Indonesia mengusulkan beberapa elemen baru untuk mencegah konflik klaim wilayah yang tumpang tindih di Laut China Selatan semakin berkobar dalam pembahasan tata perilaku di wilayah (COC) yang disengketakan oleh empat negara anggota ASEAN dan China tersebut, selain dari hal-hal yang sudah disepakati sebelumnya dalam tingkat pejabat senior ASEAN.
“Konsep yang ditawarkan Indonesia sangat konkret, misalnya bagaimana menjaga jarak antar kapal dan mencegah manuver yang provokatif bila terjadi pertemuan kapal-kapal dari negara yang bersengketa. Ini untuk mencegah insiden membesar dan tidak sekedar prinsip umum untuk menahan diri untuk tidak akan melakukan kekerasan,” ujar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di kantor Kementerian Luar Negeri hari Selasa (10/7).
Konsep itu ditawarkan oleh Indonesia dalam pertemuan ASEAN tingkat menteri (AMM) ke-45 di Phonm Penh, Kamboja pada hari Senin (9/7) yang dihadiri oleh para menteri luar negeri dari negara-negara anggota ASEAN, dimana mereka, kata Marty, membahas kode etik perilaku di Laut China Selatan dengan “jujur dan apa adanya" walau belum berhasil mencapai suatu konsensus.
“Dalam pandangan Indonesia, COC bukanlah tongkat ajaib yang bisa menyelesaikan tumpang tindih klaim jurisdiksi di Laut China Selatan. Itu harus diselesaikan melalui perundingan antara pihak-pihak yang terkait, tapi COC bisa mencegah agar konflik tidak memanas,” ujar Marty.
Melalui usulan baru itu, Marty mengatakan bahwa Indonesia mencoba mempertajam COC ini agar lebih berorientasi pada aksi, instruktif dan tidak semata-mata prinsip dasar. Usulan ini juga untuk mencegah kemunduran dalam proses negosiasi yang bisa terjadi ketika ada situasi yang memanas di laut seperti yang terjadi belum lama ini antara China dan Filipina ketika kapal-kapal dari kedua negara bersinggungan di wilayah Scarborough Shoal yang lokasinya tidak jauh dari Pulau Luzon, Filipina.
Di sisi lain, tambah Marty, situasi yang memanas di laut juga bisa menjadi pengingat mengenai pentingnya pembahasan COC dalam waktu yang tepat karena suka atau tidak, ASEAN dan China berada dalam posisi yang sama.
“Ini jangan menjadi forum dimana kita mempunyai pandangan yang berbeda. Bila dikelola dengan baik, hasilnya bisa positif kalau tida bisa menjadi bola liar,” kata Marty.
Sumber: BERITAsatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"