Kapal
perang Indonesia segera naik kelas dengan dipasangnya senjata Close-in
Weapon System (CIWS) Type 730, 7 barel 30 mm, buatan China.
Setelah
meng-up grade sistem rudal, kini kapal- kapal perang itu mulai
meningkatkan kemampuan pertahanan anti-rudal. Yang membuat penasaran
adalah, kapal mana yang beruntung mendapatkan CIWS Type 730 ini ?.
Tiga
unit CIWS Type 730 telah dipesan ke China melalui budget Mabes TNI dan
disetujui DPR. Senjata gatling canon 30mm 7 laras ini, merupakan
senjata yang didisain untuk pertahanan kapal dari serangan rudal, di
saat rudal musuh berhasil menerobos pertahanan utama kapal. Close-in
Weapon System (CIWS) juga bisa digunakan untuk menembak pesawat, target
di pantai, kapal boat dan ranjau laut. Harganya sekitar 5,4 juta USD
per unit.
CIWS
Type 730 merupakan senapan otomatis dilengkapi fire-control system
yang bisa menembak dengan posisi full cover 360 derajat. Amunisinya
terdiri dari dua box 500 rounds. Satu box diisi peluru jenis sabot dan
satu lainnya jenis high explosives (HE).
CIWS
730 dengan panjang laras 110 inch ini, mampu menembakkan peluru 4,600
hingga 5,800 rounds/menit dengan jarak tembak laksimum 3 Km. Target
biasanya terkena dalam jarak 1 hingga 1,5 Km. Meski bisa menembakkan
peluru sebanyak itu, CIWS tidak direkomendasikan untuk menembak lebih
dari satu menit dalam satu aksi counter defense. Hal itu karena laras
CIWS ini bisa meleleh.
CIWS ini dipandu oleh radar TR47C fire-control, serta electro-optic
director yang dipasang di atas turret. Electro-optic director terdiri
dari: TV tracking camera, infrared tracking camera dan laser
rangefinder. Alat ini mampu menjejak target sejauh 5 hingga 6 km.
Sementara Radar TR47C mampu mendeteksi target di udara berdiameter 10 cm
hingga jarak 8 Km.
Senjata
Gattling China ini mirip dengan General Electric GAU-8/A Avenger. Ada
juga yang menyebutkan CIWS China lebih mirip dengan Gryazev-Shipunov
GSh-6-30 Rusia. Kini China dengan mengembangkan CIWS Type 730, yang
sistemnya meliputi pemasangan rudal di sistem yang sama. Varian
daratnya disebut China LD-2000.
Spesifikasi CIWS Type 730:
Calibre: 30mm X 7
Rate of fire: 4,600 – 5,800 rounds/min
Range: 3,000m
Elevation: N/A
Traverse: 360 degree
Ammunitions: 1,000 rds (armour piercing discarding sabot and HE)
Fire-control: Electro-optical + rada
Rate of fire: 4,600 – 5,800 rounds/min
Range: 3,000m
Elevation: N/A
Traverse: 360 degree
Ammunitions: 1,000 rds (armour piercing discarding sabot and HE)
Fire-control: Electro-optical + rada
KRI Pengusung CIWS:
China
menggunakan CIWS Type 730 untuk kapal: Destroyer Luyang-I dan
Luyang-II class, Destroyer Luzhou class dan Frigate Jiangkai-II class.
Sementara untuk kapal induk Shi Lang (ex-Soviet Varyag), China
menggnakan CIWS AK 1030 / 10 barrel.
Jika
merujuk ke China, kemungkinan CIWS type 730 yang dipesan Indonesia,
akan dipasang di Korvet KRI Diponegoro Class. Korvet Sigma 9113
Indonesia masih menggunakan 2 unit Canon 20mm DENEL VEKTOR G12 yang
digerakkan secara manual oleh prajurit.
Pertahanan lain dari KRI Sigma Indonesia adalah meriam Oto Melara 76 mm.
Dengan
kaliber yang besar (76mm), jumlah amunisi yang ditembakkan tidak cukup
banyak untunk menghadang rudal yang hendak menerjang kapal.
Meriam
OTO Melara maksimum hanya dapat memuntahkan 120 proyektil per menit.
Bandingkan dengan CIWS Type 730 yang bisa menembakkan amunisi 5800/
menit. Meriam OTO Melara mungkin handal untuk menghadang pesawat
tempur, tapi belum memadai untuk menahan serangan rudal.
Korvet
Sigma Indonesia cukup rentan terhadap serangan rudal, sehingga
seharusnya dipasang CIWS. Rusia saja memasang rata-rata 4 sampai 8 CIWS
di kapal perang mereka, untuk memastikan rudal yang datang, rontok
sebelum menyentuh kapal.
Pengamat
militer internasional menilai sistem CIWS Type 730 China mengadopsi
Goalkeeper CIWS Belanda. Dengan demikian seharusnya tidak ada kendala
jika CIWS Type 730 China diinstal ke Korvet KRI Diponegoro Class.
Satu light frigate Sigma10514 yang akan diterima Indonesia dari Belanda akhir tahun 2016, akan dilengkapi CIWS Goalkeeper.
Trimaran
Kemungkinan
lain, KRI Trimaran yang rampung akhir tahun 2012 bisa jadi dipasang
CIWS 730. Menurut konseptor Trimaran, John Lundin, kapal buatannya akan
mengusung 4 rudal C-802. Bahkan dalam sebuah wawancara dengan harian
Swedia, John Lundin mengatakan sudah menguji coba rudal tersebut. Jika
Trimaran dipasang rudal, berarti kapal itu ditargetkan untuk mampu
ofensif. Dengan demikian harus memiliki pertahan diri yang juga
memadai.
Negara-negara pemilik Trimaran untuk keperluan militer, umumnya memasang CIWS di kapal cepat mereka.
Sebut
saja Trimaran USS Independence yang dibangun galangan kapal
AUSTAL(Australia)- USA, mengusung 1 CIWS Raytheon SeaRAM, untuk
melindungi kapal dengan panjang 127 meter tersebut. Sementara Trimaran
Indonesia dibangun oleh PT Lundin Industry Invest, di Banyuwangi- Jawa
Timur berbasis Trimaran Earthrace Selandia Baru.
Demikian juga dengan China. Kapal trimaran mereka mengusung CIWS.
Bagaimana dengan KCR 40 dan KCR 60 ? Kedepannya TNI AL akan memasang
CIWS AK 630 di kapal ini. Namun untuk sementara waktu (saat ini), KCR
tersebut mengusung Canon 20mm DENEL VEKTOR G12 manual.
Indonesia
baru memiliki CIWS jenis AK 230 yang sudah melekat pada 16 korvet
kelas Parchim, saat beli bekas dari armada Jerman Timur. CIWS A 230
hanya bisa memuntahkan sekitar 1000 peluru/ menit, sehingga tidak cukup
ideal untuk pertahanan.
Pertimbangan paling utama untuk menentukan kapal mana yang akan
diinstal CIWS 730, adalah sejauh mana database komputer CIWS Type 730
bisa diintegrasikan dengan sistem elektronik yang ada di kapal. Juga
termasuk ruang untuk instalasi, karena berat CIWS 730 ini sekitar 8 ton.
Pemasangan tentunya lebih mudah di kapal yang baru, karena bisa
diperhitungkan dari awal dibandingkan merombak sistem kapal tua yang
sudah ada.
Sumber : JKGR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"