Meski tetap berusaha optimis, sinar kegalauan tampak tak bisa ditepis
dari wajah Prof. Dr. Eddy S. Siradj. Dalam Lokakarya Dewan Penerbangan
dan Antariksa Nasional RI yang berlangsung Kamis, 20 Desember 2012, di
Gedung BPPT, Jakarta, dengan bersemangat Kabalitbang Kementerian
Pertahanan ini memaparkan panjang lebar kisah perancangan jet tempur
masa depan KFX/IFX (Korean-Indonesian Fighter Experiment) yang tengah digarap Indonesia bersama Korea Selatan.
Proyek prestise bilateral ini dikatakan baru saja menyelesaikan tahapan Technology Development, dan akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development. Ia tak bergeming ketika sejumlah peserta lokakarya menanyakan soal kesanggupan teknis dan finansial Indonesia.
"Kebijakan pemerintah untuk bekerja sama dengan Korea Selatan membuat KFX/IFX sudah disepakati pada 2009. Pemerintah optimis, masak
saya selaku pelaksana tidak optimis?" tangkis Eddy menjawab pertanyaan
kritis dari pengamat kedirgantaraan Chappy Hakim soal penyelesaian
program ini. Chappy Hakim yang merupakan mantan KSAU ini juga
mempertanyakan kenapa justru bekerja sama dengan Korea Selatan? Chappy
rupanya risau terhadap efek Korea sebagai negara yang masih dalam status
perang (dengan Korea Utara). Dalam kondisi seperti itu dikhawatirkan
Indonesia hanya akan menjadi bagian dari kepentingan Korsel. Chappy juga
mengkritisi soal KFX/IFX yang masih terbilang varian F-16. "Kenapa kita
tidak buat yang benar-benar baru saja sekalian?" tanyanya.
Namun lain halnya ketika media Angkasa menanyakan soal upaya pemotongan anggaran pengembangan KFX untuk 2013
yang telah digelindingkan (dipangkas) Pemerintah Korsel. Rona wajahnya
segera berubah. Ia tiba-tiba terlihat galau. "Ya itu, memang masalah itu
pula yang tengah merundung teman-teman enjinir KFX/IFX di sana. Kini di
Korea, untuk penggarapan proyek ini, ada 140 enjinir, 30 persen di
antaranya dari Indonesia. Mereka masih sama-sama menunggu keputusan yang
akan dibuat Parlemen Korea. Keputusan itu belum ada karena Korea baru
akan membentuk parlemen yang baru usai terpilihnya Park Geun-hye sebagai
presiden belum lama ini. Kini, kelangsungan KFX/IFX memang praktis
tergantung pada situasi politik di sana," tuturnya.
Seperti yang diberitakan pada 6 Desember lalu, pemerintah Korsel akan memotong anggaran pengembangan KFX untuk 2013 atas pertimbangan perkembangan ancaman dan keamanan regional, serta oleh sebab pembatalan keikutsertaan Turki dalam proyek ini. Di lain pihak, oleh karena China dan Jepang telah membuat jet tempur generasi ke-5. Pemerintah Korea belakangan kian tertarik pada pesawat tempur setingkat yang telah lama ditawarkan Boeing, Amerika Serikat, yakni F-15 Silent Eagle. Pengalihan perhatian ini dikuatirkan akan menyedot anggaran yang tak kecil dan akan mengganggu proyek KFX/IFX yang sedang berjalan.
Mendampingi Eddy Siradj, Prof. Dr. Muljo Widodo, salah seorang pimpinan Tim Enjinir Indonesia, menjelaskan, kedua pihak sudah menyelesaikan tahap Feasibility Study dan Technology Development, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya kedua tim akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development lalu terakhir Production. Kedua tim telah mengurai ada sebanyak 432 core technology yang akan diemban jet tempur generasi 4,5 ini, di mana 48 di antaranya belum dikuasai. Teknologi yang masih harus dipelajari ini umumnya ada di seputar kemampuan menghindar dari radar. Begitu pun kedua pihak sudah saling mengetahui kelebihan masing-masing.
Lain politisi, lain pula yang dipikirkan kaum teknokrat. Dua tahun bekerjasama rupanya telah membuat kedua tim enjinir mengenal cukup mendalam. Di mata tim Indonesia, Korsel dinilai telah memiliki kemampuan membuat hampir semua sub-sistem yang diperlukan KFX. Sementara di mata tim Korea, Indonesia dinilai luar dugaan karena telah menguasai segi Air Combat System yang semula dianggap amat sulit.
Seperti yang diberitakan pada 6 Desember lalu, pemerintah Korsel akan memotong anggaran pengembangan KFX untuk 2013 atas pertimbangan perkembangan ancaman dan keamanan regional, serta oleh sebab pembatalan keikutsertaan Turki dalam proyek ini. Di lain pihak, oleh karena China dan Jepang telah membuat jet tempur generasi ke-5. Pemerintah Korea belakangan kian tertarik pada pesawat tempur setingkat yang telah lama ditawarkan Boeing, Amerika Serikat, yakni F-15 Silent Eagle. Pengalihan perhatian ini dikuatirkan akan menyedot anggaran yang tak kecil dan akan mengganggu proyek KFX/IFX yang sedang berjalan.
Mendampingi Eddy Siradj, Prof. Dr. Muljo Widodo, salah seorang pimpinan Tim Enjinir Indonesia, menjelaskan, kedua pihak sudah menyelesaikan tahap Feasibility Study dan Technology Development, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya kedua tim akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development lalu terakhir Production. Kedua tim telah mengurai ada sebanyak 432 core technology yang akan diemban jet tempur generasi 4,5 ini, di mana 48 di antaranya belum dikuasai. Teknologi yang masih harus dipelajari ini umumnya ada di seputar kemampuan menghindar dari radar. Begitu pun kedua pihak sudah saling mengetahui kelebihan masing-masing.
Lain politisi, lain pula yang dipikirkan kaum teknokrat. Dua tahun bekerjasama rupanya telah membuat kedua tim enjinir mengenal cukup mendalam. Di mata tim Indonesia, Korsel dinilai telah memiliki kemampuan membuat hampir semua sub-sistem yang diperlukan KFX. Sementara di mata tim Korea, Indonesia dinilai luar dugaan karena telah menguasai segi Air Combat System yang semula dianggap amat sulit.
Sumber: Artileri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMEN POSITIF "OK"