VIVAnews - China dan Rusia sepakat mempererat aliansi
militer kedua negara, baik berupa peningkatan latihan bersama maupun
kemitraan lain. Langkah ini merupakan antisipasi untuk mengimbangi
strategi Amerika Serikat, yang sudah berniat menambah kekuatan maritim
di Asia Pasifik pada 2020.
Kesepakatan itu diumumkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di tengah-tengah kunjungannya di Beijing Rabu kemarin, ungkap kantor berita Reuters. Selain bertemu dengan Presiden Hu Jintao, Putin juga menggelar pembicaraan dengan Wakil Presiden Xi Jinping, yang bersiap menjadi pemimpin baru China akhir tahun ini.
"Kami akan terus melanjutkan kerjasama antarmiliter," kata Putin kepada Xi di Beijing. "Baru-baru ini telah digelar latihan bersama di Laut Kuning dan itu merupakan kali pertama digelar. Kami sepakat dengan Ketua Hu [Presiden Hu Jintao] bahwa kami akan melanjutkan kerjasama demikian," lanjut Putin, yang kembali berkuasa sebagai presiden Rusia.
Angkatan Laut China dan Rusia telah menggelar latihan bersama di Laut Kuning April lalu. Laut itu terletak di pesisir timur China. Militer kedua negara saat itu menggelar latihan operasi anti kapal selam dan penyelamatan kapal dari serangan bajak laut.
Saat itu, China mengerahkan 16 kapal perang dan dua kapal selam. Rusia mengirim empat kapal perang dari armada Pasifik.
"Kami ingin berperan penting dalam memperkuat keamanan di Asia Pasifik secara bersama-sama. Dalam konteks itulah kami akan mempertahankan hubungan antarmiliter," kata Putin. "Kami mendukung pembentukan arsitektur keamanan dan kerjasama yang terbuka dan sejajar di kawasan itu, berdasarkan hukum internasional," lanjut dia.
Kedua negara memiliki perhatian yang sama atas keterlibatan militer AS di Asia-Pasifik, yang dianggap sebagai halaman belakang rumah mereka. Pada Sabtu pekan lalu Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, dalam konferensi di Singapura menyatakan bahwa Washington akan mengerahkan 60 persen dari jumlah kapal perang mereka di Asia-Pasifik. Saat ini komposisinya adalah 50 persen.
China belakangan ini gusar atas manuver AS itu, terutama setelah Presiden Barack Obama akhir tahun menyatakan bahwa konsentrasi keamanan negaranya saat ini berada di Asia Pasifik. Beijing merasa AS tengah diam-diam mengepung China dengan menggalang kerjasama militer dengan sejumlah negara di kawasan, seperti Australia, Singapura, dan Filipina.
Kesepakatan itu diumumkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di tengah-tengah kunjungannya di Beijing Rabu kemarin, ungkap kantor berita Reuters. Selain bertemu dengan Presiden Hu Jintao, Putin juga menggelar pembicaraan dengan Wakil Presiden Xi Jinping, yang bersiap menjadi pemimpin baru China akhir tahun ini.
"Kami akan terus melanjutkan kerjasama antarmiliter," kata Putin kepada Xi di Beijing. "Baru-baru ini telah digelar latihan bersama di Laut Kuning dan itu merupakan kali pertama digelar. Kami sepakat dengan Ketua Hu [Presiden Hu Jintao] bahwa kami akan melanjutkan kerjasama demikian," lanjut Putin, yang kembali berkuasa sebagai presiden Rusia.
Angkatan Laut China dan Rusia telah menggelar latihan bersama di Laut Kuning April lalu. Laut itu terletak di pesisir timur China. Militer kedua negara saat itu menggelar latihan operasi anti kapal selam dan penyelamatan kapal dari serangan bajak laut.
Saat itu, China mengerahkan 16 kapal perang dan dua kapal selam. Rusia mengirim empat kapal perang dari armada Pasifik.
"Kami ingin berperan penting dalam memperkuat keamanan di Asia Pasifik secara bersama-sama. Dalam konteks itulah kami akan mempertahankan hubungan antarmiliter," kata Putin. "Kami mendukung pembentukan arsitektur keamanan dan kerjasama yang terbuka dan sejajar di kawasan itu, berdasarkan hukum internasional," lanjut dia.
Kedua negara memiliki perhatian yang sama atas keterlibatan militer AS di Asia-Pasifik, yang dianggap sebagai halaman belakang rumah mereka. Pada Sabtu pekan lalu Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, dalam konferensi di Singapura menyatakan bahwa Washington akan mengerahkan 60 persen dari jumlah kapal perang mereka di Asia-Pasifik. Saat ini komposisinya adalah 50 persen.
China belakangan ini gusar atas manuver AS itu, terutama setelah Presiden Barack Obama akhir tahun menyatakan bahwa konsentrasi keamanan negaranya saat ini berada di Asia Pasifik. Beijing merasa AS tengah diam-diam mengepung China dengan menggalang kerjasama militer dengan sejumlah negara di kawasan, seperti Australia, Singapura, dan Filipina.
Sumber: Viva News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"