak akan membiarkan ada pihak ketiga yang ikut campur dalam mengatasi masalah ini. Ini masalah bilateral antara China dengan negara-negara lain, bukan China dengan ASEAN," kata Hong.
Sebelumnya pada ASEAN Summit di Phnom Penh, April lalu, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen sebagai ketua ASEAN mengatakan bahwa China harus dengan ASEAN untuk menyelesaikan masalah ini.
Dilansir VoANews, dia mengatakan bahwa permasalahan Laut
China Selatan akan menjadi masalah regional, antara ASEAN dan China. Dia
juga menolak adanya campur tangan pihak lain.
China mengklaim gugusan Spratly yang terbentang ratusan mil laut dari selatan sampai timur Provinsi Hainan masuk wilayah mereka. Argumen China, kawasan itu telah menjadi bagian historis bangsa mereka sejak 2.000 tahun yang lalu.
Masalah muncul saat beberapa negara ikut mengklaim, di antaranya adalah Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam. Perebutan menjadi memanas karena selain menjadi jalur pelayaran internasional, wilayah tersebut juga diyakini menyimpan cadangan minyak sebanyak 213 miliar barel. Gas alam di perairan itu diprediksi mencapai 900 triliun kubik.
China mengklaim gugusan Spratly yang terbentang ratusan mil laut dari selatan sampai timur Provinsi Hainan masuk wilayah mereka. Argumen China, kawasan itu telah menjadi bagian historis bangsa mereka sejak 2.000 tahun yang lalu.
Masalah muncul saat beberapa negara ikut mengklaim, di antaranya adalah Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam. Perebutan menjadi memanas karena selain menjadi jalur pelayaran internasional, wilayah tersebut juga diyakini menyimpan cadangan minyak sebanyak 213 miliar barel. Gas alam di perairan itu diprediksi mencapai 900 triliun kubik.
Hong mengatakan bahwa China berprinsip untuk menyelesaikan masalah
ini dengan jalan damai. "Beri kami waktu dan tempat, kami akan
menyelesaikannya sendiri," kata Hong.
Kendati demikian, China tidak bisa menjamin sikap damai mereka atas Laut China Selatan tetap berlaku. Rao Huihua, direktur divisi Internasional di Partai Komunis China, mengatakan bahwa China akan melakukan tindakan tegas jika ada pihak yang menyerang mereka.
"Kami tidak menjamin apa yang akan terjadi, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga stabilitas negara. Jika kau ingin damai, jika tetangga pilih jalan kekerasan. Apa yang harus anda lakukan?" kata Rao.
Kendati demikian, China tidak bisa menjamin sikap damai mereka atas Laut China Selatan tetap berlaku. Rao Huihua, direktur divisi Internasional di Partai Komunis China, mengatakan bahwa China akan melakukan tindakan tegas jika ada pihak yang menyerang mereka.
"Kami tidak menjamin apa yang akan terjadi, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga stabilitas negara. Jika kau ingin damai, jika tetangga pilih jalan kekerasan. Apa yang harus anda lakukan?" kata Rao.
Sumber: VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"