Jakarta, InfoPublik : Teknisi
Indonesia, yang dikirim ke Korea Selatan untuk alih teknologi pesawat
tempur KFX/IFX, bisa mengimbangi para teknisi negeri ginseng yang
merancang pesawat itu.
"Awalnya teknisi kita memang agak kesulitan mengimbangi teknisi
mereka. Tapi, saat ini mereka sudah bisa mengimbangi," kata Sekretaris
Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya Eris Herryanto usai
menerima kunjungan delegasi Komite Kerjasama Industri Pertahanan (DICC)
Korea Selatan, di Kantor Kemhan, Kamis (24/5).
Menurut
Eris, sekitar tujuh bulan lalu, Kemhan telah mengirimkan 37 teknisi
untuk tahap awal proses alih teknologi. Mereka terdiri dari enam pilot
pesawat tempur TNI Angkatan Udara, tiga orang dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemhan, 24 teknisi dari PT Dirgantara Indonesia, dan
empat dosen teknik penerbangan dari Institut Teknologi Bandung.
Sepanjang 2012 ini, para teknisi diharapkan bisa menguasai pengembangan
teknis pesawat KFX.
"Sampai
sekarang pengembangan teknis sudah berjalan sesuai rencana. Kalau pun
mundur, akan kita upayakan untuk dikejar," kata Eris.
Pada
2013, kata Eris, para teknisi harus sudah beralih pada pencapaian
berikutnya, yakni pengembangan mesin dan manufaktur. Diharapkan pada
tahap ini sudah bisa dibuat enam buah prototipe pesawat KFX.
Untuk
mempersiapkan para teknisi, Kemhan akan mempersiapkan sarana dan
prasana, sumber daya manusia, serta manajemen yang baik. "Biasanya kita
akan meminta kepada pihak Korea, pengembangan apa yang bisa dilakukan
lebih awal. Kita berupaya melengkapi sesuai keinginan mereka agar alih
teknologi berjalan sebaik-baiknya," tambah Eris.
Khusus
untuk SDM, Kemhan akan mencari teknisi yang bisa mengimbangi para
teknisi Korea agar tak ada kendala dalam alih teknologi. Ke depan,
Kemhan akan membagi mana yang bisa dilibatkan dalam proses alih
teknologi ini, baik dari kalangan industri, akademisi, maupun dari pihak
pemerintah.
Eris
mengaku sebenarnya ada sedikit perbedaan yang memantik diskusi panjang
dengan delegasi DICC Korea, yakni soal perbedaan sistem antara
industri pertahanan dalam negeri dan di sana. "Industri pertahanan di
korea murni swasta, sedangkan di Indonesia di bawah BUMN," katanya.
Untuk itu, dalam kerjasamanya perlu ada beberapa poin yang harus
didiskusikan.
Namun
demikian, Kemhan berkomitmen bahwa alih teknologi ini tak berfokus
pada hasil, melainkan pada proses. "Ini penting agar proses alih
teknologi benar-benar berjalan sempurna dan Indonesia bisa segera mampu
membuat pesawat tempur sendiri," kata Eris.
Pesawat
tempur KFX adalah pesawat tempur generasi 4,5 atau setingkat dengan
pesawat F-18 milik Amerika Serikat. Artinya, pesawat ini lebih canggih
dari pesawat tempur yang dimiliki Indonesia, termasuk pesawat F-16 dan
Sukhoi.
Rencananya,
proyek alih teknologi ini akan berlangsung hingga 2020. Total pesawat
yang akan dibuat adalah 150 unit. Indonesia akan mendapatkan sebanyak
50 unit. Total anggaran untuk pengembangan pesawat ini ditaksir sebesar
8 miliar dolar Amerika. Namun, karena Indonesia hanya mendapatkan 50
unit, maka hanya dibebankan biaya sebesar 20 persen dari total anggaran
atau sebesar US$1,6 miliar.
Sumber : InfoPublik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"