Isu
penempatan perisai rudal Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik
Utara (NATO) di sejumlah negara Eropa anggota organisasi ini rupanya
masih menjadi polemik antara Rusia dan Barat, khususnya dalam beberapa
pekan terakhir. Perang verbal antara petinggi kedua pihak pun tak
terelakkan.
Terkait hal ini, sekitar satu pekan ancaman serangan militer terhadap sistem anti rudal AS dan NATO di Eropa oleh Jend. Nikolai Makarov, kepala Staf Gabungan Militer Rusia, kini giliran Menteri Pertahanan Rusia, Anatoly Serdyukov kembali mengulang ancaman tersebut.
Anatoly Serdyukov pada hari Jum'at (11/5) dengan transparan menyatakan bahwa Rusia mungkin akan menggunakan rudal berhulu ledak nuklir, Iskander untuk menghancurkan perisai rudal AS. Ia menjelaskan rudal Iskander mampu menghancurkan target persenjataan yang mungkin akan menghambat peluncuran rudal Rusia. Menurutnya, senjata yang dimiliki Rusia sepenuhnya mampu menarget sistem anti rudal Barat.
Menteri Pertahanan Rusia, Anatoly Serdyukov mengingatkan, di konferensi internasional perisai rudal Eropa yang digelar di Moskow baru-baru ini kami telah mengingatkan bahwa penempatan sistem anti rudal di Eropa sangat mengkhawatirkan kami. Oleh karena itu, kami tengah menunggu usulan baru AS terkait masalah ini.
Ia menambahkan, pernyataan AS yang siap memberikan jaminan hukum terkait sistem anti rudalnya di benua Eropa bukan hal baru dan jika mereka siap memberikan jaminan seperti ini pandangan kami terkait hal ini akan berbeda.
Di sisi lain, Sekjen NATO, Andress Fogh Rasmussen langsung mengkritik pedas ancaman petinggi Rusia terkait kemungkinan serangan militer untuk menghancurkan sistem anti rudal di Eropa. "Pernyataan seperti ini tak berdasar dan sepenuhnya tak tepat," ungkap Rasmussen.
Dengan demikian, sepertinya ketika KTT NATO di Chicago tinggal satu pekan lagi, sekjen organisasi ini tak segan-segan merilis reaksi pedas terhadap statemen petinggi Rusia. Menurut Rasmussen, statemen ini bertentangan dengan kesepakatan Moskow dan NATO di akhir tahun 2010 terkait peningkatan kerjasama kedua pihak.
Terkait hal ini Rasmussen mengatakan, ancaman petinggi Moskow terkait hubungan NATO atau negara-negara anggota organisasi ini serta kemungkinan serangan terhadap NATO bertentangan dengan garis yang ditetapkan oleh Dewan Bersama Rusia-NATO.
Sementara itu, Jend. Makarov menandaskan, meski adanya kekhawatiran sangat dari Rusia, namun tidak melakukan perubahan apapun di program penempatan sistem anti rudalnya setelah sidang pemimpin NATO pada November 2010. Ia menambahkan, kekhawatiran Rusia hingga kini tidak mendapat perhatian sama sekali dari Washington.
AS dan sekutunya dari Eropa di NATO menyatakan penempatan sistem anti rudal ini sebagai program perlindungan terhadap seluruh anggota organisasi ini dari serangan rudal balistik. Adapun Rusia memiliki pandangan berbeda dengan klaim Barat ini dan menilainya sikap Barat tersebut ditujukan untuk memperlemah kekuatan strategis rudal Moskow.
Dengan demikian dalam masalah ini setiap langkah AS dan NATO selalu mendapat penentangan dari Rusia, termasuk upaya mereka menempatkan sistem radar di Turki serta kesepakatan penempatan perisai rudal antara AS dan Rumania. Belum lagi kesepakatan penempatan sistem anti rudal Barat di Polandia dan pesisir pantai Spanyol terus menuai protes keras dari Moskow.
Tak heran jika saat ini upaya keras AS dan NATO untuk secepatnya menempatkan sistem pertahanan anti rudal mereka di berbagai wilayah Eropa dalam pandangan petinggi militer dan politik Rusia sebagai ancaman terpenting bagi negara mereka. Oleh karena itu, Rusia langsung memberikan reaksi dengan meningkatkan kekuatan strategisnya.
Sumber: irb
Terkait hal ini, sekitar satu pekan ancaman serangan militer terhadap sistem anti rudal AS dan NATO di Eropa oleh Jend. Nikolai Makarov, kepala Staf Gabungan Militer Rusia, kini giliran Menteri Pertahanan Rusia, Anatoly Serdyukov kembali mengulang ancaman tersebut.
Anatoly Serdyukov pada hari Jum'at (11/5) dengan transparan menyatakan bahwa Rusia mungkin akan menggunakan rudal berhulu ledak nuklir, Iskander untuk menghancurkan perisai rudal AS. Ia menjelaskan rudal Iskander mampu menghancurkan target persenjataan yang mungkin akan menghambat peluncuran rudal Rusia. Menurutnya, senjata yang dimiliki Rusia sepenuhnya mampu menarget sistem anti rudal Barat.
Menteri Pertahanan Rusia, Anatoly Serdyukov mengingatkan, di konferensi internasional perisai rudal Eropa yang digelar di Moskow baru-baru ini kami telah mengingatkan bahwa penempatan sistem anti rudal di Eropa sangat mengkhawatirkan kami. Oleh karena itu, kami tengah menunggu usulan baru AS terkait masalah ini.
Ia menambahkan, pernyataan AS yang siap memberikan jaminan hukum terkait sistem anti rudalnya di benua Eropa bukan hal baru dan jika mereka siap memberikan jaminan seperti ini pandangan kami terkait hal ini akan berbeda.
Di sisi lain, Sekjen NATO, Andress Fogh Rasmussen langsung mengkritik pedas ancaman petinggi Rusia terkait kemungkinan serangan militer untuk menghancurkan sistem anti rudal di Eropa. "Pernyataan seperti ini tak berdasar dan sepenuhnya tak tepat," ungkap Rasmussen.
Dengan demikian, sepertinya ketika KTT NATO di Chicago tinggal satu pekan lagi, sekjen organisasi ini tak segan-segan merilis reaksi pedas terhadap statemen petinggi Rusia. Menurut Rasmussen, statemen ini bertentangan dengan kesepakatan Moskow dan NATO di akhir tahun 2010 terkait peningkatan kerjasama kedua pihak.
Terkait hal ini Rasmussen mengatakan, ancaman petinggi Moskow terkait hubungan NATO atau negara-negara anggota organisasi ini serta kemungkinan serangan terhadap NATO bertentangan dengan garis yang ditetapkan oleh Dewan Bersama Rusia-NATO.
Sementara itu, Jend. Makarov menandaskan, meski adanya kekhawatiran sangat dari Rusia, namun tidak melakukan perubahan apapun di program penempatan sistem anti rudalnya setelah sidang pemimpin NATO pada November 2010. Ia menambahkan, kekhawatiran Rusia hingga kini tidak mendapat perhatian sama sekali dari Washington.
AS dan sekutunya dari Eropa di NATO menyatakan penempatan sistem anti rudal ini sebagai program perlindungan terhadap seluruh anggota organisasi ini dari serangan rudal balistik. Adapun Rusia memiliki pandangan berbeda dengan klaim Barat ini dan menilainya sikap Barat tersebut ditujukan untuk memperlemah kekuatan strategis rudal Moskow.
Dengan demikian dalam masalah ini setiap langkah AS dan NATO selalu mendapat penentangan dari Rusia, termasuk upaya mereka menempatkan sistem radar di Turki serta kesepakatan penempatan perisai rudal antara AS dan Rumania. Belum lagi kesepakatan penempatan sistem anti rudal Barat di Polandia dan pesisir pantai Spanyol terus menuai protes keras dari Moskow.
Tak heran jika saat ini upaya keras AS dan NATO untuk secepatnya menempatkan sistem pertahanan anti rudal mereka di berbagai wilayah Eropa dalam pandangan petinggi militer dan politik Rusia sebagai ancaman terpenting bagi negara mereka. Oleh karena itu, Rusia langsung memberikan reaksi dengan meningkatkan kekuatan strategisnya.
Sumber: irb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"